Namanya musibah orang bepergian jauh itu macam-macam. Ada yg kelupaan perkakas tempur, telat krn macet, delay/batal berangkat, bermasalah di imigrasi, hingga yg ekstrem macam kapal karam atau hidung pesawat mencium tanah. Jika dalam dua bulan ini banyak WNI yg tinggal di luar negeri memaki petugas imigrasi karena tertahan KTKLN, alhamdulillaah kami "dimuluskan" jalan oleh mereka, meski perkakas sakti yaitu paspor kami is not in the good shape. Paspor berlogo garuda bungkus hijau itu memang acap menimbulkan masalah di luar negeri sehingga banyak yg mengganti bungkus luar atau logo nya sekalian :-) Mungkin petugas imigrasi di luar negeri itu tak percaya koq orang Indonesia bisa sampai ke negeri mereka he..he..
Paspor kami basah, tersiram botol air yang tak tertutup rapat di dalam tas akhir tahun lalu. Akibatnya coretan paraf Pak Kabul yg bertinta hijau itu luntur tinggal bayangan hijau saja. Stempel-stempel cap imigrasi pun ikut menjadi pelangi warnanya mengikut rembesan air di tiap halaman.
Sekurang2 nya ada tiga embarkasi yang membantu kami dengan *catatan* "Pak, nanti paspor nya segera diganti ya, malu kita nanti". Atau "Ini paspor rusak, coba Bapak bertemu pimpinan kami di kantor, saya tak berani beri izin keberangkatan".
Alhamdulillaah pihak imigrasi Indonesia mau membantu (tanpa tanda kutip nih). Kepala dan hati perlu tetap cool, mencoba berargumen dgn rasional krn kami yg salah, dan tidak menyengaja check-in "last minute" yg jelas membuat adrenalin emosi meningkat eksponensial.
Yang paling berkesan baru saja minggu lalu saat kami menikmati kota kecil yg indah bernama Tanjung Pinang. Baru tiba dari feri, diajak masuk kantor. Tiga hari kemudian saat mau keluar, masuk kantor lagi. Saya buang jauh-jauh imajinasi negatif tentang aparat imigrasi karena memang selama ini hampir tak ada masalah dengan mereka. Waktu memang terbuang sekitar 30 menitan krn petugas cap imigrasi tak berani ambil keputusan hingga harus lapor ke atasannya, dan atasannya perlu bertemu lagi dengan
supervisor nya, gara2 paspor basah ini. Malahan si pak supervisor tadi ceritanya perlu konfirmasi lagi ke Singapura. Sabar ilmunya, menjadi good gentleman aja lah. Selesai jg urusannya, izin masuk keluar diperoleh, jabat erat, malah pakai dikawal juga untuk kelancaran urusan :-)
Jelaslah husnudzan tiap saat itu perlu. Hindari emosi dan coba ikuti protokol mereka. Yang saya tangkap dari petugas2 di lapangan ini adalah mereka takut untuk mengambil keputusan krn menghindari diperkarakan di kemudian hari. Mereka khawatir apabila kami ditolak masuk di negara tujuan dan akhirnya dipulangkan, nah nanti diusut siapa yg memberi cap/paraf. Padahal di negara tujuan, hal-hal semacam ini tak terlampau diperhatikan karena mereka lebih peduli pada visa dan lembar identitas
(yg tak ikut2 an basah) dan tak begitu peduli siapa yang menandatangani paspor atau stempel2 imigrasi sebelumnya.
Well done sir, keep up good service !
Apa ada yg punya pengalaman sama ? Apa buku yg basah ini perlu ganti baru, apa cukup ditandatangan ulang saja ?
*sebagaimana pernah ditulis di milis Imas
Da Iman,
ReplyDeleteSaya selalu bungkus paspor dengan plastik.
http://www.flightsock.com/face-masks_11.html
Duh, paspor saya juga kena air gara2 botol air kurang tutup rapat >_<
ReplyDeletetapi bagian lembaran identitas tidak basah.
Saya kuatir banget nantinya gak dikasih lewat sm org imigrasi, apalagi yg di Singapore sana :(
mau tanya . Saya sudah punya paspor , tapi paspor saya terkena air hanya di bagian atas bukunya saja .. saya masih bisa pergi ke Thailand? Atau harus membuat lagi yang baru ? Karena saya sudah booking ticket ðŸ˜ðŸ˜
ReplyDelete