Merenungkan arti ayat Qs al Ankabut 46, membuat saya berfikir apa dapat menerapkannya dalam kaidah debat di era medsos yang ternyata tak mereda selepas saya menulis judul ini sekitar setahun yang lalu. Arti ayat tersebut "Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka, dan katakanlah: "Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri".
Bahasan utama ayat ini adalah adab berdiskusi atau berdebat dengan warga ahli kitab (mereka yang memiliki keimanan selain Islam). Menurut saya selama diskusi berjalan dengan positif dimana masing" pihak saling menghormati keimanan masing", tidak dalam rangka menyerang atau merendahkan keimanan, atau sekadar debat kusir yang hanya berujung kepuasan semu maka berdebatlah dengan baik (ihsan) sebagaimana yang termaktub di lain ayat al Qura'an seperti:
Dalam khutbah jum'at minggu lalu, tiga panduan mudah dalam memberikan nasehat pd individu:
1. Perbaiki niat, dimana kita menginginkan kebaikan untuk orang yang dinasihati.
2. Kenali orang yang kita ingin nasihati.
3. Perlu disampaikan secara bertahap (memerlukan ruang dan masa)
Saya memakai kaidah di atas dalam konteks bedebat di medsos, "orang zhalim" ini sebagai mereka yang berdebat kusir dengan hati keras, mau menang sendiri, dan menarik logika" yang berputar hanya untuk sebuah kesia-siaan. Mereka berusaha mengadakan tipu daya dan fitnah dengan tujuan merintangi dakwah. Maka sikap yang saya ambil adalah jelas sesuai ayat di atas: Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. Full stop dan tak perlu meneruskan diskusi. Jalan saya dan jalan dia tidak sama, atau belum sama hingga detik tersebut.
Lebih baik kita menghindari berselancar (surf) atau membaca tulisan (secara sengaja mendatangi) situs" FB, IG, tweeter, ... yang akan menghabiskan waktu atau menggoyahkan prinsip yang selama ini kita pegang. Untuk apa menghabiskan energi di sana sementara begitu banyak mata air pengetahuan yang murni di tempat" lain.
Bahasan utama ayat ini adalah adab berdiskusi atau berdebat dengan warga ahli kitab (mereka yang memiliki keimanan selain Islam). Menurut saya selama diskusi berjalan dengan positif dimana masing" pihak saling menghormati keimanan masing", tidak dalam rangka menyerang atau merendahkan keimanan, atau sekadar debat kusir yang hanya berujung kepuasan semu maka berdebatlah dengan baik (ihsan) sebagaimana yang termaktub di lain ayat al Qura'an seperti:
- Qs an Nahl (16) 125: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
- Qs Fussilat (41): 34: Dan tidaklah sama kebaikan dengan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, sehingga orang yang ada rasa permusuhan an-tara kamu dan dia akan seperti teman yang setia.
Dalam khutbah jum'at minggu lalu, tiga panduan mudah dalam memberikan nasehat pd individu:
1. Perbaiki niat, dimana kita menginginkan kebaikan untuk orang yang dinasihati.
2. Kenali orang yang kita ingin nasihati.
3. Perlu disampaikan secara bertahap (memerlukan ruang dan masa)
Namun bagi yang zhalim, apa sikap kita?
Dalam tafsir Kemenag RI: Ahli Kitab yang zalim ialah mereka yang dalam hatinya ada penyakit iri, benci, dan dengki kepada kaum Muslimin, karena rasul dan nabi terakhir tidak diangkat dari kalangan mereka. Mereka memerangi Rasulullah dan kaum Muslimin dengan mengadakan tipu daya dan fitnah secara tersembunyi dan terang-terangan. Mereka selalu berusaha merintangi dakwah yang dilakukan Rasulullah dan para sahabatnya, seperti mengadakan perjanjian persekutuan dengan orang-orang kafir yang lain. Sangat banyak contoh-contoh yang terjadi dalam sejarah yang berhubungan dengan hal ini. Oleh karena itu, mereka dinamai orang-orang yang zalim, dan berusaha merugikan kaum Muslimin. Di akhirat nanti, mereka menjadi orang-orang yang merugi dengan menerima azab yang setimpal dengan perbuatan mereka.Saya memakai kaidah di atas dalam konteks bedebat di medsos, "orang zhalim" ini sebagai mereka yang berdebat kusir dengan hati keras, mau menang sendiri, dan menarik logika" yang berputar hanya untuk sebuah kesia-siaan. Mereka berusaha mengadakan tipu daya dan fitnah dengan tujuan merintangi dakwah. Maka sikap yang saya ambil adalah jelas sesuai ayat di atas: Kami telah beriman kepada (kitab-kitab) yang diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepadamu; Tuhan kami dan Tuhanmu adalah satu; dan kami hanya kepada-Nya berserah diri. Full stop dan tak perlu meneruskan diskusi. Jalan saya dan jalan dia tidak sama, atau belum sama hingga detik tersebut.
Lebih baik kita menghindari berselancar (surf) atau membaca tulisan (secara sengaja mendatangi) situs" FB, IG, tweeter, ... yang akan menghabiskan waktu atau menggoyahkan prinsip yang selama ini kita pegang. Untuk apa menghabiskan energi di sana sementara begitu banyak mata air pengetahuan yang murni di tempat" lain.
No comments:
Post a Comment