Alkisah long weekend kemarin (8 - 10 Agustus), kami mengunjungi Pasir Ris Town Park. Dimulai dari turun bus 53 di halte Pasir Ris Town Pk, lalu kami berjalan menyusuri kolam pemancingan di dekatnya. Menuju tempat dari rumah agak susah jika menaiki bus. Pertama kami harus naik bus 168 sampai ke bus stop di seberang kompleks Ikea/Courts/Giant (ini bus stop sebelum masuk TPE), lalu kami menunggu bus 58 atau 68 untuk menyeberangi kolong TPE. Namun bus yang ditunggu masih lama, sehingga kami memutuskan berjalan kaki sambil berolahraga ke halte berikutnya. Lumayan juga ada sekitar 10 menit berjalan. Alhamdulillaah ada bus 53 yang akan membawa kami ke tujuan.
Nah santai berjalan, mampir di pondok kecil (shelter) untuk sarapan kue/minuman yg dibawa dari rumah, kami melihat" kolam pemancingan di dekat sana. Ada kolam dewasa yang bersih, ada beberapa air mancur buatan, dan tampak beberapa orang sedang memancing. Lalu juga ada kolam anak yang tampak tak terawat. Sudah berbau anyir dan tampak beberapa ikan mengapung mati. Syahimah dan Sakinah berlarian karena tak tahan bau busuk tersebut. Baru kali ini melihat kolam ikan yg tak terawat di sini, biasanya nggk sampai ada ikan mati terapung. Makanya anak" jadi heboh :-)
Selanjutnya kami terus berjalan, menyeberang Pasir Ris Drive 3, terus menyusuri Google Maps menuju arah pantai Pasir Ris. Kuat juga ini anak" sambil berpeluh sampai lah di tepi pantai mungil itu. Tak ramai orang karena ini masih masa awal keluar dari pandemi, Singapura baru saja menyelesaikan periode lock down bbrp minggu nya. Main" air, main pasir, tak terasa matahari sudah agak terik pukul 11 pagi. Tidak ada yang nyemplung ke laut pagi itu. Jadi selesai bermain cukup basah-basah kaki, tangan, dan wajah saja di toilet. Lanjut jalan untuk pulang.
Anak" memilih untuk melalui kandang kuda Gallop stable yang ada di dekat sana. Sambil berjalan menyusuri pantai, macam" saja ulah mereka, berjalan atau berlari atau masih berkejaran krn memang tak ada kendaraan dan sepeda pun sangat jarang nampak. Tanpa terasa, kartu bus (ez-link) uni terjatuh dari dompet nya. Sptnya dia lupa menutup zip dompetnya. Baru kami sadar saat mama nya meminta mereka menyiapkan kartu bus di depan stable tadi ... Sakinah dan Syahimah memang minta berhenti dulu untuk istirahat minum. Waduh ... uni langsung nampak kebingungan, mencari-cari ... saya sudah menduga ini pasti terjatuh. Tapi dimana ? Lumayan perjalanan dari pantai ke sini tadi, melalui area berpasir, berumput, dan jalan beraspal yang banya k dilalui orang" berjalan kaki atau jogging pagi itu.
Duh terasa penat juga kl balik ke sana, tadinya saya sudah mau merelakan saja, dan pakai kartu bus cadangan. Mungkin ada isinya kurang dari $10. Tapi tiba" uda menyemangati, ... "Ayo Papa, Shalih temani mencari nya." Mantap ... jangan disia-siakan semangat ini :-) Saya ajak dia sambil mengatakan, "Semangat saja belum cukup, perlu ikhtiar dan doa !". Doa agar diberi petunjuk dalam mencarinya. Bertemu atau tidak, kita belum tahu, yg penting usaha dan doa dulu. Mulailah kami menyusuri pelan-pelan jalan tadi sambil diingat" si uni tadi lewat mana ya. Kalau ada jalan bercabang, saya sisir sisi kanan, uda sisi kiri.
Alhamdulillah ada berita positif, setelah uda berhasil menemukan mainan gantungan di dompet uni yg turut terjatuh di area berumput. Wajahnya tampak puas, tapi masih belum sukses bertemu kartu bus. Akhirnya kami terus berjalan hingga sampai lagi ke pantai tempat bermain air tadi. Diperiksa lah area pasir, rumput , tempat duduk saat minum soft drink yang dibeli di dekat toilet ... ah ya pergi juga ke toilet itu untuk memeriksa. Tapi tetap nihil hasilnya. Hari semakin terik dan kita berdua sudah meninggalkan rombongan lebih dari 15 menitan di stable. Saya putuskan untuk balik arah dan merelakan kartu itu... terntunya sambil memeriksa sekali lagi di jalan pulang. Sekarang saya dan uda bergantian posisi dari saat berangkat. Sekitar 3-5 menitan berjalan-jalan, tahu-tahu mata saya fokus ke sebuah bentuk persegi panjang seukuran kartu nama yang tergeletak di jalan. Warnya biru muda, sudah pudar, dan bercak2 putih tak beraturan di permukaannya. Saya dekati sambil jongkok, dan alhamduillaah benar ... itu kartu uni. Uda meloncat girang, alhamdulillaah serunya. Ikhtiar kita berhasil , doa kita terkabul.
Di momen itulah saya menekankan kepada Shalih pentingya usaha yang diriingi doa itu. Mana tahu Allah mengarahkan mata kita ke sana, sementara orang-orang lain yang lalu lalang sebelum ini tidak memperhatikannya, atau mereka melihat tapi tidak berbuat apa". Uda faham maksud saya. Lalu ia berlari kecil, riang, sambil membawa kartu tadi untuk diberikan kembali kepada uni :-)
No comments:
Post a Comment