Feb 11, 2007

Membunuh lembu suci

(dari lelaman pakar inovasi Itpin)

Ketika berdiskusi mengenai inovasi, saya sering menemukan tanggapan yang lebih kurang sama. Tanggapan mereka umumnya seperti ini, “Produk saya tidak mungkin bisa diinovasi”, dan dengan disertai alasan-alasan yang menurut mereka sungguh kuat. Produk ini adalah komoditi. Produk ini sudah demikian adanya. Konsumen tidak bersedia membayar lebih untuk tambahan fasilitas. Inovasi hanya untuk industri-industri berbasis teknologi. Dan seterusnya, dan seterusnya.
  1. Air putih
    Lalu bagaimana dengan Evian dan Perrier, atau Aqua? Evian dan Perrier berhasil menjual air putih dengan harga lebih tinggi dari BBM. Bila air putih saja bisa diinovasi, apa lagi alasan yang bisa Anda berikan? Anda mungkin bisa mengatakan itu karena sulitnya mendapatkan air ledeng yang bersih dari kuman-kuman berbahaya sekarang ini. Karena itu, air putih kemasan yang mampu memberikan rasa aman layak dihargai.

    Pertanyaan saya: Bagaimana dengan di negara-negara maju yang air ledengnya bisa diminum dengan gratis tanpa takut adanya kuman-kuman? Ketika di Australia, saya pernah menonton sebuah acara TV yang menjelaskan sebenarnya tidak ada perbedaan kadar kandungan mineral dan kuman antara air ledeng dengan air kemasan botol. Tetapi toh penjualan air kemasan botol di sana tidak terpengaruh.

    Bagaimana pula dengan fakta masih ada orang-orang yang bersedia membeli Evian sementara air kemasan botol lainnya seperti Aqua dan Ades sebenarnya sudah cukup menjamin keselamatan para peminumnya?

    Jawaban Anda bisa jadi karena upaya-upaya branding yang dilakukan perusahaan bersangkutan. Tetapi bukankah melakukan branding terhadap air putih dengan kemasan yang bagus sendiri merupakan sebuah inovasi?
  2. Menjual es pada orang Eskimo
    Anda mungkin bisa mengatakan air adalah kebutuhan pokok dan air dalam botol lebih mudah dibawa kemana-mana. Sekarang, bagaimana dengan inovasi untuk produk es batu? Lebih menarik lagi, apakah mungkin menjual es batu kepada orang-orang Eskimo? OK, mungkin jangan Eskimo, tetapi agak turun ke bawah. Alaska. Bisakah inovasi dilakukan terhadap produk es batu yang akan dijual untuk penduduk Alaska yang berkelimpahan es? The Glacier Ice Co. dan Quinntek Ice Alaska memberi kita jawaban atas pertanyaan tersebut. Ya, es batu bisa dijual kepada orang Alaska, dengan bantuan inovasi yang berpusat pada kebutuhan konsumen dan inovasi-inovasi proses lainnya. Quinntek setiap harinya menghasilkan 5 ton es yang sebagian dikirim ke daerah-daerah penghasil ikan yang membutuhkan pasokan es batu yang konstan. Karena alam tidak bisa menjanjikan stabilitas pasokan seperti itu, mereka berpaling pada Quinntek.
  3. Bagaimana dengan oksigen, lilin, garam, ...
    Oksigen memang sudah dijual sejak lama untuk keperluan rumah sakit. Namun, ketika Samator berusaha menjual oksigen yang dimasukkan ke dalam kaleng untuk keperluan individu, banyak yang mencibir. Tetapi apa yang terjadi? Produk tersebut terbukti sukses.
    Kemudian ada juga cerita sukses dari Blyth, sebuah perusahaan yang berhasil membangkitkan kembali industri pembuatan lilin. Blyth berhasil karena mereka berusaha melihat apa saja kebutuhan lain yang bisa dipenuhi lilin-lilin selain untuk acara-acara keagamaan. Lewat upaya-upaya kreatif dan inovatif, mereka menemukan beberapa jawaban: untuk menciptakan suasana romantis dan santai, untuk mengusir nyamuk-nyamuk di taman, untuk berbagai perayaan, dlsb. Dari pengetahuan tersebut, mereka menghasilkan lilin beraneka jenis sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang selama ini tidak terbayangkan sebelumnya. Anda ingin berpiknik tanpa diganggu nyamuk? Blyth menyediakan lilin beraroma lavender untuk kebutuhan tersebut.

    Hindustan Lever, anak perusahaan Unilever di India, yang melihat banyaknya penderita gondok di negara tersebut mengeluarkan sebuah produk inovatif yaitu garam beryodium yang mampu menjaga kandungan yodiumnya meski harus melalui pemrosesan (yang selama ini berpotensi menghilangkan kandungan yodium) dan pengiriman ke desa-desa. Inovasi perusahaan ini juga mencakup edukasi kepada konsumen miskin yang selama ini tidak menyadari manfaat garam yodium. Inovasi ini berhasil menyumbangkan pendapatan yang cukup signifikan buat Hindustan Lever.

Air putih, es batu, oksigen, lilin, dan garam. Bila semua “komoditi” tersebut bisa diinovasi, apalagi yang tidak bisa? Semua produk dan layanan pasti bisa diinovasi. Yang menjadi masalah adalah pola pikir kita yang sudah terlanjur menerima kenyataan sementara sebagai kebenaran absolut yang tidak bisa diganggu gugat. Untuk mampu berinovasi kita harus mampu menentang kebenaran-kebenaran tersebut. Kita harus berani membunuh “lembu-lembu suci” (sacred cows) yang bersemayam di pikiran kita.

No comments:

Post a Comment