Pengalaman pertama untuk FourS dan pengalaman kedua buat kami. Keputusan untuk pulang hari raya 1440 H (2019) ini memang terlambat. Karena satu dan lain hal kami akhirnya memutuskan untuk pulkam, terutama karena tahun ini adalah terakhir kali jadwal cuti anak sekolah bertepatan dengan hari raya idul fitri.Tahun depan idul fitri hadir sebelum cuti sekolah. Nah bagaimana untuk sampai ke kampung ? Tiket pesawat sudah pasti mahal dan banyak maskapai yang sudah full seat (via BTH/Batam). Untuk terbang lewat KUL pun kami tidak berminat karena pengalaman tahun lalu, meletihkan karena lama dan transfer yang sesak di LCCT (bandara AA di KUL). Belum lagi krn Elwis tak suka dua kali naik pesawat, trauma diombang ambing di atas :-)
Alhamdulillaah ada opsi lain. Jalur yang tidak populer untuk mudik. Tiket direct ke PKU (Pekanbaru) dengan maskapai budget Scoot. Jalur si kuning ini memang tak pernah kami lirik karena mengingat perlu lanjut dengan jalan darat paling kurang enam jam sebelum tiba di kampung. Tapi apa daya, ini alternatif yang lebih baik. Harga tiket tak terlalu mahal $530 untuk berenam + 20 kg bagasi. Tapi ia hanya terbang Kamis-Jumat-Minggu-Senin, jam nya pun siang hari. Kami pilih hari Senin siang (H-2) jam 11:30, tiba di PKU masih siang juga, dan kami akan menginap semalam di sana sebelum lanjut dengan mobil sewa ke Bukittinggi.
Alhamdulillaah penerbangan lancar, tepat waktu, meski ada beberapa menit turbulen saat di atas. Yang membuat istri, S1, dan S4 agak cemas :-( Dari bandara kami lanjut ke hotel Cititel di Jl Sisingamangaraja, sekitar dua puluh menitan, IDR 50 ribu. Kamar hotel relatif kecil, dengan sebuah king bed di tengah dan pemandangan dari jendela tak begitu oke. Kami pesan tambahan satu extra bed karena memang tak ada kamar yang lebih besar dan tak ada kamar yang bersebelah dengan pintu penghubung (connecting door). But it is okay untuk semalam :-) Malam nya kami bisa ikut tarawih terakhir di masjid raya (terbesar) an Nur yang memang dapat dicapai dengan berjalan kaki dari hotel (sekitar 200 meter). Saya dan Shalih pun sempat bercukur rambut di barbershop depan hotel sepulang tarawih sekitar 10pm, mahal dan non-AC alamak ...
Esok pagi nya, saya dan istri ikut sahur di cafe hotel, dan membawakan bihun/nasi dan kue" untuk dimakan anak" pagi itu. Sesuai pesanan mobil sewa, yang akan membawa kami ke kampung, tiba pukul 8 pagi. Innova silver yang dikemudikan Rendy siap membawa kami.
Total biaya pergi:
S$530 (scoot) + IDR50k (taxi) + IDR430k (hotel) + IDR1j (innova) = S$678
Alhamdulillah, perjalanan lancar, pagi yang cerah. Jalanan tidak macet, hanya agak ramai memasuki jembatan kelok sembilan, diiringi rinai hujan rintik". Jalan berbelok-belok mendaki sambil diselingi rambu" hati" longsor membuat perjalanan ini asyik dan menantang. Untuk sampai kampung FourS sudah berganti" duduk di depan bersama Papa nya di sebelah supir. Karena siang itu H-1, maka mobil hanya singgah sekali di RM UWAN untuk keperluan toilet. Rumah makan ini hanya berjarak beberapa menit selepas jembatan kelok sembilan. Selanjutnya Innova kembali melaju sebelum melambat karena sudah mendekati kota Payakumbuh dan akhirnya masuk ke Bukittinggi sekitar pukul 2 siang. Total perjalanan hingga tiba di kampung pas enam jam, Innova memasuki halaman rumah sekitar 14:30. Lancar jaya, karena worst case perjalanan bisa memakan waktu 10 jam lebih bahkan 12 jam.
Nostalgia tertingal Merpati
Lupa kapan kami pertama kali ke kota ini, mungkin lebih dari sepuluh tahun yang lalu, dikarenakan kami ditinggal pesawat dari Batam yang akan membawa kami ke Padang. Akhirnya pihak Merpati memberikan kompensasi tanpa perlu membayar lagi untuk terbang ke Pekanbaru sore itu. Alhasil kami tiba di kota ini sudah hampir Magrib, lalu kami menuju kota sebentar untuk mencari angkutan umum (travel) yang akan mengantarkan kami ke Bukittinggi. Mungkin lebih dari delapan jam di jalan, untuk tiba sebelum subuh di kampung. Agak macet di kelok sembilan dan perlu mengantar ke beberapa rumah penumpang di dekat Payakumbuh sebelum mengantarkan kami ke rumah di Bengkawas. Saat itu travel kami hanya mengandalkan AC alam alias angin malam, lupa saya entah karena AC rusak atau jendela dibuka saat di kelok sembilan saja.
Perjalanan sepulang liburan
Ternyata rezeki kami untuk kedua kalinya singgah di kota Pekanbaru. Saat akan pulang dari kampung lagi" tidak ada alternatif yg baik untuk kembali ke Singapura selepas H+7 idul fitri. Tiket pesawat ke Batam hanya kosong sesudah 19 Juni. Melalui KUL tersedia, mahal, dan terbang dua kali. Akhirnya saya putuskan keluarga kembali ke Singapura lewat PKU lagi pada H+12. Minggu pagi tanggal 16 Juni kami kembali berangkat ke PKU. Naik Innova yg sama dan dikemudikan Rendy lagi. Kami sudah merasa nyaman dengan supir ini. Pagi sebelum berangkat cukup seru karena ada keluarga Bengkawas (nenek, kakek dan nenek Kahfi, Pebi dan Fitrah bersama Kahfi dan Adiba), uni Is dan Habib, uni Des dan papi, dan tak ketinggalan ante Er beserta keluarga Ferdian al Qatari (Fitria, Flara, Fatih) datang melepas kami. Ada pula insiden cat poo yang terinjak sepatu Sakinah. Lalu sepatu Sakinah ini mengenai celana supir Rendy. Wow ... yang rencana nya mau jalan jam 9:30, akhirnya perlu bersih" dulu dari bau :-)
Jalanan lancar pagi itu, terutama selepas melewati Payakumbuh. Kalau saat ke kampung kami mendaki, kini perjalanan relatif menurun. Berhenti di tempat yang sama RM UWAN utk toilet. Lalu di atas jembatan kelok sembilan, masih sepi dan hari cerah, sehingga kami sempat berhenti untuk berfoto di sana. Sayangnya Syahimah tertidur pulas di kursi belakang sehingga tak ikut berfoto. Lanjut jalan lagi. Kondisi uniS kurang baik pagi itu, mungkin karena mengantuk atau pusing kurang makan. Dia muntah banyak selepas kami melalui kelok sembilan. Lupa setelah setengah atau satu jam jalan, sekitar pukul 12 siang, Innova berhenti di rumah makan lain untuk supir rehat makan sejenak.
Secara jarak Bukittingi ke Pekanbaru ini tidak jauh, hanya 230 km, namun karena medan dan lebar jalan yang hanya dpt dilalui satu mobil maka tidak dapat kelajuan tinggi. Setelah itu kami memasuki Bangkinang menjelang Ashr dan lanjut kota Pekanbaru sekitar pukul 4:30 sore. Kota cukup macet sore itu karena sudah banyak warga yang kembali dari libur hari raya dan toko" sudah banyak yang buka. Lain sekali dengan suasana saat kami melaluinya pertama kali pada tanggal 4 Juni lalu. Tiba di hotel Pesonna 5:30 sore di Jalan Sudirman, kami pesan dua kamar yang bersebelahan. Langsung shalat, memang sebaiknya tadi berhenti di masjid dulu agar tidak terlambat menjelang Magrib ini. Sama" hotel bintang tiga, namun hotel ini jauh lebih baik fasilitas dan layanan nya. Memang lebih mahal dan tempatnya lebih dekat ke bandara drpd ke masjid raya :-) Anak" jelas lebih senang karena waktunya agak panjang dan dapat dua kamar tidur. Esok pagi nya hotel memesankan kami taksi Bluebird (Avanza) untuk ke bandara yang hanya 15 menitan dari hotel.
Total biaya pulang:
IDR850k (Innova) + IDR690k (hotel dua kamar) + IDR40k (taxi) + S$530 (Scoot + 40kg) = S$688
Foto" menyusul, insyaa Allah.
No comments:
Post a Comment