Fenomena "ingat-ini ingat-itu" umum terjadi pada saat akan melakukan perbuatan baik yang bernilai ibadah. Penjelmaannya dalam wujud yang lain adalah tidak bersegera untuk menunaikan pekerjaan yang baik.
Lambat mulainya, lekas selesainya
Contoh2 yg umum saya lihat atau alami sendiri:
(1) Ada saja alasan untuk menunda membaca al-Quran padahal sudah ditargetkan untuk
selesai 1 juz per hari: ngantuk lah, tunggu setelah malam, mau dengar tausiah online
dulu lah, mau menyelesaikan pekerjaan lain (yang sebenarnya tidak terencana
sebelumnya). Mungkin intinya karena tiadanya perencanaan, namun tetap saja ada faktor lain dalam diri yang membuat penundaan tsb. Ini jenis yang paling berbahaya dan perlu azam yang kuat untuk mematahkannya.
(2) Saat menunggu azan atau menunggu khutbah Jumat akan dapat kita saksikan rekan2
yang masih saja mengobrol di luar mesjid. Mereka tidak sedang menyambi makan siang
melainkan memang masih enggan masuk ke dalam mesjid. Mungkin masjidnya panas sehingga membuat mata mengantuk, jadi ngaso sebentar penat dari perjalanan menuju mesjid tadi. Kadang mereka memanfaatkan ngobrol lewat HP atau SMS. Padahal sudah jelas siapa yang paling awal datang ke mesjid, duduk di dalam utk zikir atau shalat sunnah, akan besar ganjaran pahalanya.
(3) Pengaruh gadget canggih semacam smartphones. Zaman dulu jenis benda2 pengalih perhatian ini belum banyak. Sebagai pengalaman pribadi di masa SD dulu hiburan "handy, portable" yang ada baru semacam jam CASIO yang ada game nya, NINTENDO game watch, bawa kartu2 bergambar jagoan, bawa komik atau [paling apes] baca tulisan di koran yang jadi alas shalat. Nah di zaman sekarang, banyak anak sekolah atau karyawan yang masih sempat terampil chatting via BB, berbalasan SMS, web surfing atau game dll dari apa yg tersedia di smartphone nya padahal mereka sudah duduk menunggu azan atau khatib naik mimbar. Jauh lebih baik mereka fokus untuk beribadah semacam berzikir atau baca al-Quran karena memang sudah di ruang mesjid. Mungkin alasan mereka nothing to do, jadi daripada duduk mengantuk menunggu waktu, yah main HP saja.
(4) Menunda bersedekah hingga waktu2 yg dirasa afdhal. Menunggu ramadhan, menunggu diminta pihak mesjid, menunggu saat-saat dapat bonus besar, kenaikan gaji dll.
(5) Menunda berangkat ke majelis2 ilmu dan akhirnya terlambat sampai (budaya jam karet), menunda tidur tanpa ada tujuan (begadang), menunda bangun sebelum subuh sehingga tak sempat shalat sunat di malam hari, menunda makan sahur hingga kebablasan, menunda penyelesaian tugas/belajar (sistem SKS) dll.
Contoh2 di atas sering terjadi dan kita pun sudah sangat berpengalaman bahwa hal itu pasti akan terjadi. Menunda dengan tanpa ada alasan (procrastination) ini memang dihembuskan oleh syaithan. Syaithan berjuang amat keras pada awalnya untuk melenakan seseorang sampai akhirnya perbuatan tsb menjadi sifat yang sukar hilang, bahkan tanpa hadirnya syaithan sama sekali. Untuk mengatasinya perlu kesungguhan hati (mujahadah), fikiran jernih untuk mengalahkan nafsu buruk tsb, dan do'a. Masa' kan terpedaya pada tipuan yang sama. Namun pasukan pengacau pun tak akan tinggal diam, mereka sudah punya 1001 strategi untuk mengalahkan orang2 yang mau kembali ke jalan yang lurus.
Konsekuensi praktis dari pekerjaan yang tertunda adalah kita berupaya untuk cepat-cepat menyelesaikannya. Tindakan menjadi reaktif dan kualitasnya cenderung rendah. Fenomena lain adalah orang yang ingin segera berangkat keluar dari masjid seketika shalat berjamaah selesai. Dapat dimaklumi kalau memang ia hanya boleh keluar dari kantor dalam waktu yang telah ditentukan, ia punya janji lain, atau ia harus mengejar bus yang memang melalui jalan di depan mesjid itu satu jam sekali. Namun kalau tindakan tsb semata-mata hanyalah krn "gerah" untuk berzikir di dalam mesjid dan semuanya perlu disegerakan akibat shalat Jumat yang memakan 30 menit dari waktunya ...
Doa yang secara umum diajarkan untuk berlindung dari syaithan diwahyukan Allah dalam surat Al Mukminun 97-98 "Ya, Rabb-ku. Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaithan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku".
Sungguh syaithan sangat antusias menyesatkan manusia. Dia menghabiskan umur dan nafasnya untuk merusak keadaan manusia. Maka kewajiban orang yang berakal, ia harus mewaspadai musuhnya ini, yang telah menampakkan permusuhannya semenjak zaman Nabi Adam a.s: "... Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [An Nur : 21]
Semoga kita sukses mengalahkan misi syaithan tsb bersama-sama. Selamat di akhirat, selamat di dunia.
Tulisan terkait: Udzkur kadza, udzkur kadza
No comments:
Post a Comment