Apa yang kau harapkan saat mengusap-usap kening anakmu ?
Apa yang kau inginkan saat memberinya nasihat?
Jika yang kau inginkan adalah balas budi saat usiamu telah tua dan tubuhmu telah renta, maka izinkan aku bertanya, "Apa yang bisa kau jaminkan atas dirimu bahwa kau akan sempat memasuki hari tua?" jika kau memberi segala yang diinginkan anakmu agar mereka membahagiakanmu saat dewasa, maka aku ingin bertanya kepadamu, "Apa yang bisa kau jaminkan bahwa anak-anak itu akan hidup sampai dewasa?" Atau, "Apa yang dapat membuatmu begitu yakin bahwa ia akan memberimu kebahagiaan?"
Astaghfirullah. Bahkan dalam mendidik anak kita sendiri, alangkah sering kita melakukan bukan demi kebaikan mereka di akhirat, tapi demi memperturutkan kebanggaan kita sendiri. Kita didik mereka agar mereka lebih mengenal Tuhannya, tetapi demi mendatangkan decak kagum tentang betapa hebatnya kita mendidik mereka.
Kita asah kecerdasannya hingga hebat luar biasa, bukan agar bisa menolong agama Allah dengan kemampuan yang mereka miliki. Justru, kita ajarkan kepada mereka doa-doa kepada Allah untuk memperoleh dunia. Kita biasakan mereka berdo'a bukan agar hatinya terpaut dengan Allah, tetapi semata agar Allah melimpahkan pestasi yang menakjubkan. Tak salah jika semasa kuliah rajin dan takzim pada orangtua, tapi sesudah memperoleh apa yang dicita-citakan, bekas-bekas itu tak tampak sedikit pun. Alangkah sia-sia semua usaha kita kalau hanya untuk hidup di dunia. Terlalu mahal biaya, terlalu besar tenaga yang harus dikeluarkan kalau kita didik anak kita menjadi manusia cerdas hanya untuk pandai mencari nafkah.
(Alangkah Sia-sia oleh Muh Fauzil Adhim)
******
Shalih Shalihah setelah diazankan Selasa 03.04.12 15:30 |
Alhamdulillah atas status positif yg dinantikan itu tiba setelah tiga hari menunggu. Hari-hari ke depan adalah hari-hari penuh harap, nyeri, kewajiban periksa, sekaligus penantian.
Kapan hari-hari terkumpul jadi seminggu,
masih lamakah datangnya 3 minggu itu,
sudah dilewati 3 minggu, bila kah tiba di batu waktu (timestone) seterusnya ?
Ah baru 3 bulan alias 12 minggu,
12 + 24 = 36 minggu, batas minimum waktu tunggu,
ingin rasanya membalik hitungan dari minggu ke 12 jadi minggu ke 36,
Trimester 1, 2, 3 itu batu waktu yg baku untuk dilalui,
menunggu dengan sabar, menunggu dengan doa dan harapan,
Di trimester 3 pun hari berjalan santai, tak berlari,
usahlah berupaya melipat hari, berbaik sangka pada sang Maha Pemberi titipan.
Itulah penantian bagi calon bapak yg hanya bisa melihat, memberi dukungan, dan mendoakan. Tak lebih dari itu. Bagaimana dengan calon ibu yg merasakan, menjalani, dan berharap sangat agar perjalanan ini sampai dengan akhir yg membahagiakan. Arsip hitungan jam ke hari, pagi berganti sore, minggu silih berganti, dikumpulkan menjadi bulan dan trimester yg sudah bisa dijadikan kenangan sejarah sebuah keluarga.
Ku merenung apakah tujuan suami istri muslim memiliki anak ?
******
Torehan pena ustadz Fauzil Adhim tsb ada di dalam buku Saat berharga untuk anak kita yg baru kami dapat sebagai oleh-oleh uda di KL bulan Januari lalu. Bbrp hari sebelumnya saya pun baru berdiskusi dgn Papa di Jakarta lewat telp tentang hal yg sama, apa tujuan utama memiliki anak ? Apa yg membuat niat ortu muslim membesarkan seorang anak menjadi istimewa ?
Jawab Papa ringkas saja, ada empat tujuan:
- Menjadi pemimpin/khalifah (sebagaimana Qs adz Zariat 56).
- Memperbanyak insan di dunia (mengikut hadits "Nikahilah perempuan yang banyak anak dan penyayang. Karena aku akan berbangga dengan banyaknya umatku dihadapan para Nabi kelak di hari kiamat” yg diriwayatkan Ahmad dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban).
- Meningkatkan kualitas dgn menerima tanggung jawab baru sebagai ortu
- Sarana ibadah bagi anak dan ortu, baik sebelum dan sesudah ortu wafat
Kerinduan untuk memiliki anak yang berbakti kepada-Nya sejak kita berkeinginan untuk menikah, bukan saja boleh. Bahkan kita perlu membakarnya agar lebih meluap-luap lagi. Sehingga kerinduan itu membuat kita mempersiapkan diri. Kalau Anda merindukan anak-anak yang demikian, mari kita dengarkan kata-kata Rasulullah : "Allah merahmati seseorang yang membantu anaknya berbakti kepada-Nya," sabda Nabi SAW. Beberapa orang di sekeliling Nabi bertanya: Bagaimana caranya, ya Rasulullah?" Beliau menjawab:
(1) Dia menerima yang sedikit darinya,
(2) Memaafkan yang menyulitkannya,
(3) Tidak membebaninya,
(4) Tidak pula memakinya.
Selengkapnya dapat dibaca di buku tadi yang juga disarikan dalam Kiat-kiat mendidik Anak yg juga diolah dari tulisan Fauzil Adhim. Saya merekomendasikan kawan-kawan pembaca untuk memiliki buku ini.
Berilmu saja tak cukup. Kita mesti memiliki kekuatan hati untuk bisa ikhlas menerima pipis mereka, kerewelan mereka, celoteh-celoteh mereka maupun pertanyaan yang tak terhenti mengalir di saat kita tidak ingin terganggu oleh suara nyamuk sekalipun. Tanpa ada kekuatan hati, ilmu yg kita miliki tak banyak memberi arti. Menata hati, membenahi tujuan, tentu semua perlu waktu dan kemauan yang besar.
Bedakan tujuan dan harapan !
HARAPAN: JADI anak shaleh, pintar, berguna dan lain lain, sementara TUJUAN adalah visi masa depan utk menggapai keridhaan Allah di akhirat dan di dunia. Jangan sampai HARAPAN yang biasanya diukur dgn parameter duniawi melupakan kita dengan visi akhirat. Bahwa anak adalah jalan untuk menggapai ridha Nya dan bukan tujuan itu sendiri. Sebagaimana dua ayat al-Quran yang membicarakan topik yang sama agar orang tua tak salah langkah:
- Qs al-Anfal 28 [8:28]: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
- Qs al-Kahfi 46 [18:46]: Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.
Ya Allah, isi hati kami dengan keikhlasan dan bimbing kami dengan sabar dan syukur dlm menggapai keridhaan Mu. Karuniakan zuriat kami ilmu, kesehatan, dan kekuatan raga dan jiwa untuk menjadi insan yg bertaqwa di bumi ini.
UPDATE (4 Juni 2012): Mengapa Kita Punya Anak.
No comments:
Post a Comment