Aug 24, 2008

Negeri Para Pelari Tulen

Citius, Altius, Fortius (tercepat, tertinggi, terkuat) adalah semboyan olimpiade yang diperkenalkan pertama kali tahun 1924 pada olimpiade ke VIII di Paris. Saat ini di olimpiade 2008 Beijing telah tercatat 204 negara peserta yang tetap memegang impian yang sama dengan semangat 84 tahun lalu itu.

Ethiopia, Jamaica, dan Kenya selalu berhasil menyodok supremasi Amerika Serikat dalam dalam lomba lari. Sementara Cina yang mendulang 100 medali hanya mampu meraih satu perunggu dari maraton wanita. Lomba lari memang tidak mengenal peringkat GDP, siapa saja dari negara manapun pasti mampu bersaing di cabang olahraga yang hampir zero-investment (tiada modal lain kecuali semangat dan latihan 3x) ini. Memang AS sebagai pemilik GDP nomor 1 hingga hari ini dapat menyediakan fasilitas, pelatih, gizi dan jenis sepatu lari yang jauh lebih baik dibandingkan ketiga negara lainnya yang masih tertatih-tatih di luar peringkat 70 besar GDP dunia. Coba perhatikan fakta-fakta ini:
  • Usain Bolt, si kejutan kilat (Thunder Bolt) dari Jamaica, menjadi atlit atletik pertama di dunia yang meraih tiga medali emas dan memecahkan tiga rekor dunia dalam satu kancah olimpiade (2008).
  • Dari total 11 medali yang diperoleh Jamaica (6-3-2, peringkat 13), 10 medali oleh Kenya (5-5-4, peringkat 15), dan 7 medali oleh Ethiopia (4-1-2, peringkat 18), kesemuanya adalah dari cabang lari (2008).
  • Jamaica adalah pendulang medali di ranah lari sejak keikutsertaannya 60 tahun lalu. Hanya satu medali dari total 55 medali yang diraihnya selama itu berasal dari cabang lain yaitu sepeda di tahun 1980.
  • Ethiopia membuntuti dengan prestasi yang sama, total 38 medali berasal dari cabang lari sejak 1960.
  • Kenya berprestasi dengan 64 medali dari lari dan 10 medali lainnya disumbangkan dari keahlian lain yaitu tinju sejak negara ini berpartisipasi pertama kali tahun 1964.
Nah bagaimana dengan Indonesia ? Kalau diperhatikan iklim di Jamaica mirip dengan iklim negeri kita. Orang-orang Afrika pemenang lomba lari inipun tidak memiliki tubuh besar seperti atlit lari african-negro dari AS. Jadi tidak ada alasan mengapa pelari-pelari kita tidak mampu bersaing untuk sekurangnya sepuluh besar dunia, hanya dengan dua modal utama citius dan fortius sahaja.

Tulisan ini dibuat saat penyerahan medali olimpiade 2008 terakhir, pingat emas untuk pelari Kenya dalam lomba maraton pria, 24 Augustus 2008.

Aug 23, 2008

Are You A Number Cruncher ?

Apa Anda peminat angka, hobi mengutak-atik bilangan, mengingat definisi pi sampai digit ke 17, mengingat nomor telepon rekan2 dengan trik yang fantastis, membaca pola khas dari deretan angka, meramal sesuatu dengan statistika, mengagumi tabel/grafik/diagram bak sebuah karya novel fiksi ternama, atau mengamati di dunia ini hanya ada 10 tipe manusia antara yang fasih biner dan buta biner ? Nah ... jika ada beberapa hal di atas yang menjadi hobi atau talenta yang kuat, maka Anda cocok untuk rajin membaca surat2 kabar di Singapura, untuk mengasah dan menghidupkan keistimewaan itu tiap hari. Tak perlu surat kabar bisnis atau serius yang biasanya mahal, baca saja yang gratis diberikan tiap pagi hari.

Ini contohnya, dalam satu harian gratis Today yang beredar awal minggu ini, sekurangnya ada 5 fakta berhubungan dengan angka (statistika) di negeri ini.
  1. 1.1 juta pekerja pria di negeri ini membentuk 57% dari total angkatan kerja, sisanya 819000 adalah pekerja wanita. Rata-rata pendapatan kaum pria adalah $4335 dan kaum wanita $3148 per bulan menurut data tahun 2007. Dari total angkatan kerja tsb 10% nya adalah pekerja muslim.
  2. Popularitas handphone yang dijual di pulau ini ditempati Nokia di posisi pertama dengan 47% jumlah pemakai, diikuti Sony Ericsson di posisi kedua dengan 27%, dan Samsung di posisi ketiga dengan 17%.
  3. Tercatat 511000 pelanggan TV kabel Starhub dan 45000 pelanggan on-demand channel dari penyedia jasa internet Singtel-Mio. Mereka bersaing menyediakan paket harga dan jenis siaran yang menarik untuk mendominasi pangsa hiburan lewat TV di Singapura.
  4. Kebakaran yang disebabkan kelalaian membuang puntung rokok atau lidi kemenyan yang masih menyala menyumbang 1625 kasus kebakaran (meningkat 24%). Jumlah total kebakaran di semester pertama tahun ini adalah 2545 kasus, artinya meningkat 12% dari tahun sebelumnya, namun masih lebih kecil dibandingkan rata-rata selama 10 tahun.
  5. Dalam semester pertama tahun ini ada 2048 panggilan bohong (false alarm) terhadap layanan mobil ambulan darurat (34% peningkatan). Total panggilan kecemasan (emergency) di semester pertama tahun ini tercatat 55744 kali, sebuah peningkatan signifikan 12% dibandingkan tahun lalu. Dari total panggilan tsb: 70% kasus berhubungan dengan sakit dada/jantung (umumnya diderita manula), 19% kasus kecelakaan di tempat kerja, dan sisanya adalah kecelakaan di jalan raya.
Sekarang tergantung apa dan siapa pembaca angka-angka ini: Apa ia seorang pelayan masyarakat, agen tenaga kerja, anggota parlemen, kepala unit gawat darurat rumah sakit, menteri kesehatan, polisi, penjual polis asuransi, marketing alarm kebakaran, dll ... tentunya akan memberikan interpretasi yang berbeda-beda. Nah si mr. number cruncher akan mengolah data-data ini untuk selanjutnya disajikan dalam sebuah executive summary untuk boss nya atau dirinya sendiri yang merangkap sebagai pengambil keputusan.

Aug 22, 2008

Hantu Lapar ... Beri Hamba Makan

Boleh saja hantu lapar, pasti banyak yang bersedia memberi makan dan sesembahan lain. Tapi coba kurangi polusi dan bantulah bumi agar lebih sejuk di tiap pertengahan tahun. Cerita hantu lapar amat mudah ditemukan di Google dengan kata kunci "Hungry Ghost Month", contohnya ini.

Bulan 7 dan 8 kalender Cina (Tao dan Budhis) adalah bulan paling seru menurut pengalaman saya hidup di sini. Bakar-bakaran, meja sesembahan, dan lelang malam hari barang2 sesajen yang dijual dengan harga gila-gilaan atas nama memberi makan hantu agar si pembeli selamat, "membayar hantu" atas segala keberuntungan yang diperoleh selama setahun, memohon pada hantu agar dapat lotere (toto/4D), dll. Dapat dibayangkan bila aktivitas ini akan membuat malam hari lebih hidup dan siang hari lebih panas dan sesak.

Malam hari lebih hidup karena munculnya panggung2 dadakan yang akan melelang barang2 kepercayaan tadi (suasana hingar bingar oleh suara MC yang melakukan auction dengan ampli dan speaker dolby stereo) dan sering juga disertai penampilan glamour nan seronok dari penari2 getai yang dipercayai untuk menghibur arwah orang yang telah mati (ghost). Siang hari menjadi sesak nafas karena asap tebal dan bau-bauan yang ditimbulkan lilin2 merah gede, kemenyan yang dibakar, atau yang lebih heboh berupa uang kertas, rumah2an, mobil2an, dan berbagai atribut lain dari karton yang dibakar di alam terbuka. Padahal di Cina sendiri (baca: RRC) kepercayaan ini sudah dilarang pemerintah komunis sejak 1966-1976. Namun di luar RRC ritual ini terus dilestarikan, termasuk di pulau-pulau kecil di Kepulauan Riau dan toapekong (kuil2 Tao) di pulau Jawa masih melakukannya.

Salut dengan kebijakan dewan kelestarian alam pemerintah Taiwan yang memulai kampanye membatasi aksi bakar-bakaran ini. Baca beritanya dari AFP dan juga dimuat di harian Today 22 Agustus berikut. Dampak dari kegiatan yang mencapai puncaknya pada tanggal 15 bulan hantu lapar ini dipastikan akan meningkatkan pemanasan global karena 1 ton CO2 akan dihasilkan untuk tiap 1 ton kertas yang dibakar, penyebaran gas2 karsinogenik bagi tubuh (metilbenzen, etilbenzen, dan derivat2 lainnya yang berbahaya), dan yang pasti gundulnya hutan. Sudah menjadi kebiasaan bahwa ritual ini tidak hanya dilakukan perorangan atau keluarga, namun juga diikuti perusahaan2 yang masih kuat memegang tradisi ini turun temurun. Intinya agar dalam menjalani bulan hantu ini mereka diberi keselamatan dan diberikan keuntungan di bulan2 lain.



Quotes:

"It is difficult to stop an age-old custom but gradually our followers are accepting the change and use less paper money" he said. AFP

"In the past, we burned several truckloads of paper money brought by our followers in Ghost Month. The stoves cracked after burning nonstop and the smoke was terrible" said Chang Chun-hung...

"Burning paper money not only pollutes the air and affects peoples health, but causes so many trees to be cut down" said Mr. Hui-chuan...

Aug 19, 2008

15 hari sebelum HUTRI ke 57 (3. Andenken)

Guten morgen Muenchen

Pagi hari pun tiba, jam tangan sudah disesuaikan dengan waktu setempat. Berdasar info yang sempat saya baca dari internet saat ini sudah Subuh. Mata masih berat dan antara sadar dan tidak bahwa arah kiblat di Eropa Barat itu ke tenggara :-) Bermanfaat sekali bawa kompas, namun seingat saya kami tertidur pagi itu karena waktu Subuh di musim panas berakhir lebih awal lagi (di musim panas matahari cepat terbit dan lambat terbenam artinya waktu siang lebih panjang). Buru-buru shalat deh karena di luar hari hampir terang. Setelah mandi dan sarapan seadanya kami bersiap untuk menjajal hari Senin pertama kali di kota Muenchen ini. Di luar apartemen udara tak dingin meski sukar juga dibilang hangat pada jam 10 pagi itu. Sebelum menutup pintu keluar pastikan dulu anak kuncinya sudah dibawa, hal ini mengingat pintu2 apartemen umumnya tidak memiliki lobang kunci di sisi luarnya. Agen kami Andreas mengingatkan agar berhati-hati jangan sampai kunci tertinggal di dalam apartemen, karena sekali kita berada di luar dan pintu tertutup … tamatlah riwayat. Pintu sama sekali tak dapat dibuka lagi dari luar karena ia otomatis tertutup meskipun bukan pada posisi terkunci. Pada sisi luar, gagang pintu hanyalah gagang statis dan pintu hanya dapat dibuka dengan menggunakan anak kunci tsb. Kalau masalah ini terjadi terpaksa panggil Hausmeister atau Landlord yang memiliki kunci cadangan. Kalau harus panggil tukang kunci (locksmith) … wah bisa kena EUR50.

Menuruni anak tangga lalu sebelum pintu gerbang utama kami bertemu dengan Hr. Hafner, sang Hausmeister. Sudah tua dan lamban rupanya, ia selalu ditemani anjing setianya. Postur anjing ini cukup besar dan seperti biasa it likes to sniff the strangerssok akrab. Padahal saat itu kami sedang menuruni koridor tangga yang sempit. Dengan sedikit senyum dan kewaspadaan kami sapa bapak itu dan ia cukup mengerti dengan kegelisahan di raut muka kami sehingga harus menarik jauh-jauh anjingnya :-) Selamat deh … kini kita sudah bebas di luar blok apartemen tersebut. Mungkin ada 12 unit apartemen di dalamnya dan semuanya memilik alamat yang sama Wotanstrasse 23. Oleh karenanya tiap unit apartemen memiliki kotak pos tersendiri dengan nama pemiliknya dan tiap unit apartemen memiliki bel di gerbang utama (di sebelah bel rumah diletakkan nama) untuk memanggil pemilik yang dituju. Pemilik apartemen yang bersangkutan dapat bertanya kepada tamu yang datang via interkom di dekat bel tersebut dan ia dapat menekan tombol pembuka gerbang tsb dari apartemennya bila tamu itu memang diundang. Di luar tampak gerobak-gerobak sampah besi yang cukup besar terbuat dari baja menunggu untuk dikosongkan, maklumlah di akhir pekan tentu tidak ada truk pengangkut sampah. Posko taksi di luar pun sudah buka menunggu panggilan.

Sesuai petunjuk kami langsung berjalan mengikuti jalan raya ke arah kanan menuju terowongan Laim. Kendaraan berjalan dengan arah berlawanan karena mobil-mobil di sini memakai kemudi di kiri. Halte bus pun terletak di kanan jalan dan penumpang menaiki bus dari sebelah kanan bus. Tidak terlampau jauh, kurang dari 10 menit kami telah tiba di mulut terowongan besar dan panjang ini. Ada dua mulutnya, satu untuk kendaraan dua arah dan satu lagi untuk pejalan kaki dan sepeda. Melewati lorong jembatan yang lembab dan tak berbau segar ini perlu waktu 3 menitan, di dalamnya cukup ramai orang berjalan, ada parkir sepeda yang berjejer rapi dan ada seorang pengamen musik yang serius di tempatnya tanpa peduli berapa uang yang dilemparkan pejalan kaki ke dalam tasnya. Dengan memperhatikan orang-orang turun naik di sebuah tangga, tahulah kami bahwa itu adalah akses menuju stasiun Laim, dan ini dipertegas dengan simbol huruf S besar berlatar hijau. O… itu lambang S-Bahn, kereta listrik cepat (schnellbahn).

Tampak dua kotak telepon umum (Deutsche Telekom dengan lambang T warna pink nya), kami masuk ke salahsatunya dan mencoba "kesaktian" kartu telepon Singtel ICC yang katanya dapat dipakai menelepon antar negara. Alhamdulillaah benar saja kami dapat terhubung ke Jakarta dan Padang meskipun tarifnya mahal SGD 1.33/menit (ini darurat bung !). Dibanding MRT di Singapura, sistem keretanya ruwet dan minim informasi dalam bahasa Inggris, awalnya membuat bingung. Maklum saja kota ini memiliki banyak jalur kereta baik di atas atau bawah tanah, tentu saja banyak persimpangan dan zone harganya. Jenis tiket keretanya beragam mengikuti keperluan: ada tiket harian, mingguan, bulanan, akhir pekan, sendirian, partner untuk 2-5 orang, tiket strip yang dapat dipakai berulang-ulang. Tarif dalam kota umumnya dibatasi per ring (per zone), sebagai contoh tiket bahn dari rumah ke kantor melewati berapa ring maka tiket itu akan berlaku utk ke setiap stasiun yang terletak di dalam kedua ring tsb baik dengan menaiki bus/U-bahn/S-bahn (U:unter atau kereta bawah tanah). Memang murah dirasakan bila kita beli yang bulanan dan mencakup beberapa ring sekaligus.

Modal utama di Jerman ini memang KEJUJURAN. Untuk masuk ke platform tunggu kereta sama sekali tidak ada pintu (pembatas) masuk ke sana, tidak ada pengawas yang memeriksa karcis masuk atau keluar. Berbeda dengan di JP/SG/ID. Penumpang perlu memiliki karcis yang benar untuk rute perjalanannya saat itu. Ada juga tipe karcis yang harus di ”jegreg” dulu (diberi stemple atau cap sesuai tanggal, jam, dan kode stasiun tempat ia naik saat itu) pada mesin stempel (entwertungsstempler) yang berdiri kaku di beberapa tempat di stasiun. Ini umumnya adalah tipe-tipe karcis untuk sekali pakai seperti tiket satu arah sekali jalan (einzelfahrkarte), tiket strip untuk beberapa kali jalan (streifenkarte), tiket harian (tageskarte), dan tiket akhir pekan (schoenes wochenende karte). Membosankan bentuknya karena hanya kotak biru besi yang menggantung di atas tonggak besi 120 cm. Namun kalau kedapatan kita curang atau tidak beli karcis saat inspeksi mendadak di kereta, masalah besar deh, kena denda (max. 30 euro waktu itu) dan kalau sampai 3 kali berbuat salah akan menghambat izin tinggal kita di sini. Utk kereta2 ke luar kota/jarak jauh baru ada kondektur pemeriksa karcis dan untuk kereta dalam kota maka pemeriksaan akan dilakukan secara acak oleh petugas berpakaian seragam atau preman.

Sesuai petunjuk dalam booklet kantor dan peta perkeretaan Munich maka untuk menuju kantor kami perlu membeli karcis kereta untuk sekali jalan dalam dua ring (Laim ---> Karl-Preiss Platz). Setelah itu tiket perlu distempel di dalam mesin pen jegreg (sukses setelah diajari penumpang lain). Mengikuti petunjuk, kami naik S-bahn menuju stasiun utama Muenchen (Hauptbahnhoff/Hbf). Tak lama kemudian S-bahn tiba di Hbf yang hanya berada tiga stasiun dari Laim. Disebabkan perut masih lapar kami muter-muter di dalam Hbf dan beruntung ada kedai Burger King di lantai duanya. Ya sudah, kita isi perut dulu makan burger dan minum susu coklat panas disana seharga EUR 6.50. Kesan kami pertama pada penduduk lokal adalah mereka ramah asal saja kita menyapa mereka pertama kali. Hitung-hitung praktek langsung kosa2 kata pertama di alam nyata ... Guten Morgen, Gruß Gott, Vielen Danke, Bitte, Entschuldigen Sie ...

Dari S-bahn kami perlu tukar dengan U-bahn. Di sini muncul masalah baru karena tidak ada petunjuk bagaimana cara menuju perhentian U-bahn nomor 2 (U2). Kami perhatikan memang ada stiker persegi empat di dinding dengan huruf U putih berlatar biru tua, we guess it stands for U-bahn. Kami ikuti saja huruf-huruf U itu hingga akhirnya tiba di platform bawah tanah. Ternyata di sini berkumpul beberapa jalur U-bahn, di antaranya U1/U2/U4/U5. Khusus U2 petunjuknya berlatar merah dengan tujuan akhir tiap arahnya dituliskan di sebelah kanan huruf U2 tadi. Misalnya untuk ke arah kantor, saya perlu menuju platform U2 dengan tujuan Messestadt Ost dan untuk pulang nanti menaiki U2-Feldmoching. O..begitu rupanya, ini juga baru mengerti setelah membandingkan peta U-bahn dengan "kenyataan di lapangan". Ada kejadian yang menegangkan karena ramainya penumpang U2 pagi itu ditambah lagi kami tidak mengerti instruksi masinis yang mengatakan akan menutup pintu (dalam bahasa Jerman pastinya), kami terpisah, Elwis masih di platform sementara saya sudah naik. Ya, terpaksa ditunggu U2 yang membawa saya kembali ke Hbf, menunggu 5 menit lamanya untuk U2 berikutnya. Setelah itu perlu diingat bahwa instruksi masinis bahwa pintu bahn akan menutup adalah zurückbleiben (diam di tempat).

Perjalanan U2 (Hauptbahnhof-Karl-Preiss-Platz) ini makan waktu 10 menit ditambah dengan berjalan kaki dari sana ke kantor 5 menit. Sesampai di kantor para manajer rupanya belum dapat ditemui mungkin masih cuti atau dinas luar kota, maklum saja Agustus adalah musim panas. Syukurlah ada teman sekantor yg bisa dihubungi yaitu Nano, yang sebelumnya pernah dikenalkan kawan via milis. Beliau dulu di TF-ITB, melanjutkan S2 di Karlsruhe, dan bekerja di Infineon Munich ini sudah sekitar 1 tahun. Hari itu kami diajak makan siang ke rumahnya, senang deh ketemu wajah Indonesia juga di sini. Istrinya Nuri pun mengajak kami ke kedai Turki dekat rumah mereka untuk membeli beras basmati dan minyak goreng. Rupanya di lantai 4 toko ini ada masjid yg sering dikunjungi karyawan muslim Infineon untuk shalat Jumat, karena memang hanya dua stasiun U-bahn (U2) dari kantor, tepatnya Silberhornstrasse.

Di hari Selasa pun saya tidak ke kantor karena memang manager akan masuk kantor kembali hari Rabu. Kami memanfaatkan hari itu untuk berjalan-jalan mengenal lingkungan sekitar apartemen dan ke bandar kota Muenchen, mencari toko halal (Turki) di dekat Hbf. karena menurut informasi mayoritas toko Turki ada di sana, melihat objek wisata tengah kota antik Marienplatz yg terkenal, dan cuci mata saja di hari mendung dan gerimis itu. Tak lupa beli kartu prabayar Vodafone GSM untuk dipasang di HP (harganya EUR 40 untuk pendaftaran dan pemakaian 15 menit). Menerima panggilan free, namun untuk membuat panggilan lokal bisa kena 39 sen per menit. Itulah mahalnya prepaid, namun mulai hari ketiga di Jerman ini kami sudah dapat dihubungi :-) Perut pun kenyang karena sudah dapat menanak beras (secara manual) dan menggoreng. Hari terus merambat maju, tercatat Nano, Nuri, Silvi, Saad, dan Dwi adalah beberapa nama awal yang menjadi perintis silaturahmi kami selanjutnya.













(1) U2 di Muenchen Hbf, koleksi http://flickr.com/photos/neudinho37/
(2) Luar Hbf
(3) Dalam Hbf untuk kereta antar kota/negara

Aug 18, 2008

15 hari sebelum HUTRI ke 57 (2. Andenken)

Tiba di apartemen di jalan Wotanstraße 23 (Laim) jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, hari sudah berangsur gelap (maklum ini akhir musim panas sehingga siang masih lebih panjang). Jalan-jalan di sekitar apartemen sepi dan tak nampak siapa-siapa. Kami baru sadar nanti bahwa di provinsi Bavaria atau Bayer ini (Munich adalah ibukotanya) toko-toko tutup sepenuh hari tiap hari Minggu. Di lantai dasar apartemen ternyata posko taksi dan di seberang jalan tampak sebuah supermarket. Selanjutnya kami menaiki tangga ke lantai tiga dan disambut pemilik rumah (landlord), bernama Hr. Mauritz, seorang supir taksi. Ada tiga apartemen lain di lantai 3 tsb. Hr. Mauritz tak dapat bercakap dalam bahasa Inggris, sehingga ia menerangkan seluk beluk apartemen full-furnished (möblierte Wohnung) ini kepada Andreas dan selanjutnya ia terjemahkan. Apartemen mini 65 m2, tipikal bagi 1-2 orang penghuni di kota Munich. Dinding dan langit-langit bercat putih susu, satu hall merangkap ruang makan yang tak terlampau luas (Wohnzimmer), satu kamar tidur (Schlafzimmer) dengan lemari dan satu french-size bed, satu shower bath tub (+toilet / Badezimmer), dapur (Küche), dan gudang kecil berisi perkakas (Lager). Karpet melekat erat di lantai dan pemanas gas tersedia di tiap ruangan. Perabotan lengkap baik di ruang tamu, kamar tidur, dan dapur. Andreas menekankan bahwa kami menerima apartemen ini dalam kondisi bersih dan semuanya berfungsi baik.

Selanjutnya ia membawa kami keluar apatemen dan turun ke ruangan bawah tanah yang dingin dan kurang menyenangkan … itulah ruang unik persembunyian bawah tanah [bukan ding] yang namanya Keller. Dalam bahasa Indonesia ini adalah gudang bawah tanah, tempat menyimpan benda-benda tak terpakai. Tampak jeruji-jeruji kayu (yang melindungi barang2 di dalamnya) dan lampu bohlam kecil tergantung di atas. Ruang ini lembab dan terkesan angker di senja gerimis itu. Di sebelah Keller terdapat ruang mesin cuci dan pengering berkoin yang dapat dipakai setiap penghuni apartemen dengan mengisi buku daftar pemakai terlebih dahulu (ingat mesin cuci dilarang dipakai di hari Minggu). Alhamdulillaah di apartemen kami sudah ada mesin cuci, jadi ini tak terlalu masalah. Masuk gudang bawah tanah perlu kunci, masuk ke ruang cuci umum butuh kunci lain, dan untuk membuka tempat sampah (yang terbuat dari baja abu-abu besar) pun ada kuncinya … jadi dapat dibayangkan gerombolan kunci itu lumayan berat (together with main gate key, mailbox key, and our apartment key). Masing-masing kunci terbuat dari baja tahan karat.

O..ya Andreas juga memperkenalkan kami pada manajer apartemen (Hausmeister) di lantai dasar yang bertanggungjawab akan operasional di apartemen tsb (listrik, air, pemanas, sampah, dll), namanya tuan Hafner. Sebenarnya istri saja yang bekerja, ditemani dua anak remajanya, dan seekor anjing besar tua dan seeekor kucing gemuk.

Kembali ke dalam apartemen, hari mulai merayap menuju jam 9 malam. Penat
kembali terasa , apalagi hari dingin di luar dan perut belum diisi apa-apa sejak turun pesawat. Selanjutnya urusan serah terima akan segera dibereskan, Andreas menyodorkan segepok dokumen perjanjian sewa yang harus kami tanda tangan. Hampir seluruhnya dalam bahasa Jerman dan ia pelan-pelan menjelaskan maksud tiap klausul perjanjian. Banyak halamannya dan bertele-tele, yang saya ingat hanyalah kalau ada ketidakpuasan dari pemilik, dia berhak menuntut ganti rugi (alias deposit kita diambil). Oven rusak, mesin cuci mogok, langit-langit berlumut (Pilz), jendela pecah, atau dinding kumal akan ada resikonya. Cape deh … saya sudah tak berminat membaca lagi, dan kami tanda tangan saja surat-surat perjanjian tsb. Kami berdoa moga-moga tak ada kerusakan yang membuat ratusan atau ribuan Euro melayang :-( Andreas mengajarkan juga cara mengoperasikan pemanas (Heizung) dan cara membuka pintu/kaca jendela yang unik (sebenarnya ini standar di sana).

Setelah semua beres, kami berjabatan tangan, ia dan pemilik rumah pun pergi. Andreas menginformasikan bahwa rekannya akan menghubungi lagi untuk urusan pendaftaran penduduk, mengganti visa kami dengan visa yang lebih lama, membuka rekening bank, dll. Pyuuh lega, setelah dua kali bolak balik memindahkan koper dari mobil ke apartemen (naik tangga lagi tiga lantai, tak ada lif). Angin berhembus sepoi-sepoi dari balkon, sayup-sayup satu dua mobil melintas di jalan bawah (lumayan besar, ada empat jalur mobil) dan di kejauhan nampak kereta listrik mondar mandir di atas terowongan. Andreas mengatakan kalau kami keluar apartemen dan berjalan lurus menuju terowongan tersebut akan ditemui stasiun kereta Laim (Laim Bf). Malam itu rasanya macam mimpi, hanya kepada Allah kami berserah diri dan bersyukur, atas rahmat dan karunia Nya sampai juga kami ke negeri asal Siemens ini.

Persoalan baru muncul, untuk makan kami tak punya beras. Rice cooker pun ditinggal. Lupa juga
bagaimana dapat survive malam itu untuk makan malam. Kalau tak lupa Elwis membawa beberapa potong ayam goreng dan ada juga indomie. Beberapa potong roti yang kami bawa dan juga hasil bungkusan di pesawat masih ada. Nah tinggal masak air untuk buat kopi/teh manis. But ... olala ... air nya memang jernih, tapi begitu dimasak muncul deh terapung-apung partikel-partikel macam kapur. Tak percaya dengan air yang butek ini, masak air yang baru eh begitu juga. Hmm menyerah, dan air panas itu didiamkan saja sehingga serbuk kapurnya turun. Air di Munich yang bersumber dari Alpen ternyata mengandung kadar kapur (CaCO3) yang tinggi.

Malam itu kami benar-benar terisolasi dari dunia luar. Tak ada alat komunikasi yang dapat digunakan karena belum ada kartu SIM GSM, tak ada sambungan telepon rumah, apalagi internet dan TV hanya menerima lima atau enam saluran yang seluruhnya berbahasa Jerman. Hawa dingin mulai terasa sehingga jendela dan pintu perlu ditutup sementara kami pelan-pelan membongkar isi koper. Mandi air hangat dan menunaikan shalat Maghrib-Isya di jama'. Jet lag dan tempat tinggal yang baru membuat mata sukar tertutup, karena jam-jam segini di Asia Tenggara sudah sekitar 3 pagi. Namun akhirnya bisa juga tertidur dan sekali-kali terjaga karena belum terbiasa. Agustus adalah masa-masa akhir musim panas, sering hujan, meski suhu di luar belum terlalu dingin.
























(Foto1) Tengelmann supermarkt di seberang jalan yang tutup di hari Minggu
(Foto2) Arah jalan menuju terowongan Laim Bf
(Foto-3-4-5) KM/WC, koridor, kamar tidur

[bersambung]

Aug 17, 2008

15 hari sebelum HUTRI ke 57 (1. Andenken)

Memasuki awal bulan Agustus enam tahun yang lalu adalah hari-hari yang menguras stamina dan memacu adrenalin. Tiket pesawat dan Schengen visa sudah oK, dan dalam hitungan kurang dari 100 jam kami harus pergi meninggalkan Tumasik. Masa dua tahun tinggal di flat HDB lantai 4 blok 419 Tampines akan menjadi sebuah kenangan indah bulan-bulan pertama kami menjadi pengantin baru di pulau ini. Koper-koper besar telah penuh, kardus-kardus telah dibagi antara mana yang akan pulang ke Jakarta, menetap di Singapura, atau berangkat lebih dulu ke destinasi baru. Pamitan, lelang barang bekas, aktivitas titip menitip, membersihkan flat, dan melunaskan rekening listrik, air, telepon, dan sewa rumah adalah rutinitas beberapa hari itu. Ini belum termasuk survei mencari kamera digital, membeli sebuah notebook, dan menukar uang. Di malam terakhir sekitar enam orang kawan datang berkunjung untuk salam perpisahan dan menerima warisan barang-barang terakhir. Setelah kawan-kawan pulang, kami pun berangkat untuk menitipkan empat koper besar ke bandara (Left Baggages) agar esok pagi tak perlu berat-berat membawanya. Jam saat itu menunjukkan pukul 0030.

Pemilik flat kami sudah tua, encik H. Amin. Bersama menantu prianya encik Zaini mereka membantu kami berkemas. Mereka berdua adalah pemilik sewa yang baik dan membantu kami melewati masa sukar ini. Dini hari keberangkatan mereka mengantar kami ke terminal dua Changi dengan mobilnya. Bukan hanya serah terima kunci, tapi mereka menanti hingga kami dapat lepas dari check-in dan urusan bagasi yang cukup meletihkan, mengingat semalaman hanya tidur 3 jam saja. Overweight ! alhamdulillaah 73 kg boleh masuk bagasi plus jinjingan ke kabin pun yang tak kalah hebohnya. Namun kami terpaksa meninggalkan sekitar 10 kg kardus aksesori masak-memasak kepada encik Zaini dan meminta mereka untuk dapat memanfaatkannya. Padahal itu barang-barang berguna namun harus ditinggal karena terlampau mahal dendanya kalau dibawa. Waktu tak banyak dan kami harus segera menuju ke imigrasi dan ruang boarding. Oh … at last we made it, it was really tiring, alhamdulillaah sekali lega rasanya pada saat si gemuk pendek B777-300 benar-benar lepas landas di Minggu pagi yang cerah itu.

Enam tahun bukan waktu yang lama meski tidaklah sebentar. Mengenang sejenak hijrah meninggalkan Asia enam tahun empat belas hari yang lalu. Tepatnya Minggu 4 Agustus 08:25 (GMT+8), Thai Airways
TG402 telah membawa nasib kami ke sebuah wilayah yang sama sekali asing -- budaya, bahasa, makanan, dan penduduknya -- empat belas jam penerbangan ke arah barat. Tubuh letih dan mengantuk, tertidur antara Singapura dan Bangkok setelah menghabiskan sarapan di pesawat pagi itu. Dua jam kemudian pesawat mendarat di bandara lama BKK (Don Muang) untuk ganti pesawat yang lebih besar. Waktu transit sekitar 3 jam cukup dipakai untuk mondar mandir sejenak di dalam bandara dan shalat jama' qashr Zuhur-Ashr. Tak lama kemudian kami pun sudah antri di belalai gajah memasuki B747-400 TG 924 antara BKK-MUC, antrian kali ini sudah banyak bule nya.

Di atas ketinggian 10000 meter dapat dilihat berbagai profil darat dan lautan di sela-sela awan. Paling mengesankan di atas gunung-gunung tandus dan padang pasir saat akan memasuki Timur Tengah. Nampak pula sebelumnya puncak-puncak Himalaya bersalju. Semua begitu jelas karena
langit yang cerah dan pesawat terbang "mendahului" sang surya ke arah barat. Langit siang terus :-) Petualangan menegangkan baru benar-benar dirasakan saat pesawat mendekati tujuan, langit gelap dan badai di luar. Biarpun ini pesawat penumpang terbesar saat itu, namun di atas sana dia bukan lawanyang seimbang untuk kemurkaan cuaca. Pesawat beberapa kali terbanting karena perbedaan tekanan udara (turbulensi) dan ini berlangsung agak lama, Laa haula walaa quwwata illa billaahi. Ini pengalaman pertama digoyang dan dibanting sehebat ini. Alhamdulillaah akhirnya pengalaman [yang umum] di atas pegunungan Alpen ini berakhir, pesawat dapat mendarat mulus dengan sedikit oleng kiri-kanan dan disambut tepuk tangan riuh para penumpang :-)

Di sore itu, pada hari yang sama, setelah mengarungi setidaknya 10000 km, kami menapakkan kaki pertama kali di Flughafen München Franz Josef Strauß. Senja gerimis dengan suhu udara di luar di bawah 20 derajat Celcius. Jaket dan baju hangat masih di koper, badan pun masih terasa hangat karena baru keluar dari pesawat. Masih agak bingung di ruang kedatangan karena bandara nya terlihat amat sederhana dan papan2 petunjuk arah berlatar biru tua yang menyediakan info terlampau singkat. Tak nampak petugas bandara yang siap membantu penumpang seperti yang umum terlihat di Changi. Akhirnya tiba juga di antrian panjang imigrasi khusus warga asing (non-EU), cukup lama juga di sini karena mungkin faktor bahasa. Tidak semua orang yang datang ke Munich paham bahasa Jerman dan untuk berkomunikasi bahasa Inggris pun mereka tertatih-tatih. Alhamdulillaah datang giliran kami, petugas mencoba ramah meski masih tampak kaku. Tanya ini tanya itu, dan akhirnya surat sakti dari kantor membantu mempermudah segalanya. Menuju klaim bagasi dan pintu keluar pun, semuanya modal pe-de saja, karena memang minim petugas :-( Baru nampak petugas berseragam (macam polizei) di pintu pemeriksaan akhir sebelum keluar. Ini pun lolos mudah, maklum agak khawatir juga saat itu, karena peristiwa sembilan-sebelas masih belum berselang 1 tahun lamanya.

Di bandara kami dijemput oleh seorang Jerman dari agen relokasi Wohnref GmbH, Hr. Hatzistamatis, kini pria ini telah memiliki firma sendiri. Pria berperawakan tinggi dan bersuara berat mendekat dengan papan nama bertuliskan nama kami. Dengan ramah ia memperkenalkan diri dan mempersilakan kami menaiki Mercedez Benz C200 nya. Sepanjang jalan ia rajin bercerita dengan bahasa Inggris aksen Jerman. Masa-masa awal musim gugur yang tidak bersahabat. Jalan becek dan langit gelap mendung padahal masih pukul lima sore. Bandara MUC ini tidak terlampau jauh dari kota, hanya sekitar 28 km di timur laut pusat kota Munich, namun ada kesesakan di jalan tol yang membuat kami tiba sekitar 1 jam kemudian di our future appartment for the next 18 months.












[bersambung]

Arti Hari Kemerdekaan bagi Perantau

Hari kemerdekaan Indonesia tahun 2008 ini jatuh pada hari Minggu. "Hu... nggak seru", "tanggal merah jadi kurang satu hari", "mana harus upacara ke kantor lagi !". Nah itu mungkin sedikit kekecewaan bagi masyarakat yang tinggal di negeri tertjintah Indonesia [maaf jika kurang tepat, karena ini rekaan saya saja]. Namun bagaimana jika HUTRI yang amat jarang jatuh di hari Minggu ini dirasakan oleh masyarakat pemegang paspor Indonesia yang kebetulan sedang sekolah, bertugas atau memang sedang berjuang menjemput rezeki di luar negeri ?

Tentunya pasti ada yang merasa hari ini adalah spesial dan bergembira dengan "kemewahan" yang datang ini. Apalagi jika lokasi tinggal masih satu kota dengan rumah pak duta besar atau lebih tepatnya KBRI ... kedutaan besar republik indonesia. Percaya deh, jauh-jauh hari pasti sudah ada yang merencanakan untuk memperingati HUTRI ini di KBRI. Bukan sok nasionalis, kalau tak ada acara atau janji yang lebih penting pasti berbondong-bondong datang ke sana. Jangankan yang tinggal masih di kota yang sama dengan KBRI, bagi yang tinggal cukup jauh pun akan memaksakan diri untuk datang :-) Pokoknya asal masih ada bus atau kereta dan terjangkau dalam 2-3 jam perjalanan, pasti akan dilakoni juga.

Memaksakan diri untuk datang tentu ada konsekuensi susah senang nya juga, diantaranya:
  • Harus senang dan memaksa diri bangun pagi-pagi mengingat jadwal upacara itu biasanya mulai jam 9 pagi teng. Ikhlas untuk bangun dan berangkat pagi di hari Minggu. Nah resiko ini bertambah besar bagi WNI yang kebetulan merayakan HUTRI pada saat musim dingin atau salju :-) Perlu berlapis-lapis pakaian tentunya untuk menahan dingin saat upacara.
  • Kalau bangun terlambat atau anak-anak yang susah diatur di pagi hari (maybe you need to pump up more nationalism to the kids' heart ...) maka relakan untuk mengejar deadline upacara di atas dengan taksi. Ini artinya biaya tambahan dan sedikit pacuan adrenalin di pagi hari. Taksi jelas amat diperlukan apalagi kalau wilayah tinggal kita tidak dilalui bus di hari Minggu atau jadwal bus hanya datang tiap 1 jam sekali.
  • Memakai jas adalah nyaman di negeri yang bercuaca dingin, namun kalau upacara pagi hari di negeri tropis dengan intipan matahari yang mulai galak pada jam-jam tsb, bercucuran keringat dan pegal boo ...
  • [senangnya] silaturahmi, bertemu kawan lama dan membuat kawan baru.
  • [senangnya] foto-foto bareng, jangan lupa dengan pak dan bu dubes dan latar belakang KBRI nya juga sekalian.
  • [senangnya] makan-makan, menu aseli bumipoetra, kostenlos, gratis !
  • [senangnya] flashback mengikuti upacara, baris-berbaris, mengheningkan cipta, pengibaran pendera oleh Paskibra, mendengarkan pidato (Pancasila, Pembukaan UUD 1945, Teks Proklamasi, sambutan, doa ... I missed them since SMUNDEL time 18 years ago) dan lagu-lagu nasional versi resmi. Saya pun baru tahu lagu Bendera punya Cokelat pun sudah menjadi theme song sejak upacara HUTRI 61 (2006).
  • [senangnya] mendengar lagu-lagu nasional dan daerah di acara bebas seusai upacara.
Bayangkan itu baru HUTRI, apalagi kalau hari idul fitri jatuh di akhir pekan seperti Sabtu atau Minggu, tentu KBRI itu tumpah ruah macam pasar rakyat ramainya :-) Hal-hal di atas kurang mengena bagi pejabat kedutaan, instansi pemerintah, dan BUMN yang sudah menjadi keharusan untuk ikut upacara tiap tahun.

OK sekian liputan dari HUTRI ke 63 di KBRI. 17 Agustusan berikutnya akan jatuh di hari Minggu 7 tahun lagi.

Aug 16, 2008

Arti Hari Kebangsaan ... Puas Makan Burger

Hari libur nasional adalah hari yang dinanti-nanti. Apalagi kalau dirayakan bersama seluruh masyarakat tak peduli suku adat ras agama. Pasti ramai dan membawa kegairahan bagi tiap orang. Nah di Singapura ini hari libur nasional hanya 11 hari saja dalam setahun, bayangkan dengan Indonesia yang memiliki 18 hari atau lebih. Dari 11 hari tersebut hanya 3 hari yang generik alias tak ada kaitannya dengan agama yaitu tahun baru (1 Jan), hari buruh (1 Mai), dan hari kebangsaan (9 Ogos). Kebayang kan ... ini hari terakhir 4.5 juta rakyat sini bersenang-senang tiap tahun :-) Seperti biasa selalu diiringi dengan festival kembang api dan pertunjukan kolosal meriah yang didanai sepenuhnya oleh pemerintah dan sponsor tentunya.

Pihak pedagang yang cerdik tak ketinggalan memanfaatkan suasana meriah ini (biasanya di bulan Juli - Ogos) untuk mempromosikan jualannya. Mumpung rata-rata penduduk agak longgar membelanjakan uangnya atau ada alasan untuk berbelanja ekstra dibanding hari-hari biasa. Dari yang menjual alat elektronik, peralatan rumah tangga, furniture, paket langganan telepon dan tak ketinggalan ... restoran.




















Spam lagi di kotak pos kami ... kali ini brosur spam datang salah satunya dari perusahaan burger BK. Dalam periode 15 - 27 Ogos BK menjanjikan penghematan lebih dari SGD 110 bagi siapa saja yang menyantap secara kontinu makan pagi, siang, dan malam di kedainya. Hanya dengan menyobek kupon-kupon diskon makanan yang disediakan, total Anda akan berhemat SGD 110. Kalau datang teman-teman atau sanak famili dari jauh, dan mereka ikhlas ditraktir burger dan burger lagi, berarti promosi BK ini asli cocok untuk sebuah hadiah hari kebangsaan :-)

Kupon diskon kami masih utuh, ada yang berminat ? Ini bukan promosi BK lho, hanya saja masih ada pengelola kedai makan yang masih mau memberi diskon up to 43% (selama 12 hari) di saat inflasi di negeri ini (CPI=customer price index) sudah mencecah 8.5% khusus untuk makanan, angka tertinggi selama 26 tahun republik ini berdiri. He..he.. kalau porsinya agak dikurangi saya sendiri kurang tahu, maklumlah bukan pelanggan setia BK.

Aug 13, 2008

9 dari 10 notebook di dunia dibuat di Taiwan

Tomohiro Otsuki dalam Nikkei Elektronics Asia bulan Juli 2008 menulis 90% desain dan rakitan notebook atau laptop dunia dikuasai industri-industri Taiwan. Ditampilkan dalam bentuk matriks dimana 9 pemilik merek besar notebook dunia mempercayakan perakitan produk mereka pada 10 produsen Taiwan. Sisanya sekitar 10-15% pasar perakitan notebook masih dilakukan di dalam negeri Jepang untuk model-model tertentu keluaran NEC, Toshiba, dan Sony. Sementara itu EETimes Asia mencatat sekurangnya ada 15 industri desain dan manufaktur (ODM) perakit notebook untuk seluruh dunia.

Quanta (31% pasar), Compal (24%), Wistron (16%) dan Inventec (11%) adalah empat pemain besar ODM Taiwan. Acer dan Asustek adalah merek lokal Taiwan yang pada awal berdirinya dianggap sebagai komputer tak bermerek (no-brand). Namun kini Acer menempati peringkat tiga (setelah HP dan Dell) dan Asustek pula pada peringkat delapan dari pasaran notebook dunia yang mencatat pengiriman 137 juta unit per tahun pada tahun 2007. Bayangkan dengan pemain lokal di negeri kita yang hanya satu dua seperti Zyxel dan Axioo.

Trend 2008 ke depan diantaranya:
  • Merebaknya segmen baru notebook kelas ringan dibawah USD 500 meniru produk perdana Asus eeePC (hemat daya, ringan, dan kecil). Everex dan HP telah mengeluarkan produk yang sama. Langkah ini ditanggapi serius dengan melihat prospek prosesor baru untuk mendukung segmen ini seperti Intel Atom dan VIA (sistem x86) dan ARM yang populer di pasaran embedded peripherals.
  • Penyimpan data berbasis semikonduktor (solid state drive) yang semakin kompak. Terakhir kapasitasnya sudah mengejar 40GB. Meskipun kapasitas lebih kecil, SSD lebih unggul dibanding HDD dalam hal hemat daya, akses data lebih cepat, dan realibilitas karena tidak adanya bagian yang bergerak.
  • Pencahayaan monitor notebook yang menggunakan dioda pemancar cahaya (LED backlights). Ini akan menghemat konsumsi daya 10% dibanding cara konvensional saat ini dan dapat menghasilkan monitor yang lebih tipis dan ringan.
Sumber
Laporan Computex 2008
EETimes Asia
Analisis oleh Tomohiro Otsuki dalam NEA


Aug 12, 2008

Rambu Larangan, Singapura Jagonya

Bagi sesiapa yang sudah bosan mengukur panjang jalan Orchard/IMM/VivoCity setiap akhir pekan atau setiap datang ke Singapura ada satu solusi yang cocok dan menyehatkan. Jawabannya adalah menikmati alam dengan mengunjungi taman-taman alami ataupun buatan yang tersebar di banyak tempat di pulau beton kecil 650 km persegi ini. Memang cukup menguras energi apalagi kalau baru mulai dijelajahi di atas jam 10 pagi, badan pasti berkeringat diterpa sinar matahari dan "dekapan" kelembaban udara yang luar biasa tinggi. Kalau mau daftar lengkapnya silakan susuri lelaman dewan taman kota NParks. Bisa dipilih mana yang mau dijajal terlebih dahulu, mau wisata pantai, danau buatan, bukit, taman bunga, hutan lindung, dll.

Nah bagaimana pemerintah di sini memastikan bahwa pengunjung tetap setia menjadi warga negara atau tamu yang baik biarpun berada di daerah yang tak bertuan? Penegakan hukum harus berjalan di mana saja. Contoh yang umum terlihat di taman-taman kota adalah pemasangan papan peringatan besar yang berisikan larangan-larangan yang wajib dipatuhi. Pelanggaran berharga mahal (up to SGD 10K) atau menyita 6 bulan hidup di penjara.


Kreatif kan jika melihat tiap rambu larangan tsb. Bagi yang tidak mengerti simbol dapat membaca penjelasan umum di papan sebelah kirinya. Nah bila petugas merasa 12 rambu belum cukup, mudah saja ia akan ketok lagi 3 rambu tambahan seperti di sisi kiri bawah. Gambar di atas saya ambil 3 tahun yang lalu di reservoir McRitchie, mungkin kini sudah bertambah :-)

Salut memang, pengunjung patuh dan menghormati hak-hak lingkungan, tanaman dan hewan yang ada di sana. Padahal belum pernah kami melihat seorang polisi atau pengawas hutan pun, yang ada mungkin satu dua kamera cctv (alias tak banyak di pintu masuk atau pintu keluar) dan beberapa pekerja kebersihan/perawat taman yang sedang dinas keliling.


Foto kedua adalah tanda larangan yang dikeluarkan oleh perusahaan air minum negara (PUB) di tepi sungai Singapura, tepatnya di kawasan Boat Quay. Sebuah kawasan di tengah kota, penuh pencakar langit, dan dipenuhi restoran. Singkat dan tegas pesannya, hanya lima simbol larangan, dan tanpa diembeli hukuman bagi pelanggar. Simbol-simbolnya jelas lebih berkenaan dengan air dan penghuninya. Mengapa tanda coretnya miring ke arah yang berlawanan bila dibandingkan foto sebelumnya ya ?

Treetop, Berjalan di Puncak Pohon

Sesuai judulnya memang ini wisata alam yang menjanjikan pemandangan melihat puncak-puncak pohon. Tentu saja bukan pohon tomat, pohon cabe, atau pohon-pohon mini lainnya, tapi ini asli pohon-pohon berakar tunggang berkambium rindang yang memiliki tinggi sekitar 20-25 meter. Pengunjung menikmati pemandangan pohon-pohon dari jarak yang relatif dekat pada ketinggian tersebut. Bukan dengan panjat tebing, naik kereta gantung, apalagi naik helikopter melainkan dengan cara berjalan di atas jembatan besi baja yang kokoh. Biasanya pengunjung memulai pengembaraan nya dari sebuah tempat yang tinggi misalnya bukit (bisa dengan perjalanan mendaki atau diantar dengan bus atau kereta wisata) lalu disambung dengan jembatan ini.

Di Singapura ada dua tempat terkenal yaitu HSBC Treetop Walk di McRitchie Reservoir Park dan Forest Walk di Southern Ridges Park. HSBC Treetop berupa jembatan gantung suspensi yang terentang di antara Bukit Peirce dan Bukit Kallang. Sementara Forest Walk merupakan jembatan baja sambung menyambung dimana pilar-pilar baja penopangnya langsung ke tanah. Konsep treetop agak berbeda dengan canopy walk (berjalan di bawah kerindangan pohon) atau yang lebih umum lagi yaitu forest walk (wisata hutan). Perbedaan yang paling mencolok adalah lokasi perjalanan, satu di atas dan satu mengikuti profil tanah di bawah. Berjalan di jembatan treetop amat tidak nyaman dilakukan saat matahari sedang terik karena tidak ada yang menaungi kita dari sinar matahari langsung atau di malam hari karena memang tidak ada lampu. Kekurangannya yang lain adalah wisatawan tidak bisa merasakan langsung sensasi menyentuh akar, batang pohon, merasakan turun naik atau lembabnya tanah hutan hujan tropis ini :-) Bahkan di jembatan HSBC Treetop pengunjung hanya diperbolehkan berjalan satu arah dan pada setiap saat hanya diperbolehkan 30 orang yang "tergantung" di sana. Kebayang kan, kalau di atas jembatan itu tidak bisa bergerombol karena membuat macet apalagi mau duduk santai dulu karena penat. Kesempatan memfoto sekeliling pun harus dilakukan dengan segera karena banyak pengunjung lewat dan posisi kaki tidak stabil karena goyang.

Menurut kamus bahasa Inggris Collins, definisi treetop adalah bagian tertinggi dari sebuah pohon dimana berkumpul cabang-cabang, dedaunan, dan tempat bermain monyet. Wisata jenis ini jelas membutuhkan modal yang luar biasa untuk perencanaan dan pembuatan sarananya. Alhasil tidak banyak tempat yang memiliki wisata macam ini:

HSBC Treetop Walk
  • Singapura, tinggi 27 meter, rentang jembatan 250 meter, gratis.
  • Diresmikan 5 November 2004, menelan biaya SGD 1.6M.





Forest Walk Southern Ridges
  • Singapura, tinggi 3-18 meter (menuruni bukit), rentang jembatan 1300 meter, gratis.
  • Diresmikan May 2008



Otway Fly
  • Australia Barat Daya, tinggi 47 meter, rentang jembatan 600 meter, bayar AUD 20.
  • Diresmikan September 2003, menelan biaya AUD 6.5M.
  • Tertinggi dan terpanjang di dunia !


Otwayfly picture is taken from Harko Pilot collection.

Aug 8, 2008

Resiko Perawatan Akar Gigi (Bagian 2)

Sehatkah memelihara "gigi mati" ?

Dalam masa penantian sebelum temu janji berikutnya tanggal 14 Agustus, saya coba tanya ke mbah Google dengan kata kunci = "side effect root canal". Amat mengejutkan hasilnya, ternyata memang ada dan bukan perkara remeh. Penelitian aslinya telah dilakukan sejak 85 tahun yang lalu oleh Dr. Weston A. Price. Kertas-kertas ilmiah seperempat abad penelitiannya dibukukan hingga dua jilid total 1174 halaman. Namun hasil penelitian ini bukan bahan kuliah populer, terkubur oleh masa, dan "dilupakan" para dokter gigi seluruh dunia. Baru tahun 1965 atas inisiatif Dr. George E. Meinig muncul buku yang lebih mudah dicerna "orang awam" berjudul Root Canal Cover-Up dengan hanya 220+ halaman.

I
nti penelitiannya adalah gigi yang telah diselamatkan dengan perawatan saluran akar (root canal) atau endodontik akan selalu terkena infeksi sebaik apapun penampilan ataupun rasanya setelah operasi tersebut. Dr. Price mencurigai:
  1. infeksi bakteri gigi mengakibatkan banyak penyakit pada pasien yang terjadi akibat kerusakan sel atau organ tubuh lain (focal infection) di kemudian hari.
  2. melemahnya imunitas tubuh pasien yang mengakibatkan pasien mudah terserang penyakit
Seperti yang diketahui, dentin adalah struktur yang membangun 95% bagian dari sebuah gigi. Dentin tidak seutuhnya padat namun tersusun dari rongga-rongga berbentuk silinder halus berdiameter 1-1.3 mikron (pori-pori dentin). Pori-pori ini menjadi jalur nutrisi zat yang menjaga kesehatan dan kehidupan gigi. Nutrisi tersebut dikirim tiap hari kedalam tiap rongga oleh pembuluh darah arteri yang menyertai syaraf dan pembuluh darah vena di dalam saluran akar. Proses alamiah ini mirip dengan arteri yang memberi nutrisi pada sel-sel tubuh manusia.

Pada tahap awal kerusakan gigi biasanya masih bisa disembuhkan dengan mengikis bagian luar gigi yang rusak (membuang bakteri yang telah menguasai bagian tersebut) dan menambal enamel atau dentin tsb. Namun bilamana kerusakan dibiarkan dan bakteri jahat telah berhasil menembus saluran akar maka syaraf dan pembuluh darah di dalam akar tersebut menjadi terinfeksi. Bakteri menjadi mudah menjalar di dalam saluran akar dan berenang menuju pori-pori dentin. Pori-pori dentin menjadi rumah baru bakteri yang nyaman dan terjamin suplai makanannya :-(

Ramai drg tak faham atau mengabaikan kemampuan bakteri untuk hidup dalam dentin dan tak mempertimbangkan kemungkinan bakteri ini dapat menyebar ke seluruh tubuh (menimbulkan penyakit lain). Drg beranggapan bahwa pemusnah bakteri (desinfektan) yang digunakan saat proses perawatan akar akan membunuh semua bakteri jahat tersebut. Mayoritas bakteri di dalam saluran akar memang tereliminasi namun bagaimana dengan bakteri yang sudah "pindah rumah" ke dalam pori-pori dentin ? Penelitian Dr. Price
menyebutkan dari 100 jenis desinfektan yang ia coba, tak ada yang mampu menembus rongga-rongga halus ini, termasuk sel darah putih dan beragam antibiotik yang dipakai pada masa kini ! Selain itu sukar dipastikan bahwa saluran akar ini benar-benar bersih dari sisa syaraf-syaraf mati dan kumpulan bakteri mengingat salurannya sempit, gelap, dan mungkin tak lurus. Pembersihan dengan desinfektan dapat juga menyebabkan efek samping yaitu rusaknya jaringan yang terkena dan timbulnya rasa nyeri, infeksi baru, alergi, atau efek buruk pada kekebalan tubuh. Saluran akar yang steril ini hanya bertahan 1-2 hari dan selanjutnya bakteri sudah dapat ditemukan lagi di sana.

Ramai drg berargumen bahwa dengan menutup saluran akar "sepenuhnya dengan cairan khusus" akan menghentikan sumber makanan bakteri yang terperangkap dalam dentin. Namun anggapan ini tidak tepat karena bakteri mampu bermutasi dan mereformasi tubuhnya. Perubahan lingkungan dan kondisi sekitar membuat bakteri menjadi lebih ganas, bersifat anaerobik, dan memproduksi racun yang lebih berbahaya. Kerumitan seperti yang telah diungkap di atas: tidak ada antibiotik yang mampu menembus pori-pori dentin dan sel darah putih terlampau besar untuk membunuh bakteri di dalam pori-pori dentin semakin
memperburuk kondisi pasien. Antibiotik yang tidak tepat tak mampu membunuh bakteri dan justru memperkuat bakteri tsb. Di saat yang sama bakteri terus memproduksi racun yang dapat menginfeksi organ tubuh lain. Di sini puncak masalahnya, racun ini dapat lolos keluar dari dentin melalui lapisan otot penyangga gigi (periodontal membrane), terus ke tulang rahang, dan menyatu dengan aliran darah merah yang memberi makan pada tulang rahang tsb.

Dari penelitian Dr. Price disebutkan 25-30% dari pasien perawatan akar memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik dan gaya hidup yang sehat sehingga mereka relatif aman dari penyakit-penyakit yang dijangkitkan bakteri ini. Namun bila saja ada diantara mereka mengalami kecelakaan serius, flu berat, atau berada dalam tingkat stres tinggi tetap ada kemungkinan kekebalan tubuh mereka menurun drastis dan terkena serangan penyakit juga. 70% pasien lainnya yang memiliki kualitas kesehatan rendah akan amat mudah menderita penyakit bawaan bakteri tsb secepat ia selesai menerima perawaat akar giginya.

Perawatan akar gigi adalah kemajuan besar dunia pergigian dan patut diacungi dua jempol, namun perlu diingat efek sampingnya yang cukup berbahaya. Sudah menjadi kewajiban para dokter gigi untuk melakukan diagnosis sebaik mungkin tentang kesehatan pasien dan menginformasikan resiko ini sebelum memberi vonis cabut atau tindakan lain. Selain itu pemantauan akan mujarabnya perawatan saluran akar perlu diselidiki, apakah benar-benar "gigi mati" ini dapat berumur panjang (setelah di root canal) dan justru tidak menimbulkan penyakit lain pada mulut atau gigi di sekitarnya. Kasihan kan sudah bayar mahal tapi tidak memberi kenyamanan lama. Bagi mantan pasien yang tiba-tiba mengalami gejala penyakit yang muncul setelah perawatan ini perlu memberi tahu dokter yang memeriksanya, ada kemungkinan diagnosis ke gigi ini diperlukan. Perhatikan peta berikut ini untuk melihat kerapatan hubungan gigi dengan organ tubuh lainnya.


Sementara nasib saya sejauh ini "cukup" dibersihkan saluran akar dan ditambal saja. Konsultan yang memeriksa mengatakan lubang yang amat besar menyebabkan sukar untuk membuat dudukan crown yang mantap di atas molar-2 (M2) saya. Jadi crown tak dapat melindungi M2 ini lama-lama dan perlu diganti jika pecah. Mbak dentist memberi gambaran kalau saya tak mau menyelamatkan M2 ini maka saya perlu memikirkan implantasi atau gigi palsu (denture) di kemudian hari. Membiarkan tempat M2 dan M3 (gigi bungsu) kosong terlampau lama adalah tidak baik dan membuat geraham atas pasangannya kehilangan dudukan dan menimbulkan masalah lain (seperti turun, pengunyahan tak sempurna, sarang sisa makanan yang menyangkut). Implantasi (implant) jelas butuh biaya amat mahal dan sakit juga. Gigi palsu pun tak nyaman kalau tidak dirancang dengan baik. Alternatif terbaik memang dicabut, saya berdoa untuk yang terbaik.

Karena saya bukan dokter gigi atau berlatar belakang kedokteran jadi ini beberapa sumber pustakanya:
Chetday
Tuberose
Ulasan buku Dr.Meinig

Tes vitalitas gigi dan penanganan endodentik dibaca di British Dental Journal

Untuk membaca argumen dari drg yang berasumsi bahwa efek samping perawatan saluran akar adalah amat kecil dengan semakin baiknya teknik dan obat-obatan yang digunakan pada masa kini, baca di sini salahsatunya.

Gambar-gambar berasal dari sini:
(1) Clarian.org
(2) Toxinfreesmile.org

Mohon maaf kalau tulisan ini jauh dari sisi ilmiah dan lebih pada riset pribadi. Semoga ada pencerahan dari dokter/spesialis gigi terhadap tulisan ini sehingga kita tidak perlu ragu untuk mengambil [salahsatu] keputusan terberat dalam hidup ini.

Tulisan terkait:
Resiko Perawatan Akar Gigi (Bagian 1)
Sakit Gigi atau Sakit Gusi

Resiko Perawatan Akar Gigi (Bagian 1)

Antara dicabut dan perawatan saluran akar (root canal)

Topik sentral kesehatan di kuartal kedua tahun 2008 ini tak lain tak bukan adalah gigi. Siapa lagi kalau bukan gigi geraham kanan bawah (molar-2 atau M2) yang ternyata gagal ditambal. Rasa tiap jam nyeri dua malam yang saya alami dua minggu pertama setelah gigi ini ditambal tiba-tiba menjadi ngilu yang luar biasa saat minum susu kotak dingin dari kulkas. Langsung besoknya tanggal 15 Juli saya buat janji segera dengan klinik NDC dan diperiksa oleh dentist yang sama (drg Png Liu Lin).

Diawali dengan dua tes untuk menguji vitalitas syaraf gigi (pulp test) dan dilakukan perbandingan antara geraham yang normal (M1) di sebelahnya dengan M2 ini. Namanya tes arus listrik (electric pulp test) dan tes dingin (thermal pulp test). Intinya untuk melihat respon syaraf dari M2 baik terhadap arus listrik yang secara bertahap diperbesar dan sensitivitasnya terhadap dingin (sekitar -50 derajat C) yang dialirkan kepadanya. Hasilnya respon M2 amat lemah terhadap kedua tes ini. drg Png mengatakan syaraf M2 sudah berangsur mati dan akan mati total bila kondisi ini dibiarkan. Waktu itu saya masih bertahan dan mengatakan biar saja syarafnya mati dan gigi ini jadi kebal tak merasakan apa-apa, meski resikonya syaraf M2 akan busuk dan menjadi sarang bakteri … but it will not happen in short term soon ! Akhirnya saya pulang lagi, siggh … M2 jadi super sensitif hari itu, tersentuh lidah saja ngilu sekali. Lagi-lagi 2x24 jam saya hanya makan bubur :-(

Beberapa hari kemudian M2 pulih sementara saya bisa mengunyah dengan hati-hati di sana. Namun situasi tubuh tidak fit karena di akhir pekan tanggal 19 Juli timbul demam diiringi batuk. Memang hanya urusan dokter umum yang hanya meresepkan parasetamol untuk penahan sakit dan obat demam. Lalu sehat lagi beberapa hari tapi kini [runyam] sebab M2 berasa nyeri bilamana gigi ini dipakai untuk mengunyah. Jangankan mengunyah, ditekan dengan jari telunjuk saja sudah nyut-nyut rasanya. Pernah suatu waktu dan lewat gigi tsb, alamak ngilu sekali rasanya !

Akhirnya ke NDC lagi [emergency] tanggal 31 Juli. Saya berdiskusi lama sekali dengan drg. Png sebelum dia memulai pemeriksaan. Keyakinan saya memang syaraf M2 telah dirasuki bakteri-bakteri jahat dan akibat lubang yang besar tsb kemungkinan urat syaraf nya sudah menabrak "lapisan asing" yaitu bahan penambal gigi yang dipakai dua minggu sebelumnya. Tes vitalitas kembali dilakukan dan hasilnya lebih buruk, M2 benar-benar sudah tak bereaksi terhadap arus listrik dan kebal terhadap dingin ! Jadi rasa nyeri yang dirasakan itu disebabkan abses (atau bengkak) yang disebabkan bakteri sudah mendekati tempat dudukan gigi yaitu di gusi … oh cepat banget. Menurut drg, kematian syaraf alami ini ada yang berangsur lambat sekali sehingga tak terasa apa-apa atau cepat seperti kasus saya ini.

Dengan telaten dan sabar si mbak drg ini kembali berceramah dengan foto rontgen gigi saya, model gigi manusia, dan corat coret sana sini untuk menerangkan. Dari foto rontgen jelas tampak lubang yang dihajar gigi bungsu itu besar dan dalam: irisan melintang dari mahkotanya sampai ke dekat gusi ia tumbuh. Kesimpulan mbak dentist, M2 ini sudah tak dapat ditutup begitu saja karena bakteri sudah berhasil tembus duluan mencapai daerah sekitar syaraf gigi (pulp). Hanya ada dua opsi dicabut (paling cepat dan aman) atau perawatan saluran akar selama masih memungkinkan. Untuk opsi kedua ini dia akan konsultasi dulu ke seniornya, seorang konsultan. Tingkatan dentist di NDC ini (atau drg yang bekerja di rumah sakit pada umumnya adalah dentist, specialist, consultant, dan senior consultant dengan tarif dimulai dari SGD 60 untuk biaya konsultasi privat dan beringsut naik sekitar SGD 10-20 untuk senioritas selanjutnya).

Sore itu saya belum bisa memastikan mau dicabut atau root canal. Lagipula kan rusak di satu sisi saja, dan ada tiga sisi lainnya, jadi alternatif penyelamatan adalah lebih baik meskipun merobek dompet … root canal dengan subsidi PR di Singapura bisa kena SGD 1000 ! Itupun sebegai pasien subsidi saya harus menunggu antrian selama 6 - 9 bulan ke depan. Drg menyarankan pencabutan akar gigi terlebih dulu. Lubang (canal) akan dibuat untuk membersihkan syaraf gigi yang sebagian besar sudah mati ini dan selanjutnya ditambal sementara dulu. Dua minggu kemudian akan ditambal dengan lapisan permanen berwarna keperakan. Kenapa tidak langsung di root canal, ya karena saya pasien bersubsidi dan harus rela ngantri :-)

Alhasil sore hari 31 Juli itu M2 dikerjain lagi. Suntik bius lagi, bor lagi, urat syaraf nya dikeluarkan, lubang akar nya dibersihkan dengan berbagai cairan atau gas kimia (macam-macam rasa dan baunya macam bau tembakau, bau pemutih), dan sejam kemudian dipasang cengkeram dari logam mengkilat macam cincin (band) untuk mencegah geraham ini pecah bila [tak sadar] menggigit benda keras. M2 kini resmi jadi gigi mati dengan dua lobang besar di tempat akarnya yang dulu dan bertopi baja putih.

[bersambung]

Aug 7, 2008

Dongeng Manajemen untuk Anak

Aslinya dari milis yang kami ikuti dan tak tahu siapa penulis aslinya. Dongeng-dongeng semacam ini sudah sering muncul entah dari siapa saja, terus beredar dan diteruskan macam reaksi berantai surat kaleng. Bukannya hilang ditelang masa, malahan kembali hadir dengan berbagai versi dan bahasa-bahasa lain. Coba renungkan kedua cerita di bawah, rasanya cocok juga untuk dongeng buat si kecil, dongeng manajemen sedini mungkin :-)

Dongeng Perangkap Tikus
Sepasang suami dan istri petani pulang kerumah setelah berbelanja. Ketika mereka membuka barang belanjaan, seekor tikus memperhatikan dengan seksama sambil menggumam "hmmm...makanan apa lagi yang dibawa mereka dari pasar??"

Ternyata, salah satu yang dibeli oleh petani ini adalah Perangkap Tikus. Sang tikus kaget bukan kepalang. Ia segera berlari menuju kandang dan berteriak " Ada Perangkap Tikus di rumah....di rumah sekarang ada perangkap tikus !..."

Ia mendatangi ayam dan berteriak " ada perangkap tikus". Sang Ayam berkata " Tuan Tikus..., Aku turut bersedih, tapi itu tidak berpengaruh terhadap diriku"

Sang Tikus lalu pergi menemui seekor Kambing sambil berteriak. Sang Kambing pun berkata " Aku turut ber simpati...tapi tidak ada yang bisa aku lakukan"

Tikus lalu menemui Sapi. Ia mendapat jawaban sama. " Maafkan aku. Tapi perangkap tikus tidak berbahaya buat aku sama sekali"

Akhirnya Sang Tikus kembali kerumah dengan pasrah mengetahui kalau ia akan menghadapi bahaya sendiri. Suatu malam, pemilik rumah terbangun mendengar suara keras dari perangkap tikusnya di dapur, wah sudah ada satu korban malam ini pikirnya. Ternyata yang terperangkap adalah seekor ular berbisa. Istri petani dalam gelap meraba-raba mencari perangkap tikus tadi, namun malang ... terpegang olehnya ekor ular berbisa yang terjepit perangkap tadi. Buntut ular yang terperangkap membuat ular semakin ganas dan mematuk tangan istri petani.

Walaupun sang suami dapat membunuh ular berbisa tersebut, sang istri sudah terkena bisanya. Sang suami harus membawa istrinya ke rumah sakit dan kemudian istrinya sudah boleh pulang, namun beberapa hari kemudian istrinya tetap demam. Ia lalu minta dibuatkan sop ceker ayam oleh suaminya (kita semua tau, sop ceker ayam sangat bermanfaat buat mengurangi demam). Suaminya dengan segera menyembelih ayamnya untuk dimasak cekernya.

Beberapa hari kemudian sakitnya tidak kunjung reda. Seorang teman menyarankan untuk makan hati kambing. Ia lalu menyembelih kambingnya untuk mengambil hatinya. Masih saja, istrinya tidak sembuh-sembuh dan akhirnya meninggal dunia.

Banyak sekali orang datang pada saat pemakaman. Sehingga sang Petani harus menyembelih sapinya untuk memberi makan orang-orang yang melayat. Dari kejauhan...Sang Tikus menatap dengan penuh kesedihan. Beberapa hari kemudian ia melihat Perangkap Tikus tersebut sudah tidak digunakan lagi.

Petuah:
Jangan abaikan peringatan biarpun ia nampak sepele pada saat ini.

Balada Katak Rebus
(parable paradox of boiled frog)

Seekor katak yang dicemplungkan ke dalam air mendidih akan berontak dan segera meloncat keluar dari pancinya. Jadi, ia selamat walaupun memiliki luka-luka lepuh di kulitnya.

Di Panci yang lain terdapat air dingin, saat katak diceburkan ke dalamnya, ia merasa tenang dengan suhu air itu. Ia berenang dan menyelam ke sana ke mari. Perlahan-lahan api kompor diperbesar dan air menjadi hangat, eh sang Katak berasa semakin nyaman dan terkantuk-kantuk. Walaupun merasakan perubahan, si katak masih dapat beradaptasi secara alami lewat pori-pori kulitnya, jadi ia tetap tinggal di dalam panci tersebut. Pada akhirnya, si katak ini bahkan tidak pernah meloncat keluar. Suhu air perlahan-lahan meninggi dan air semakin mendidih, katak tak lagi memiliki kekuatan untuk melompat keluar panci dan mati sebagai katak rebus.

Petuah:
Jebakan katak rebus adalah sebuah teori manajemen mengenai matinya seseorang/sistem karena kemampuan menyesuaikan dirinya tak dapat lagi mengikuti tekanan eksternal yang diterimanya secara gradual. Bisa juga diartikan tak mau atau berani untuk keluar dari zona nyaman.

Aug 6, 2008

Shalat Telat itu Tak Nikmat

Tentunya kita sudah pernah menerima anjuran shalat mirip-mirip begini:
  1. Shalat telat itu sedikit pahalanya ! Ini mirip dengan keutamaan datang ke mesjid untuk shalat Jumat lebih awal agar dapat "hadiah" unta, bukan sapi, kambing, apalagi ayam.
  2. Menunda shalat tanpa alasan hingga keluar dari waktunya adalah berdosa besar sepakat para ulama.
  3. Orang yang terbiasa menunda shalat hingga akhir waktu karena alasan-alasan yang remeh adalah termasuk perbuatan melalaikan shalat seperti termaktub dalam QS al-Maaun 4-5. Ini ditegaskan ibn-Katsir rahimahullahu ta’ala.
  4. Pada dasarnya waktu shalat itu luas sekali dan baru berakhir bila masuk waktu shalat berikutnya, kecuali waktu shubuh.
  5. Sangat dianjurkan untuk shalat di awal waktunya. Dan lebih dianjurkan lagi bila dilakukan secara berjamaah di masjid. Pahala 27 kali lipat, lebih tertib karena mengikut imam, dan bersemangat karena rame boo ...
Mudah-mudahan kita sepakat tentang lima anjuran di atas. Nah yang mau saya tulis di sini adalah lebih pada pengalaman pribadi mendirikan shalat zuhur dan ashar di negeri muslim minoritas. Dua shalat yang umumnya dilakukan siang hari saat beraktivitas di kantor. Sebuah pengalaman shalat yang amat berbeda dengan kondisi di Indonesia, dimana ada ruang shalat, mushalla, atau mesjid di sekitar tempat kerja dan mayoritas rekan kerja tahu apa itu shalat (tahu tentang shalat, waktu istirahat yang dapat dipakai shalat, dan agenda rapat yang lebih ramah dengan waktu shalat).

Mengapa shalat telat itu tidak enak ?
Alasannya beragam namun intinya karena kita bukan penguasa waktu dan kita tidak mampu mengendalikan 100% aktivitas otak kita sendiri. Apa yang akan terjadi terhadap kita dalam satu menit, lima menit, setengah jam ke depan tak dapat diramalkan. Bayangkan hal-hal semacam ini:

  • Dengan menunda waktu 30 menit ada kemungkinan email baru dari pelanggan datang, telefon dari boss perlu diangkat, rekan kerja mampir untuk diskusi penting tanpa janji sebelumnya, istri menelepon dari rumah, tiba-tiba ingat akan laporan yang perlu dikirim, dll. Ujung-ujungnya shalat akan makin telat karena terinterupsi hal-hal yang tak direncanakan tsb.
  • Dengan tidak memanfaatkan waktu senggang kita saat ini dan sengaja menunda nya beberapa menit lagi (mungkin dengan membaca email, buka situs detik.com, atau mengetik blog), ada peluang saya terlena dengan aktivitas baru tadi. Misalnya keasyikan berselancar membaca blog yang membuat shalat tertunda 1 jam dan bukan beberapa menit.
  • Sebagai efek domino dari (1) akhirnya muncul hal-hal baru dalam pikiran kita, yang akan mengganggu konsentrasi saat shalat.
    Sekonyong-konyong di dalam shalat muncul saja ide baru, kepikiran dengan bug/error baru yang ditemukan dalam program yang kita tulis, terbayang kesulitan yang dilaporkan pelanggan dalam emailnya, teringat pesanan istri dalam telefonnya barusan dan kemana harus mencarinya, dll. Artinya shalat menjadi tidak khusyu dan otak menjadi lelah karena dibebani hal-hal baru yang "secara tak sengaja" mampir instant beberapa saat yang lalu.
  • Karena shalat sudah tak khusyu alias hati tak tenang, mana bisa konsentrasi lagi ?
    Bacaan al-Fatihah sekenanya saja, membaca surat pendek yang teringat saja, tidak meresapi arti bacaan shalat, dan waktu zikir/doa pun menjadi singkat. Pokoknya kesyahduan shalat dan ketentraman hati yang didambakan diperoleh lewat shalat lenyap tanpa disadari.
  • Faktor lain yang membuat hati tak tenteram adalah faktor tempat, karena saya biasanya memakai ruang rapat untuk shalat. Ruang rapat tentu sepi saat tak dipakai dan lebih sejuk karena aircon nya hidup dibandingkan shalat di ruang tangga darurat :-) Rapat-rapat di kantor umumnya bermula pada awal-awal jam seperti jam 2 tepat (at 2 o'clock, at 3 pm sharp), nah … kalau saya menunda shalat hingga mepet waktu rapat tentunya membuat hati ini agak deg-degan. Khawatir bila lima menit lagi (misalnya) ada rekan yang ingin memakai ruang rapat dan jadi terganggu karena saya masih shalat di sana. Akhirnya shalat jadi "ngebut" karena [mungkin] ruang tersebut akan dipakai jadi tempat rapat.
  • Menunda waktu shalat juga tidak baik apabila ada jadwal yang "menjepit" di jam-jam berikutnya, misalnya saya harus hadir rapat, ada conference call yang perlu diikuti, mengejar bus pulang kantor, atau alasan sederhana seperti toilet yang harus dibersihkan sehingga harus mencari toilet lain, film favorit akan segera dimulai, dll.
It is not an act of being paranoid
Mungkin daftar ini masih terus dapat ditambah, namun saya yakin ini adalah kenyataan umum yang mungkin tidak hanya terjadi pada saya yang tinggal di negeri muslim minoritas saja. Kejadian alam yang lebih ekstrem di luar kuasa manusia amat mungkin terjadi dalam beberapa detik, menit kemudian yang membuat ajal kita sampai sebelum sempat menunaikan kewajiban ini (semoga Allah melindungi kita dari petaka ini).

Menunda shalat untuk sesuatu yang pasti adalah diperbolehkan terutama bila kita tahu pasti jam berakhirnya kuliah/rapat, menutup dalam beberapa menit percakapan di telepon (dan segera shalat sesudah itu), menyelesaikan email penting yang dipastikan akan membantu pihak lain bila segera dikirim, memastikan alat-alat/bahan yang kita pakai dalam praktikum telah berada pada kondisi aman untuk ditinggal, menuntaskan pelatihan yang sedang kita berikan dalam 30 menit lagi, dll. Namun sekali lagi ini hanyalah menurut ijtihad saya yang dhaif ini dan tidak layak jadi acuan. Saya hanya berasumsi bilamana dengan "menunda" beberapa menit ke depan membuat hati atau pikiran menjadi tenang maka lakukanlah. Namun tetap harus diingat bahwa kita bukan pemilik 100% pikiran, hati, dan masa depan kita :-)

Mempraktekkan shalat di awal waktu adalah amat baik dan bukan hanya karena didasari kekhawatiran akan hal-hal di atas. Keuntungan di Indonesia adalah ketersediaan ruang shalat khusus sehingga tak perlu merasa cemas karena ruangan akan dipakai orang lain. Namun bayangkan juga bila tiba-tiba listrik mati atau air di bak penampungan habis sehingga kita tidak bisa wudhu :-)

Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang yang beriman.” (QS An-Nisa: 103). Lengkap tentang waktu pelaksanaan shalat fardhu dapat dibaca di link eramuslim ini.