Dec 31, 2010

Produsen Bijak


Ini namanya melindungi konsumen. Memberi konsumen jaminan bahwa dapur dan cara kerja mereka benar2 profesional untuk melayani dengan baik dan benar. Siapa sangka KFC, resto cepat saji yg populer dengan produk ayam ini, mampu bertahan dan terus berkembang cepat di India sejak 1996. Sebuah negeri yg lebih sepertiga warganya adalah penganut vegetarian (V) yang taat: mayoritas adalah Lacto-V (vegetarian yg juga mengkonsumsi dairy product juga seperti susu, yoghurt, keju), Ovo Lacto-V (dairy product + telur), ataupun murni vegan (hanya sayuran dan buah).

Jelas saja menu ayam tetap dominan (yg katanya halal, meski kontroversial), namun mereka menyajikan menu2 vegetarian. Menu non-ayam ini sama renyah dan gurihnya. Maklum lah yg penting crispy itu kan kulit luarnya yg diracik dan digoreng dengan minyak nabati dan racikan 11 bumbu rahasia yg sama. Intinya pemisahan yg jelas utk keamanan dan kepuasan konsumen. Tanda lingkar kecil hijau atau merah adalah sebuah kesepakatan umum yg ditaati produsen makanan dan minuman, restoran, hotel di India. Bahkan telur pun dikategorikan lingkar merah.

Vegan saja punya hak untuk ini, kita sebagai muslim pun berhak meminta deklarasi kehalalan yg jelas dari tiap produk yg dijual di Indonesia tentunya.


Dec 25, 2010

Mahalnya Salam dan Sapa

Mengapa lupa atau sengaja tak menyapa saudara sesama muslim ? Padahal sudah saling kenal, mata bertatapan dan badan berhampiran, alias tak ada batas fisik penghalang. Semudah melakukan sapaan singkat, lambaian tangan, kerlingan mata, jabat tangan ataupun ucapan salam yang paling mulia yg diajarkan al-Mustafa Rasulullah SAW.

Saya mengkritisi diri dan juga melihat kenyataan yg berlaku bukan hanya dalam event sosial melainkan juga dalam event keagamaan. Dapat dimengerti kalau ada alasan tak melihat, sedang terburu-buru, atau sedang berkonsentrasi terhadap hal lain (mudah2 an bukan masalah dgn penglihatan), namun ini tanpa ada alasan yg membuat tiga detik sapa itu menjadi sebuah kado yg teramat mahal bagi sesama muslim bahkan dengan orang yg sudah dikenal.

Bayangkan dengan orang non-muslim saat pertama kali berkenalan saja sudah kita sapa dengan senyum dan bahasa tubuh yang akrab. Dalam pertemuan selanjutnya spt di lift, rapat, atau di cafeteria, pasti sekurang-kurangnya ada tegur sapa singkat dari sekadar "Hi", How are you", "Good morning" dll. Lha ini justru terhadap saudara muslim kita melupakan salam tsb, padahal sudah kenal lama. Saya fikir sayang sekali jika dalam acara kumpul-kumpul yg mungkin terjadi sebulan sekali dua, setahun sekali, atau lebih lama lagi (entah kapan karena kesibukan masing-masing) tidak dimanfaatkan untuk membina ikatan silaturahim yg telah ada. Hal ini mungkin disebabkan bbrp alasan yg satu sama lain dapat saling melengkapi, coba ditulis satu persatu sebagai reminder juga buat saya:

  1. Salah memaknai arti dan tujuan salam tsb. Salam dianggap tidak penting karena sudah terlalu biasa bertemu -- di sms, di telp, email, chatting atau justru menghindari salam/sapa tadi krn amat jarang bertemu ... alias sudah lupa-lupa ingat, apa dia masih ingat saya ya ... ?
  2. Pernah punya "pengalaman buruk" saat dulu mencoba menyapa. Mgkn kesan pertama kali saat bertemu saudara muslim ini sambutannya dingin saja, membuang muka, atau nggak nyambung deh pokoknya.
  3. Tidak membiasakan diri sehingga menjadi kurang sensitif dengan lingkungan. Menjaga wibawa/gengsi wah mungkin terlalu kasar, mgkn lebih tepatnya kurang gaul.
  4. Menganggap seseorang itu bukan berasal dari satu lingkaran (gank) seperti arisan, teman satu sekolah, satu pengajian, dll. Tak heran jika jamaah di masjid itu sering duduk bergerombol dan sukar diajak merapikan shaf karena masih suka berafiliasi dengan gank nya. Salam biasanya otomatis terjadi utk warga satu kelompok.
  5. Menganggap diri tidak layak memulai krn merasa lebih senior, kurang senior, lebih alim, atau merasa tak layak disalami karena merasa nggak penting atau menghindari ujub (he..he.. ada aja). Nah sikap tarik ulur ini sebenarnya tidak perlu apabila sudah paham HR Muslim yg catat dari Abu Hurairah: "Rasulullah SAW, bersabda: Kamu tidak akan masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman sehingga kamu saling mencintai, apakah aku tidak perlu menunjukkan kepadamu pada sesuatu yang jika kamu kerjakan kamu akan saling mencintai? Maka sebarkanlah salam diantara kamu.
  6. Tidak ingin terlihat "dekat" demi menjaga kerahasiaan bersama di domain publik. Menurut saya ini lebih buruk dari label jaim (jaga image).
  7. Prasangka buruk terhadap yg akan di sapa, krn sudah lebih dulu merasa tidak nyaman dengan pandangan/tulisan/ungkapan beliau di tempat lain.
  8. Takut mengganggu privasi saudara yg akan ditegur/disalami. Mgkn objek sedang sibuk dengan boss nya, dengan istri/suami, atau hal2 lain.
  9. Saya sedang terkejar waktu. I have to catch that darn bus, last MRT, etc
  10. Tidak mau menyapanya karena tipe orangnya bila sudah berbicara sukar berhenti, senang gosip, dll.
  11. Merasa inferior seperti karena pernah tak diperhatikan saat pertemuan2 awal (mirip alasan nomor 2)
  12. Mendengar berita kurang baik (ghibah/fitnah) pada orang yg akan diajak bersalaman. Misalnya tukang kawin, bekas rampok, suka judi dll.

Imam Bukhari membawakan dalam kitab shahih nya pada bab Mengucapkan salam kepada orang yang dikenal maupun tidak dikenal sbb.: Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ada seseorang yang bertanya pada Nabi SAW,

“Amalan islam apa yang paling baik?” Beliau SAW lantas menjawab, “Memberi makan (kepada orang yang butuh) dan mengucapkan salam kepada orang yang engkau kenali dan kepada orang yang tidak engkau kenali.”

(HR. Bukhari no. 6236)

Siapa yang mendahului salam? “Hendaklah orang yang berkendaraan memberi salam pada orang yang berjalan. Orang yang berjalan memberi salam kepada orang yang duduk. Rombongan yang sedikit memberi salam kepada rombongan yang banyak.” (HR. Bukhari no. 6233 dan Muslim no 2160)

Dari dua hadits di atas semakin jelas pentingnya memberikan salam. Salam baik dalam konteks ibadah saling mendoakan antara dua muslim yg bertemu ataupun sekedar tegur sapa dengan non-muslim. Salam yang memberikan semangat bagi orang lain utk memulai aktivitas di hari itu atau salam yg tanpa sadar mengubah mood kawan yg menerimanya dari bete menjadi wonderful adalah rahasia salam yg berpotensi energi positif luar biasa. Rahmat dan rezeki dari Allah selalu tercurah selama kedua orang yg bersalaman itu belum berpisah. Saya sudah meyakini manfaat positifnya.

Hanya hati-hati yang kerdil yang tidak mau mengucapkan salam, memberi senyuman, atau menegur saudaranya. Tak perlu segan utk memberi salam atau tegur sapa terlebih dahulu karena niat untuk itu saja adalah suatu kemuliaan yang Allah beri. Sebarkan pesan yg baik akan indahnya salam, tanpa perlu merasa koq kawan-kawan tak mengacuhkan kehadiran saya, mengapa saya yang harus selalu memulainya ? Esok, minggu muka, atau di lain waktu pasti mereka ingat utk berlomba menyapa lebih awal. Berikan salam terlebih dahulu, datangi yg banyak, hampiri yg berjauhan, utk kesempatan istimewa yg Allah berikan ini.

Kita tidak pernah tahu apakah ini kali terakhir Allah memberi kesempatan bagi kita utk menyirami kebun silaturahim tsb.

Dec 21, 2010

Okt 2005 - Des 2010

Tiba-tiba saja kehabisan ide untuk ditulis.
Padahal 2010 berakhir tak lama lagi.
Mengintip di folder Draft masih ada 35 tulisan, baik yg baru judul saja, masih setengah matang, atau belum dapat status layak tayang.
Ada lagi buku agenda yang masih menyisakan banyak judul yang belum satupun masuk ke halaman Draft apalagi Published MHMM.
Hmmm ... apa murni karena tak ada waktu untuk nge-blog ?
Resolusi punya blog selama 5 tahun sih sudah tercapai, minimal ada 200 tulisan

Ah sedikit amat ... sebuah resolusi yang tak menantang :-)

Hanya 40 tulisan setahun atau 3-4 tulisan sebulan, benar2 tak layak menyebut diri blogger sejati. Tak mungkin gabung laskar penulis semacam FLP !

Apa karena saya malas menulis yang bersifat pribadi atau hal-hal ringan sehingga untuk muncul satu tulisan perlu waktu beberapa hari. Atau sudah ditunggu satu dua minggu pun belum muncul tulisan baru Padahal menulis yang mudah itu adalah menulis langsung dari hati, dari apa yang dirasakan, langsung dituang dalam tulisan, tanpa banyak disaring jala syaraf di kepala.

Apa karena judul blog ini terlalu berat, MHMM.
Yah itulah resiko punya blog, perlu tekad baja untuk selalu menulis !
Berbagi pengalaman, hikmah, suara hati, atau coretan minda.
Syukur jika jadi catatan sejarah atau pengalaman yang bermanfaat.
Mengusahakan satu blog ini tetap eksis hingga berusia 5 ini bukan hal yg senang (mudah).
Di era manusia lebih suka memasang status singkat, komentar ringan, atau chatting di alam maya di halaman2 jejaring sosial, dibandingkan melestarikan diary alam maya (blog) yang perlahan mati suri karena tak pernah diisi lagi, maka keinginan untuk menulis dan merampungkannya menjadi tulisan siap tayang menjadi makin menantang. Tweet, Buzz, atau pasang status di FB itu benar2 jadi bius yang perlahan mematikan keinginan untuk menulis serius :-)

Yang saya khawatir hanyalah waktu habis terbuang menuliskan hal-hal yang belum tentu berguna bagi pribadi apalagi bagi orang2 yang kebetulan singgah membacanya.
Mudah2 an Allah melindungi niat saya dalam memulai menulis dan juga tiap tulisan yang dihasilkan dari hal2 yg bersifat ghibah, fitnah, kesia-siaan, dan kesesatan.

Dec 20, 2010

Waktu Shalat di Bangalore

Pertama kali ke Bangalore setahun y.l (November 2009) saya sudah simpan jadwal shalat utk dua minggu. Mendarat siang hari, tiba di hotel langsung jama qashar zuhur dan ashr, dan berangkat ke kantor. Malam pulang kantor sama juga, jama qashar maghrib dan isya mengikut jadwal dari software athan. Sebelum tidur set alarm utk siap2 bangun subuh sekitar jam 5 pagi. Alhamdulillaah terbangun, ini tentu krn masih jetlag, perbedaan waktu 2.5 jam dengan Singapura menyebabkan mata sudah lebih awal terjaga sebelum pukul 5. Lalu saya shalat subuh dan lanjut dengan baca al-Quran. Tiba2 terdengar kumandang adzan sayup-sayup dari jendela hotel, padahal ini sudah lebih 30 menit dari jadwal yg saya punya. Lho mana yang benar nih ? Benar saja 30 menit kemudian, langit beranjak terang, mendekati syuruq (batas Subuh). Di Indonesia atau Singapura, rentang waktu antara fajr dan syuruq itu sekitar satu setengah jam.

Keterkejutan ini berbeda dibandingkan saat kami umrah Juni 2005 di Madinah. Saat itu azan, yg kami kira sudah Subuh, justru terdengar lantang satu jam sebelum jadwal sebenarnya. Rupanya itu tradisi di Masjid Nabawi, utk membangunkan jamaah menegakkan qiyamul lail.

Hari2 esoknya saya usahakan menunaikan Subuh setelah azan krn tentunya lebih tepat mengikuti masjid setempat. Selain utk menghindarkan keraguan bahwa saya shalat terlalu awal, toh di luar sana langit masih kelam. Setelah ada kesempatan untuk mengunjungi masjid lokal di bbrp tempat di sini dan memfoto jadwal shalat (shalat disebut Namaz dalam bahasa Urdu) yg terpajang di mesjid barulah dapat dijelaskan.


Bahwa memang terjadi perbedaan sekitar 30 hingga 60 menit dari jadwal yg didapat dari internet, baik dari azan islamicfinder maupun applikasi Accurate Times yang dibuat Mohammad Odeh (Islamic Crescents' Observation Project, Juni 2010), dengan jadwal yg dipakai di masjid. Hal ini juga terjadi utk shalat2 lain kecuali shalat Maghrib. Selalu mundur setengah hingga satu jam dari jadwal yg ada pada saya.
  • Utk shalat Jumat, ini mirip dengan praktek shalat Jumat di masjid2 yg diurus orang India di Singapura (macam masjid Angulia di Little India atau Maulana Ibrahim di bawah gedung UOB Raffless Place), yaitu mundur satu jam dari jadwal MUIS. Biasanya ada seorang ustadz yang akan mengisi ceramah selama satu jam dari jadwal "normal" hingga azan shalat Jumat dikumandangkan. Selanjutnya jamaah menunaikan shalat sunnah qabla Jumat, lalu khatib naik mimbar utk khutbah (bukan ceramah). Khutbah ini biasanya singkat, kombinasi 7 + 3 menit alias 10 menit.
  • Utk shalat Zuhr, azannya molor 1 jam. Berbeda dengan di Singapura dimana azan nya mengikuti jadwal internet/MUIS namun pelaksanaan shalata berjamaah nya 30 menit kemudian. Menurut saya ini hanya untuk menunggu jamaah berkumpul, dapat dimaklumi untuk memberi toleransi bagi orang2 berkumpul dari rutinitas kerja harian.
  • Utk shalat Ashr terjadi dua versi. Mengikut mazhab Syafii maka kita shalat sesuai jadwal yg dipakai di internet/MUIS sementara mengikut mazhab Hanafi (mayoritas di India ini) maka waktu Ashr itu satu jam kemudian.
  • Utk shalat Isya, waktunya mundur satu jam. Ini saya pun tak tahu alasannya, padahal azan Maghrib nya kan tepat waktu :-)
Dengan terjadinya perbedaan di atas tentunya ada sedikit kesulitan untuk menentukan batas-batas shalat, misalnya qadha (krn ketiduran misalnya), jama' taqdim atau jama' takhir, dan batas qiyamul lail. Di zaman awal keislaman sebelum penunjuk waktu bernama jam ditemukan, jadwal shalat jelas berpatokan pada tanda2 alam (matahari, ufuk, panjang bayang2 dll). Saat itu dan di tempat itu (gurun) amat mudah mengamati langit yg terbentang luas. Namun di masa kini ( dan di tempat2 lain) dimana fenomena2 alam sukar ditentukan karena faktor cuaca seperti mendung dan iptek sudah semakin maju dengan ditemukannya jam dan perhitungan2 astronomi yg semakin baik tentunya umat muslim dapat dengan aman berpegangan pada hitungan matematis yg juga digabung dengan data empiris di suatu tempat dalam memastikan waktu shalatnya.

catatan:
jadwal shalat di sebelah kiri atas dari islamic finder, kiri bawah dari masjid kecil dekat hotel, dan sebelah kanan diambil dari masjid jami terbesar di pusat kota (KR Market).

Dec 19, 2010

Bangalore Bus Conductor

This skill set is need to be mastered, in full-passenger hot packed bus. Conductor need to balance his/her body in crazy maneuvering bus due to stressful traffic in daily Bangalore roads, speed humps, sudden pedal break to avoid bumps, impatient road users, undisciplined pedestrian, two-wheelers (bikers), etc.

At the same time, money need to collect or changed (see how the conductor fingers fit nicely with each Rupees notes), tickets need to be void, passengers need to alight, reaching the passenger that has not paid the ticket, remembering ticket price from this station to the destination (it means he/she is holding to the different sets of tickets), make sure that season pass used by the passenger is still valid, and sometimes I see them writing records of how many tickets are sold and how much money he/she collect. That is why they need this classic leather sling bag complete with notes, pen, coins inside.

Everyday ! It is a tough skill indeed !


Sometimes it is just wise passengers that does not cheat and proud of paying the correct fare. Sometimes passengers also get frustrated because the change is not ready yet handed over by the conductor and he/she has to get off the bus soon. If bus operator operates automatic machine to sell ticket like in Singapore or other modern cities then this job will be vanished slowly. Kind of dilemma though since it means unemployment of thousands of this loyal workers.