Bagaimana agar bersedekah membuat anda KAYA ? Yakinkah Anda dengan pendapat bahwa "to GIVE in order to GET". Sunnatullah ini telah diyakini banyak orang di dunia sejak masa lampau hingga kini sebagai sebuah hukum universal tanpa memandang agama atau keyakinan seseorang. Sedekah yang tulus, baik berupa uang, tenaga, atau pikiran akan memberikan efek pengembalian yang diharapkan.
Allah telah mewahyukan keutamaan bersedekah, Rasulullah SAW dan sahabat2nya telah banyak mencontohkan. Di abad 21 seorang pemrakarsa "Spiritual Marketing" bernama Joe Vittel telah menuangkan ajaran mulia ini dalam kuliah2 nya. Sejalan dengan itu, tulisan Dody A Fauzi dalam bukunya "Cerdas Finansial, Sekarang (ISBN 979-3996-21-X)", memaparkan cara bersedekah yang mampu menggetarkan spiritualitas para dermawan ini(1).
- Bersedekahlah saat merasa ingin bersedekah, jangan sampai merasa terpaksa
Hal ini dikarenakan memberi dengan berat hati memberi asosiasi buruk ke alam bawah sadar. - Bersedekahlah kepada sesuatu yang disukai
Intinya adalah bersedekah pada hal yang membuat perasaan Anda tergetar. Setiap orang tentunya akan berbeda baik itu disebabkan: sudut pandang, pola hidup, masa, prioritas, dan kondisi sekitar yang menyebabkan kedinamisan pola bersedekah tsb. - Bersedekahlah dengan sesuatu yang bernilai
Wujudnya dapat berupa uang, benda, pikiran, tenaga dan ilmu. Dengan menyumbang sesuatu yang disukai, membuat Anda juga merasa berharga karena memberikan sesuatu yang berharga. - Bersedekahlah dalam kuantitas yang terasa oleh perasaan
Setiap orang memiliki kadar kuantitas berbeda agar hatinya tergetar ketika menyumbang. Nilai 10% biasanya menjadi anjuran dalam sedekah (bukan wajib), mungkin karena sejumlah nilai itulah kita akan merasakan 'beratnya' melepas kenikmatan. - Bersedekah anonim akan memberi dampak yang lebih kuat
Ini erat kaitannya dengan ketulusan, walaupun ada kalanya memberi tanpa anonim pun akan membawa manfaat untuk sosialisasi penggalangan sedekah itu sendiri. Dengan anonim diharapkan bahwa kita lebih ikhlas hanya mengharap balasan dari Allah. - Bersedekah tanpa pernah mengharap balasan dari orang yang Anda beri
Yakinlah bahwa Allah akan membalas, namun amat mungkin bukan lewat jalan orang yang Anda beri. - Bersedekah tanpa mengira bentuk balasan Allah atas sedekah itu
Banyak contoh yang mengisahkan:
Give time and you’ll get time.
Give products and you’ll get products.
Give love and you’ll get love.
Give money and you’ll get money,
namun kita tak layak mengharap seperti itu.
Siapa tahu sedekah itu dibalas Allah dengan kesehatan, keselamatan, rasa tenang, dl, yang nilainya jauh lebih besar dari nilai uang yang disedekahkan.
Rasulullah SAW meriwayatkan:
- “Allah swt selalu menolong seorang hamba, selama hamba itu menolong saudaranya.”
- “Barangsiapa yang memberi kemudahan kepada saudaranya, maka Allah akan memberi kemudahan baginya di dunia dan akhirat.”
Itu adalah prinsip memberi dan menerima yang ditanamkan Rasulullah SAW. Memberi kepada sesama dan hanya terobsesi untuk menerima dari Allah swt, sebab penerimaan itu tidak datang dari manusia tapi dari Allah swt.(2)
Kesadaran memberi kepada orang lain, tidak selalu berupa benda, materi, uang, atau bantuan yang memiliki nilai nominal. Tapi bisa berupa pikiran, waktu, ide-ide, fisik, atau apapun yang bisa kita beri dan bermanfaat.
Give freely, without expectations.
Give anonymously, if at all possible.
Give joyously, with a smile.
(Joe Vitale)
Pimpinan Wisata Hati, Ustad Yusuf Mansur punya kiat tersendiri untuk menggairahkan umat Islam makin rajin berzakat dan sedekah. Menurut beliau, terminologi zakat harus diubah. Mayoritas kita hanya tahu bahwa zakat itu pembersih harta. Ini kurang menarik. Seharusnya terminologinya adalah, hikmah zakat dan sedekah adalah menambah rezeki, menyembuhkan penyakit, menolak bala, dan memperpanjang umur. ''Jadi, orang yang rajin sedekah dan zakat, justru akan makin sukses bisnisnya, dan makin sehat.''
(1) Tulisan asli dari buku di atas dimuat dalam: http://sepia.blogsome.com/2005/11/13/seni-bersedekah-bersedekah-membuat-kaya/
(2) Tambahan bacaan dari Tarbawi Edisi 146 Th. 8, Dzulhijjah 1427 H / 4 Januari 2007