Jun 24, 2008

Toilet Bagi Pemakai Kursi Roda

Rasanya ini adalah nama yang tepat bagi toilet khusus ini dan jelas tersirat dari simbol yang menandainya. Meskipun di dalam praktek, siapapun dapat memanfaatkannya. Ukuran pintu dan ruang toilet relatif lebih besar cukup untuk pergerakan kursi roda, asesoris yang diperlukan berada dalam jangkauan pemakai, cermin yang miring menghadap ke bawah dan dilengkapi dengan pegangan besi dimana-mana.

Toilet ini adalah favorit saya terutama di tempat-tempat umum karena umumnya dia lebih bersih dan satu hal yang paling istimewa adalah terintegrasinya washtafel (wash basin) di dekat kloset (water closet bowl). Dengan demikian "mudah dijangkau" untuk bersuci dan dilanjutkan dengan berwudhu apabila sudah masuk waktu shalat fardhu. Privasi terjaga dan sesuai syariah untuk tidak memamerkan aurat pada khalayak. Umumnya unisex sehingga gender apapun dapat memakainya.

Alhamdulillah toilet khusus ini juga ada di tiap lantai kantor. Seperti yang dicanangkan BCA Singapura tahun 2006 bahwa kewajiban bagi tiap bangunan/kantor baru untuk memiliki konsep desain universal (*UD: Universal Design) yang mengatur tata ruang dan sarana dalam sebuah tempat publik agar memiliki kemudahan bagi tiap pemakai untuk segala usia (all age groups) dan dalam kondisi apapun (different abilities including temporary disability). Saya rela menunggu 5-10 menitan demi dapat akses ke toilet ini meski toilet umum (normal) tersedia. Lho memangnya ada pegawai yang memakai kursi roda di lantai kantor saya ? Tidak ada seorangpun. Dan sampai saat ini hanya seorang pegawai muslim di lantai tsb. Lhoo ... tapi mengapa harus antri.

Awalnya saya juga heran karena toilet normal sedang kosong dan tidak ada kerja-kerja pembersihan saat itu, tapi tampak rekan kerja memakai toilet ini. Dengan berjalannya waktu saya sudah dapat mengenal siapa-siapa saja yang berulang kali menyinggahi toilet tsb. Lebih banyak pemakai dan datang dari berbagai kaum, bahkan karyawan dari Eropa Barat yang biasanya taat aturan pun ikut-ikutan memanfaatkan toilet ini (mungkin karena mereka sudah lama di Asia sehingga ikut tercuci kepatuhannya he..he..). Apalagi kaum Cina dan India, sikat saja mumpung kosong. Hanya sebagian dari high rank white collar atau delegasi asing dalam perjalanan dinas yang tak mengindahkan toilet ini :-) Di akhir tulisan ini saya akan coba urutkan beberapa kemungkinan mengapa mereka (mayoritas pria) memasuki toilet ini:
  • Letaknya yang lebih dekat pintu akses dibandingkan toilet normal (sehingga menghemat langkah kaki sejauh 5 meter)
  • Saat toilet normal sedang dibersihkan
  • Lebih bersih dan luas :-)
  • Privasi terjaga karena hanya dipakai seorang diri
  • Tergantung mood (masuk saja kala kosong)
Menurut pengamatan dan hasil wawancara pribadi dengan pemakai lain terungkap bahwa alasan utama mereka ingin kembali lagi dan lagi kesini adalah karena faktor kebersihan. Mungkin pada awalnya mereka tersangkut di sini karena toilet normal sedang dibersihkan, namun ternyata pada hari-hari selanjutnya ada perasaan lebih puas untuk kembali ke toilet khusus ini. Kebersihan itu intinya ! Ini artinya kebersihan itu universal milik siapa saja dan sudah menjadi tugas utama tiap muslim menjaganya. Saya perlu berdisiplin untuk memperhatikan kebersihan saat memakainya karena orang lain pun akan (atau sering) melihat bahwa saya adalah frequent user dari toilet tsb. Mengeringkan washtafel sehabis berwudhu, menghindari percikan air yang berlebihan sehingga lantai becek, membuang tisu dalam tempatnya, mematikan lampu saat keluar toilet ... dan last but not least, bersabar karena akan makin banyak pemakai dan tidak perlu menunda hingga kebelet untuk melepas hajat :-)















*Pustaka:
Konsep UD oleh BCA secara detail (Code on Accessibility 2007)

No comments:

Post a Comment