Menyembelih hewan yg halal untuk dimakan dimulai dengan Bismillah. Sebelum melepas anak panah, peluru, atau anjing, sang pemburu harus memulakan nya dengan lafaz Bismillah. Bila hewan buruan yg terkena panah/peluru tersebut didapatinya masih hidup maka wajib bagi sang pemburu untuk menyelesaikan ajalnya dengan tuntunan syariah: pisau yg dipakai tajam, menghadap ke kiblat, mengucap basmalah (al-An'am 118 dan 121), utk memastikan kerongkongan (jalur makanan), tenggorokan (jalur udara), dan urat nadi (jalur darah) di leher hewan tsb putus.
Ini sejalan dengan tuntunan Nabi Saw: "Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesuatu. Oleh karena itu jika kamu membunuh, maka perbaikilah cara membunuhnya, dan apabila kamu menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya dan tajamkanlah pisaunya serta mudahkanlah penyembelihannya itu." (HR Muslim yg juga dikutip hadits arbain nomor 17).
Selama ini saya baru pernah praktek menyembelih ayam. Mungkin pernah dua kali saat membantu mama sebelum hari raya dulu-dulu sekali. Di waktu lain, saat berkurban di hari Ied, prosesi ini sudah "diwakilki" oleh pengurus masjid. Lalu hijrah ke luar negeri dimana pasar/supermarket tidak dibolehkan menjual unggas/ternak dlm keadaan hidup. Jelas makin tiada kesempatan utk memahirkan ketrampilan ini :-)
Namun ada satu hal baik yg dapat dihayati di sini yaitu MULAKAN pekerjaan dengan BISMILLAH meskipun untuk menghilangkan nyawa. Dimulai dengan basmalah dan dilakukan dengan syariah (benar dan baik). Rupanya praktek ini amat berkesan sehingga untuk memotong ikan pun saya mengucapkan basmalah dimana saya belum pernah berjumpa hadist/tuntunan nya. Meskipun yg memotong/menggetok kepala nya bukan saya. Maksudnya setelah ikan-ikan hidup tsb saya pilih dari kolam/kulah, diserahkan pada tukang ikan utk dipotong sekaligus dibersihkan sisiknya, saya akan berucap Bismillah dari tempat saya berdiri tsb menyaksikan si tukang ikan. Yah dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kematian adalah sebuah kejadian luar biasa bagi tiap mahluk hidup. Tak pernah tahu dimana, kapan, dan dgn cara bagaimana kehidupan itu berakhir. Kita yg mengamati peristiwa tsb perlu mengimani taqdir tsb dan memudahkan/ mendoakan yg sedang menjalaninya (sakaratul maut) sesuai tuntunan syariah. Sakaratul ini sama akar katanya dengan sukara (sa-kara-ra) alias mabuk. Sebuah kondisi mabuk luar biasa yg tak dapat dirasakan saat nyawa masih menjalar di badan.
Hal yang sama dalam membunuh serangga perusak. Pernah bertemu nyamuk, lalat, laron, kumbang, kecoa, rombongan semut. Khusus utk kumbang tersesat akan saya halau keluar rumah atau utk iringan semut sedapat mungkin saya stop dengan kapur semut, genangan air, atau membelokkannya ke tempat lain :-) Namun utk serangga penggangu lain, Bismillah saya basmi saat itu juga. Kadang membunuh dalam jumlah besar spt "menampung" laron dalam baskom air, menyemprot sarang rayap dengan baygon, menghajar nyamuk dgn raket listrik, racun kecoa, menyiram rombongan semut dgn air dll. Mengapa harus diawali dgn basmalah ? Awalnya saya terpikir agar sabetan saya tepat sasaran, sekali tepuk mati tanpa menganiaya. Namun saya mengaji potongan ayat Allah dalam al-Isra 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. ...". Nah bisa jadi saat akan mengeksekusi tadi, serangga-serangga tsb memang sedang berTASBIH, sementara apa hak saya memutus tasbih mereka ?! Tersentak dgn keyakinan tsb menyadarkan saya utk selalu ingat membaca basmalah sebelum membunuh mahluk-mahluk ciptaan Allah Swt tsb. Semoga Allah Swt ridha dgn tindakan tsb.
Kebiasaan ini pun terbawa untuk "merenggut keindahan" sayur dan buah-buahan. Maksudnya dalam menyiapkan sayuran atau buahan spt mengiris, mengupas, membelah, dll membaca basmalah pun baik saat memulakan kegiatan. Rupa yg elok dari sayur yg hijau yg dipotong kecil-kecil, bunga brokoli yg harus dipatahkan tangkai demi tangkai, tomat memikat yg harus diiris, buah naga merah yg dibelah dadu, jeruk manis bulat padat yg dibagi enam ... semuanya ku minta izin kepada Sang Maha Pencipta Segala Sesuatu sebelum membantainya dgn pisau dapur. Tujuannya sudah jelas, memulai dgn basmalah itu ibadah, ikhlas saat mengerjakan, sehingga diharapkan rasa sayur/buah yg dipersiapkan tadi pas di lidah dan menyehatkan siapapun yg memakannya. Siapa yg dapat menerka rasa sayur/buah saat belum dibuka/dipotong ? Alhasil kuliner yg disajikan nikmat (semoga), coraknya indah, dan tidak ada kecelakaan dalam menyiapkannya (kisah wanita-wanita yg mengiris jari-jemari mereka saat melihat Nabi Yusuf a.s melintas di dekat mereka).
Yuk mulakan tiap kegiatan kuliner kita dengan basmalah !
Ini sejalan dengan tuntunan Nabi Saw: "Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesuatu. Oleh karena itu jika kamu membunuh, maka perbaikilah cara membunuhnya, dan apabila kamu menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya dan tajamkanlah pisaunya serta mudahkanlah penyembelihannya itu." (HR Muslim yg juga dikutip hadits arbain nomor 17).
Selama ini saya baru pernah praktek menyembelih ayam. Mungkin pernah dua kali saat membantu mama sebelum hari raya dulu-dulu sekali. Di waktu lain, saat berkurban di hari Ied, prosesi ini sudah "diwakilki" oleh pengurus masjid. Lalu hijrah ke luar negeri dimana pasar/supermarket tidak dibolehkan menjual unggas/ternak dlm keadaan hidup. Jelas makin tiada kesempatan utk memahirkan ketrampilan ini :-)
Namun ada satu hal baik yg dapat dihayati di sini yaitu MULAKAN pekerjaan dengan BISMILLAH meskipun untuk menghilangkan nyawa. Dimulai dengan basmalah dan dilakukan dengan syariah (benar dan baik). Rupanya praktek ini amat berkesan sehingga untuk memotong ikan pun saya mengucapkan basmalah dimana saya belum pernah berjumpa hadist/tuntunan nya. Meskipun yg memotong/menggetok kepala nya bukan saya. Maksudnya setelah ikan-ikan hidup tsb saya pilih dari kolam/kulah, diserahkan pada tukang ikan utk dipotong sekaligus dibersihkan sisiknya, saya akan berucap Bismillah dari tempat saya berdiri tsb menyaksikan si tukang ikan. Yah dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kematian adalah sebuah kejadian luar biasa bagi tiap mahluk hidup. Tak pernah tahu dimana, kapan, dan dgn cara bagaimana kehidupan itu berakhir. Kita yg mengamati peristiwa tsb perlu mengimani taqdir tsb dan memudahkan/ mendoakan yg sedang menjalaninya (sakaratul maut) sesuai tuntunan syariah. Sakaratul ini sama akar katanya dengan sukara (sa-kara-ra) alias mabuk. Sebuah kondisi mabuk luar biasa yg tak dapat dirasakan saat nyawa masih menjalar di badan.
Hal yang sama dalam membunuh serangga perusak. Pernah bertemu nyamuk, lalat, laron, kumbang, kecoa, rombongan semut. Khusus utk kumbang tersesat akan saya halau keluar rumah atau utk iringan semut sedapat mungkin saya stop dengan kapur semut, genangan air, atau membelokkannya ke tempat lain :-) Namun utk serangga penggangu lain, Bismillah saya basmi saat itu juga. Kadang membunuh dalam jumlah besar spt "menampung" laron dalam baskom air, menyemprot sarang rayap dengan baygon, menghajar nyamuk dgn raket listrik, racun kecoa, menyiram rombongan semut dgn air dll. Mengapa harus diawali dgn basmalah ? Awalnya saya terpikir agar sabetan saya tepat sasaran, sekali tepuk mati tanpa menganiaya. Namun saya mengaji potongan ayat Allah dalam al-Isra 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. ...". Nah bisa jadi saat akan mengeksekusi tadi, serangga-serangga tsb memang sedang berTASBIH, sementara apa hak saya memutus tasbih mereka ?! Tersentak dgn keyakinan tsb menyadarkan saya utk selalu ingat membaca basmalah sebelum membunuh mahluk-mahluk ciptaan Allah Swt tsb. Semoga Allah Swt ridha dgn tindakan tsb.
Kebiasaan ini pun terbawa untuk "merenggut keindahan" sayur dan buah-buahan. Maksudnya dalam menyiapkan sayuran atau buahan spt mengiris, mengupas, membelah, dll membaca basmalah pun baik saat memulakan kegiatan. Rupa yg elok dari sayur yg hijau yg dipotong kecil-kecil, bunga brokoli yg harus dipatahkan tangkai demi tangkai, tomat memikat yg harus diiris, buah naga merah yg dibelah dadu, jeruk manis bulat padat yg dibagi enam ... semuanya ku minta izin kepada Sang Maha Pencipta Segala Sesuatu sebelum membantainya dgn pisau dapur. Tujuannya sudah jelas, memulai dgn basmalah itu ibadah, ikhlas saat mengerjakan, sehingga diharapkan rasa sayur/buah yg dipersiapkan tadi pas di lidah dan menyehatkan siapapun yg memakannya. Siapa yg dapat menerka rasa sayur/buah saat belum dibuka/dipotong ? Alhasil kuliner yg disajikan nikmat (semoga), coraknya indah, dan tidak ada kecelakaan dalam menyiapkannya (kisah wanita-wanita yg mengiris jari-jemari mereka saat melihat Nabi Yusuf a.s melintas di dekat mereka).
Yuk mulakan tiap kegiatan kuliner kita dengan basmalah !
No comments:
Post a Comment