Bulan September dan Oktober kemarin cukup kelabu. Asap dari kebakaran hutan / lahan gambut di Sumatra dan Kalimantan bercokol di langit rantau ini selama hampir dua bulan tsb. Musim kering yang berpadu dengan kegiatan "rutin" bakar-bakaran oleh perusahaan atau individu yg membuka / membersihkan lahan di kedua pulau tsb adalah penyebabnya.
Dulu kami masih ingat di tahun 2013, saat DuoS masih satu setengah tahun "perlu mengungsi" ke Jakarta saat puncak nya sekitar bulan Juni-Juli. Namun level itupun ternyata masih rendah dibandingkan kejadian tahun ini.
Kami sempat absen di pulau ini hampir dua minggu, pergi di saat asap mereda namun kembali lagi melihat kelabu langit di tengah pekatnya asap. Alhamdulillah tiada penerbangan keluar masuk pulau ini yang dibatalkan.
Harian TODAY merekam jejak kabut di Singapura selama dua bulan ini dalam grafik yg menarik.
Dulu kami masih ingat di tahun 2013, saat DuoS masih satu setengah tahun "perlu mengungsi" ke Jakarta saat puncak nya sekitar bulan Juni-Juli. Namun level itupun ternyata masih rendah dibandingkan kejadian tahun ini.
Kami sempat absen di pulau ini hampir dua minggu, pergi di saat asap mereda namun kembali lagi melihat kelabu langit di tengah pekatnya asap. Alhamdulillah tiada penerbangan keluar masuk pulau ini yang dibatalkan.
Harian TODAY merekam jejak kabut di Singapura selama dua bulan ini dalam grafik yg menarik.
Dua hari sebelum kami terbang ke KL, langit biru pada Kamis 8 Oktober itu.
Setiba di Singapura kembali sempat dihajar lebih dari seminggu pada level tidak sehat dan sangat tidak sehat, hingga akhirnya Allah Swt menurunkan hujan deras di Singapura dan sebagian besar pulau Sumatra. Shalat istisqa di mana-mana yang membawa hujan penuh rahmat. Alhamdulillah hingga awal November blog ini ditulis, langit tetap biru dan dijauhi asap. Semoga tidak terulang lagi kasus ini di tahun-tahun depan sebagaimana yang dijanjikan pemerintah Indonesia.
29-10-2015 Kallang Bahru |
30-10-2015 Kallang Bahru |
No comments:
Post a Comment