Satu yang membedakan kartu telepon (prabayar) isi ulang di Singapura dan di Indonesia adalah harga nominalnya yang bisa lebih murah dari harga yg tertera di kartu. Syaratnya kartu isi ulang ini harus dibeli di kedai2 non-resmi, bukan di supermarket atau beli di anjungan tunai mandiri (ATM). Si kartu hijau happy meski tertera $18 dapat dibeli di kedai2 kelontong di pasar atau stasiun bus dengan diskon $1-2. Si kartu merah di tengah ditulis dengan jelas harganya $20 utk menikmati layanan $23 alias diskon langsung dari providernya $3. Tak jelas berapa untung yang dinikmati para pedagang kartu prabayar ini. Kalau di negeri kita kan justru terbalik, beli kartu isi ulang (atau voucher elektrik) Rp. 10 ribu dengan harga Rp. 13 ribu. Lha ini si pedagang untung dua kali, dapat diskon dari provider telekom (Tsel, Isat, XL dll) dan selisih dari nilai jual dari pembeli. Bagaimana bisnis voucher benar2 jadi bisnis yg menggiurkan, modalnya ringan barang nya pun kecil. Tak heran anak sekolah atau pegawai fotokopi di kantor juga dapat berprofesi rangkap sebagai penjual pulsa. Ada saja ide kreatif orang kita :-)
Pengalaman kemarin salah beli kartu isi ulang krn terburu2. Maklumlah jarang pakai kartu2 ini kecuali utk sms-an murah ke nomor2 TSEL di Indonesia. Kartu isi ulang berwarna merah hi! itu biasanya boleh dipakai 6 bulan, koq ini harus habis dalam 1 bulan ? Ternyata terbeli kartu BONUS, sama warnanya namun beda aturan pakainya. Kelebihan memang ada, yaitu beli kartu dengan harga $15 tapi dapat puas menelepon dan sms dengan nilai $30 (dua kali lipat yg tertera pada kartu, makanya dipanggil bonus). Pedagangnya pun tak mengerti krn langsung memberikan saya kartu yang ini (paling bawah pada gambar). Alhasil bonus ini harus difoya-foyakan utk habis dalam waktu satu bulan :-)
No comments:
Post a Comment