May 25, 2008

Jadi Polisi Indonesia ... Cape Deh !

Lambang POLRI bernama Rastra Sewakottama yang berarti polisi adalah abdi utama rakyat. Visi mereka adalah menjadi pelindung, pengayom, pelayan masyarakat dan penegak hukum yang profesional dan proposional dalam menjunjung tinggi supermasi hukum dan hak azasi manusia. Tugas di atas mewujudkan elemen dasar yang amat dibutuhkan masyarakat yaitu keamanan.

Aman kapan dan dimanapun baik saat berkendaraan, berusaha, meninggalkan keluarga di rumah, berjalan di malam hari, beristirahat di taman, atau bersuara lantang sekalipun tanpa mengganggu orang lain. Bila ini terwujud maka ongkos hidup di Indonesia menjadi lebih "murah", tanpa harus bayar centeng (pengawal pribadi), satpam, hansip, satpol PP, alarm, gembok segede gaban di tiap pintu, dan pagar tajam yang tinggi. Karyawan dapat memakai kendaraan umum tanpa perlu naik taksi di malam hari atau naik KRL tanpa harus takut kecopetan. Pemilik warung dan kedai dapat buka toko atau kios hingga malam hari sehingga pemasukan bertambah dan karyawan yang pulang kemalaman pun masih dapat mengisi perutnya. Sarana umum seperti pot bunga, halte bus, pagar pembatas jalan, telepon umum, TV di kantor-kantor pemerintah, alat pemadam kebakaran, mesin ATM dll tidak perlu sering diganti/diperbaiki karena rusak atau perlu "dikurung" dalam kerangkeng tebal (trellis). Keran air, waschtafel, cermin toilet dapat dibiarkan tanpa takut dibongkar orang jahat. Anak-anak orang kaya dapat pergi sekolah tanpa perlu diantar naik mobil dengan sopir. Pokoknya, murah dan ekonomis baik dari anggaran belanja negara, anggaran pribadi, hemat BBM, dan tidak macet. Everybody is happy !

Namun kondisi di republik sekarang masih jauh dari harapan. Aura kebebasan yang kebablasan, ketidakpedulian, dan kerakusan orang-orang besar yang tak punya nurani di negeri ini telah membuat masyarakat membayar mahal untuk sebuah kata aman. Terlepas dari citra buruk yang telah melekat pada polisi yang disebabkan oleh ulah oknum atau kumpulan oknum, kita perlu merasa kasihan mengamati kondisi polisi Indonesia hari ini. Tentu yang paling menderita adalah mereka yang berpangkat rendah dan tentu saja berpendapatan paling kecil.

Ditambah lagi ketimpangan rasio jumlah polisi di Indonesia dengan jumlah penduduk total yaitu 1:1500 atau lebih kecil lagi. Artinya satu polisi mengawasi 1500 orang di negeri ini, padahal standar PBB menyebutkan standar ideal itu adalah 1:400 atau 1:300. Bener-bener cape deh ! Saya menonton lima gambar nuansa pagi RCTI Minggu pagi ini dan kesemua pilihan gambarnya memperlihatkan polisi yang berjibaku menghadang prengunjuk rasa karena kenaikan BBM 23 Mei 2008 kemarin.

Berikut adalah daftar kerjaan polisi yang benar-benar membuat letih di negeri ini:
  • Mengamankan demo mahasiswa (beserta oknumnya) atau LSM: kenaikan BBM, Pilkada, penggusuran tanah warga, dll.
  • Meredam kerusuhan akibat alasan sepele seperti kekalahan tim sepakbola, antar supir angkot yang tak kompak mogok, dll.
  • Melerai tawuran antar pelajar, mahasiswa, kampung, pendukung cagub/cabup/calur dll.
  • Memberantas pengikut aliran sesat, agama baru, dll.
  • Membubarkan aksi mogok buruh, supir angkot, dll.
  • Mengejar pelaku narkoba, sindikat uang palsu, obat palsu, pembajak DVD, dll.
  • Meringkus preman, pelaku perampokan, penculikan, pembunuhan, kekerasan dalam rumah tangga, dll.
  • Meringkus penimbun minyak tanah, sembako, dll.
  • Bersama satpol PP menggusur pedagang kaki lima yang tak punya izin, pemilik gubuk-gubuk liar, warung remang-remang, dll.
Memang dari poin-poin di atas sebagian besar adalah kewajiban polisi sesuai misinya, namun banyak hal di atas sebenarnya tak perlu terjadi kalau saja tokoh-tokoh negara kita dapat lebih arif, tidak ada koruptor yang membuat miskin negeri ini, sistem hukum yang adil dan tegak sesuai fungsinya, tidak ada LSM yang disponsori pihak asing untuk mengacaukan suasana, dan masyarakat yang peduli dan dapat berfikir dewasa. Bila hal-hal di atas tidak dapat dikendalikan dengan baik maka keamanan tetap merupakan barang mahal di negeri ini. Anggaran dan biaya lagi (dari uang kita yang ditarik lewat pajak) untuk korps polisi demi tujuan pembelian pentungan, gas pemedih mata, perisai/tameng, dana taktis untuk meredam kerusuhan, uang rokok/kopi, biaya pengusutan perkara, biaya sidang, biaya memperbesar penjara dll akan makin membengkak dari tahun ke tahun :-(

No comments:

Post a Comment