Oct 5, 2010
Aidil Fitri di Tanah Melayu
Yang paling utama tentunya jemputan aidil fitri. Lengkap dengan kue raya, open house berbagai hidangan, duit raya (salam tempel) dan baju raya. Saling mengunjungi di saat hari raya di Singapura atau Malaysia umumnya berlangsung satu bulan penuh terutama di akhir pekan. Maklum lah dekat sini cuti lebaran itu hanya satu hari sehingga teramat kurang untuk mengunjungi kawan atau sanak saudara, terutama yang memiliki keluarga besar. Berbeda dengan di Indonesia yang dapat full holiday 5 hari penuh, meski harus mengambil dari jatah cuti sendiri. Hebohnya lagi si tuan rumah masih senang hati melayani tamu-tamu nya hingga pukul dua dini hari atau mungkin lebih pagi lagi :-)
Duit raya dibagikan untuk anak2 kecil (usia SD/SMP ke bawah) di dalam amplop kecil. Sejauh ini isinya biasa $2, $5, atau $10 buat yang lebih besar. Mungkin akibat inflasi standar terus meningkat :-) Umumnya anak-anak yang memperoleh duit raya masih ada hubungan kekeluargaan dengan si pemberi. Agak berbeda dengan tradisi di Jakarta atau di Sumatra Barat, dimana anak2 tetangga pun (bahkan kadang tak kenal karena saking dari jauh nya mereka datang), juga kebagian salam tempel. Bank-bank lokal sudah bersiap menyediakan stok uang kertas baru untuk dua perayaan besar ini: Aidil Fitri dan tahun baru Cina.
Ada kalanya satu keluarga akan memesan khusus baju seragam (pakaian sedondon) untuk ayah, ibu, dan anak2 nya terutama warna dan motif yang sama. Mereka akan pergi mengunjungi sanak saudara dengan berombongan sehingga menjadi perhatian bagi siapapun yang melihatnya. Ini contoh menarik diambil dari lelaman cintamanisz.
Hal menarik lain yang menjadi perhatian saya adalah tetap berjalan lancar nya transportasi (bus tetap ada, taxi tak kurang) dan marketing (toko, resto, pasar buka spt biasa). Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan di negeri kita, yang tiba-tiba saja mayoritas kegiatan terhenti kecuali pusat hiburan dan rekreasi. Bus, angkot, taxi tiba2 menjadi mahluk langka sehingga menyulitkan pergerakan orang-orang yang ingin bersilaturahim mengunjungi famili nya atau sekadar jalan-jalan. Restoran, supermarket, dan pasar tradisional ambil cuti besar sekali setahun sehingga ibu-ibu harus menyimpan persediaan makanan di rumah. Kesimpulan yang pasti dikarenakan di Singapura dan Malaysia, ada cukup jumlah orang2 dari ras atau agama lain yang tidak merayakan aidil fitri, sehingga mereka tetap bekerja seperti biasa. Lagipula toh tanggal merahnya hanya satu (SIN) atau dua hari saja (MAL). Tidak ada perubahan jadwal pada operator2 angkutan umum ! (di negeri kita baru jadwal kereta atau pesawat saja yang tetap business as usual)
Bayangkan pengalaman berhari raya di kampung. Bagi yang tak punya kendaraan pribadi pasti agak kesulitan karena angkot jarang (sehingga seringnya penuh padahal sudah menunggu lama), taksi menghilang, ada juga ojek yang kadang datang dan hanya muat satu orang. Maklumlah angkot atau taksi tsb dipakai pemilik atau supirnya sendiri untuk bawa keluarganya berhari raya he...he..
Di kedua negeri jiran ini pemasangan spanduk atau baligo untuk memperingati hari besar keagamaan adalah lazim. Selain ucapan selamat merayakan yang umum berupa kata-kata saja, para pemimpin atau anggota parlemen (wakil rakyat) di daerah-daerah juga berpose di spanduk atau banner tsb. Spanduk biasa terpasang selama satu bulan di jalan2 kompleks perumahan, di tempat keramaian, dan di kantor2 pemerintahan. Pemasangannya tak sembarangan sehingga tetap menjaga keindahan dan tak membahayakan (semacam spanduk besar di jalan tol atau menutupi rambu lalu lintas). Nanti tiba acara perayaan agama lain, ganti lagi pesan dalam spanduk nya, dan ambil foto lagi tentunya dengan baju yang berbeda :-)
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H, taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, waj ’alanallahu minal ‘aidin wal faizin
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment