Jum'at pagi itu agak terasa lain. Diawali kemalasan untuk memeriksa uang di dompet karena saya yakin masih banyak lembaran uang di sana. Tambahan lagi berangkat kantor sudah telat sehingga harus terburu-buru, malas mampir di mesin ATM. Di kota yang sudah banyak mengandalkan transaksi cashless ini mmg uang tunai semakin jarang digunakan. Transport dan belanja semuanya bisa memakai kartu debit / kredit, sehingga ada kalanya tiada uang sama sekali di dompet. Namun saya selalu selipkan bbrp lempar dollar di sana sebagai cadangan. Namun jika dompet itu yg tertinggal di rumah/kantor, bagaimana ? Wabil khususi di hari Jum'at, malang tak dapat berinfaq di masjid di siang yg mulia itu.
Kejadian: Jum'at siang tepat satu jam sebelum azan Zuhur
Biasanya saya numpang mobil kawan pergi ke masjid pada jam 12:45 dari kantor, beli makan siang di masjid, lalu pulang bersama ke kantor. Namun siang itu saya kangen utk makan siang di tempat lain, artinya tidak ikut mobil kawan saat pergi shalat, namun pulang ke kantor nanti bersama" dari masjid.
Rencana awal untuk makan di lokasi 10KW di dekat kantor lama. Berjalanlah saya dari kantor menuju halte bus yg dimaksud ... namun di tengah jalan saya merasa halte itu (masih) jauh sekali, ditambah lagi perjalanan ke masjid dari 10KW perlu waktu lama sekitar 15 menit tanpa adanya transport. Lalu saya putuskan utk pindah ke lokasi makan sekitar GB, karena dari sana akan ada bus yg menuju masjid. Diputuskan utk ubah haluan, saya kembali berjalan menuju halte yg ada di belakang kantor, lalu bisa lanjut dgn bus 61, 107, atau 175. Lumayan berjalan, ada sekitar 10 menit di tengah hari yg terik itu. Cukup lama menunggu krn bus 61 baru saja berlalu. Sejauh itu saya hanya merasa badan saja yg mulai berkeringat dan capek krn perut belum diisi.
Hampir sepuluh menit menanti, tibalah bus 175. Semua spt biasa, saya membawa kartu Flashpay pembayar bus. Hanya dua halte dan tiba di lokasi foodcourt yg dimaksud. Saat menuju kedai mamak India langganan, mata saya melihat satu meja berisi tiga orang kolega saya di kantor lama, teman" yg biasa satu mobil saat pergi Jum'atan dulu. Saya hampiri mereka (Mardi, Rozali, dan Syafi'i) utk bersalaman. Mrk tinggal menghabiskan sisa minuman krn sudah selesai makan di sana. Saya tinggal sebentar lalu pesan nasi goreng merah India. Sambil menanti pesanan, saya kembali menuju meja kawan" tadi. Ngobrol sejenak, lalu saya bilang kl mereka ingin lebih dulu ke masjid silakan saja, karena saya akan selesaikan makan di sini dan nanti menyusul ke masjid dengan bus. Saat itu arloji di tangan menunjukkan jam 12:50, masih ada 25 menit lagi sebelum azan.
Mereka tak langsung menjawab utk pergi. Salah seorang menyarankan agar saya membungkus pesanan nasi goreng tadi dan dimakan nanti saja, khawatir telat sampai masjid usulnya. Oke lah jika begitu, saya fikir ide yg baik. Tahan lapar sedikit, sehingga saya dapat cepat sampai ke masjid dgn mobil Rozali. Saya hampiri kedai India tsb dan katakan pesanan tsb dibungkus saja (take away).
Saya kembali ke meja utk ngobrol lagi, alhamdulillah rezeki silaturahim dgn kawan" yg sudah lama tak bertemu (dalam hati saya berujar). Tak berapa lama, saya merogoh saku belakang celana, di saat itulah saya terkesiap (kaget) karena dompet tak ada, tak terbawa masih di kantor ! Pdhal ini nasgor belum dibayar. Alamak, di saku depan celana hanya ada $1.50, tak ada harapan. Oh no ! Mau pinjam dgn kawan" yg sedang duduk ini pun rasanya tak pas, khawatir juga membuat repot untuk bayar kembali. Tp jg ada rasa malu utk minta pinjam uang krn keteledoran ini. Tak berapa lama kmdn, saya hampiri kedai langganan tadi dan rupanya pesanan hampir selesai. Akhirnya saya yg minta kearifan mereka, agar dibolehkan "ngutang" dan akan dibayar nanti. Alhamdulillaah tak ada masalah buat mereka, dgn senyuman mereka menyerahkan sebungkus nasgor merah seharga $3 itu.
Tiba di masjid saat azan, saya menuju toilet dan tempat wudhu. Namun sebelum masuk toilet saya letakkan bungkus nasgor tadi di meja belakang masjid (biasa dipakai jamaah untuk makan/minum). Usai wudhu, saya biarkan nasgor tadi di meja, tak perlulah di bawa ke dalam masjid krn bau nya yg menggoda :-) Khutbah yg mengena tentang sifat rahman dan rahim Allah Swt yg melekat pada ayat pertama surat al Fatihah. Tiada uang yg masuk ke kotak infaq :-( Di sela khutbah, saya pun berfikir apa akan pinjam uang dgn rekan Shakil dan Rahmath yg akan bersama saya pulang ke kantor nanti. Ah sudahlah, saya tak mau melibatkan banyak orang pada kasus ini. Saya tak sampai hati utk meminta mereka mengantarkan saya ke kedai makan tsb, krn pulang dr masjid biasanya sudah lewat pukul dua siang, sementara mereka biasanya ada meeting setiba di kantor. Perut ini pun lapar minta cepat diisi.
Usai shalat dan berdoa, saya bersegera memakai sepatu, dan menunggu kedua rekan tadi di depan masjid. Saat menunggu, lagi" saya teringat telah membuat kelalaian baru ... bungkus nasgor saya masih tertinggal di meja belakang. Aaahhh... dgn berlari kecil saya kembali ke masjid dan sekilas saya melihat kedua rekan tadi sedang memasang sepatu keluar dari masjid. Tanpa membuat rekan" menunggu lama utk kembali ke kantor.
Menunaikan hak perut
Sepuluh menit melaju di jalan, kembali ke kantor yg ber AC, saya langsung bawa bungkusan ke dapur (pantry) kantor. Alhamdulillaah nikmat rasanya nasgor merah tsb, meski tetap ingat saya harus kembali ke kedai India td utk bayar hutang. Di luar jendela, langit cerah dan cukup terik pukul 14:40 itu. Usai istirahat sebentar, disudahi dgn menyeruput secangkir kecil capuccino, saya pastikan dompet sudah masuk di saku celana. Bergegas ke halte 60011, lalu menumpang bus 175, turun dua halte kemudian. Si penjual, seorang ibu India itu menerima uang $3 td dengan tersenyum, tak perlu buru" dibayar hari ini katanya, besok juga boleh. Lega hati ini, selesai juga urusan perut ini.
Begitu banyak pelajaran yg dpt diambil. Layakkah hati ini marah-marah tak terima pada sang Pencipta hanya dgn satu ujian kecil, sementara nikmat lainnya begitu banyak yg terjadi dalam tiga jam yg telah berlalu tadi. Penat dan keringat itu bumbu-bumbu pemanis cerita saja :-)
Kejadian: Jum'at siang tepat satu jam sebelum azan Zuhur
Biasanya saya numpang mobil kawan pergi ke masjid pada jam 12:45 dari kantor, beli makan siang di masjid, lalu pulang bersama ke kantor. Namun siang itu saya kangen utk makan siang di tempat lain, artinya tidak ikut mobil kawan saat pergi shalat, namun pulang ke kantor nanti bersama" dari masjid.
Rencana awal untuk makan di lokasi 10KW di dekat kantor lama. Berjalanlah saya dari kantor menuju halte bus yg dimaksud ... namun di tengah jalan saya merasa halte itu (masih) jauh sekali, ditambah lagi perjalanan ke masjid dari 10KW perlu waktu lama sekitar 15 menit tanpa adanya transport. Lalu saya putuskan utk pindah ke lokasi makan sekitar GB, karena dari sana akan ada bus yg menuju masjid. Diputuskan utk ubah haluan, saya kembali berjalan menuju halte yg ada di belakang kantor, lalu bisa lanjut dgn bus 61, 107, atau 175. Lumayan berjalan, ada sekitar 10 menit di tengah hari yg terik itu. Cukup lama menunggu krn bus 61 baru saja berlalu. Sejauh itu saya hanya merasa badan saja yg mulai berkeringat dan capek krn perut belum diisi.
Hampir sepuluh menit menanti, tibalah bus 175. Semua spt biasa, saya membawa kartu Flashpay pembayar bus. Hanya dua halte dan tiba di lokasi foodcourt yg dimaksud. Saat menuju kedai mamak India langganan, mata saya melihat satu meja berisi tiga orang kolega saya di kantor lama, teman" yg biasa satu mobil saat pergi Jum'atan dulu. Saya hampiri mereka (Mardi, Rozali, dan Syafi'i) utk bersalaman. Mrk tinggal menghabiskan sisa minuman krn sudah selesai makan di sana. Saya tinggal sebentar lalu pesan nasi goreng merah India. Sambil menanti pesanan, saya kembali menuju meja kawan" tadi. Ngobrol sejenak, lalu saya bilang kl mereka ingin lebih dulu ke masjid silakan saja, karena saya akan selesaikan makan di sini dan nanti menyusul ke masjid dengan bus. Saat itu arloji di tangan menunjukkan jam 12:50, masih ada 25 menit lagi sebelum azan.
Mereka tak langsung menjawab utk pergi. Salah seorang menyarankan agar saya membungkus pesanan nasi goreng tadi dan dimakan nanti saja, khawatir telat sampai masjid usulnya. Oke lah jika begitu, saya fikir ide yg baik. Tahan lapar sedikit, sehingga saya dapat cepat sampai ke masjid dgn mobil Rozali. Saya hampiri kedai India tsb dan katakan pesanan tsb dibungkus saja (take away).
Saya kembali ke meja utk ngobrol lagi, alhamdulillah rezeki silaturahim dgn kawan" yg sudah lama tak bertemu (dalam hati saya berujar). Tak berapa lama, saya merogoh saku belakang celana, di saat itulah saya terkesiap (kaget) karena dompet tak ada, tak terbawa masih di kantor ! Pdhal ini nasgor belum dibayar. Alamak, di saku depan celana hanya ada $1.50, tak ada harapan. Oh no ! Mau pinjam dgn kawan" yg sedang duduk ini pun rasanya tak pas, khawatir juga membuat repot untuk bayar kembali. Tp jg ada rasa malu utk minta pinjam uang krn keteledoran ini. Tak berapa lama kmdn, saya hampiri kedai langganan tadi dan rupanya pesanan hampir selesai. Akhirnya saya yg minta kearifan mereka, agar dibolehkan "ngutang" dan akan dibayar nanti. Alhamdulillaah tak ada masalah buat mereka, dgn senyuman mereka menyerahkan sebungkus nasgor merah seharga $3 itu.
Tiba di masjid saat azan, saya menuju toilet dan tempat wudhu. Namun sebelum masuk toilet saya letakkan bungkus nasgor tadi di meja belakang masjid (biasa dipakai jamaah untuk makan/minum). Usai wudhu, saya biarkan nasgor tadi di meja, tak perlulah di bawa ke dalam masjid krn bau nya yg menggoda :-) Khutbah yg mengena tentang sifat rahman dan rahim Allah Swt yg melekat pada ayat pertama surat al Fatihah. Tiada uang yg masuk ke kotak infaq :-( Di sela khutbah, saya pun berfikir apa akan pinjam uang dgn rekan Shakil dan Rahmath yg akan bersama saya pulang ke kantor nanti. Ah sudahlah, saya tak mau melibatkan banyak orang pada kasus ini. Saya tak sampai hati utk meminta mereka mengantarkan saya ke kedai makan tsb, krn pulang dr masjid biasanya sudah lewat pukul dua siang, sementara mereka biasanya ada meeting setiba di kantor. Perut ini pun lapar minta cepat diisi.
Usai shalat dan berdoa, saya bersegera memakai sepatu, dan menunggu kedua rekan tadi di depan masjid. Saat menunggu, lagi" saya teringat telah membuat kelalaian baru ... bungkus nasgor saya masih tertinggal di meja belakang. Aaahhh... dgn berlari kecil saya kembali ke masjid dan sekilas saya melihat kedua rekan tadi sedang memasang sepatu keluar dari masjid. Tanpa membuat rekan" menunggu lama utk kembali ke kantor.
Menunaikan hak perut
Sepuluh menit melaju di jalan, kembali ke kantor yg ber AC, saya langsung bawa bungkusan ke dapur (pantry) kantor. Alhamdulillaah nikmat rasanya nasgor merah tsb, meski tetap ingat saya harus kembali ke kedai India td utk bayar hutang. Di luar jendela, langit cerah dan cukup terik pukul 14:40 itu. Usai istirahat sebentar, disudahi dgn menyeruput secangkir kecil capuccino, saya pastikan dompet sudah masuk di saku celana. Bergegas ke halte 60011, lalu menumpang bus 175, turun dua halte kemudian. Si penjual, seorang ibu India itu menerima uang $3 td dengan tersenyum, tak perlu buru" dibayar hari ini katanya, besok juga boleh. Lega hati ini, selesai juga urusan perut ini.
Begitu banyak pelajaran yg dpt diambil. Layakkah hati ini marah-marah tak terima pada sang Pencipta hanya dgn satu ujian kecil, sementara nikmat lainnya begitu banyak yg terjadi dalam tiga jam yg telah berlalu tadi. Penat dan keringat itu bumbu-bumbu pemanis cerita saja :-)
No comments:
Post a Comment