Nov 28, 2010

Antara Pasien dan Pegawai Rumkit

Sebuah papan peringatan yang mudah ditemui di dinding dekat meja2 pendaftaran pasien di rumah sakit kandang kerbau. Pihak rumah sakit ingin menjadi penengah (mediator) antara keinginan pasien dan keberadaan sumber daya rumah sakit. Dalam suasana stres keduanya perlu belajar bersabar dan mengkaji prioritas dari tiap kasus. Pasien perlu menjaga emosi agar tidak mudah melabrak dokter/suster/petugas pendaftaran karena ia tak kunjung dilayani. Juga tak dapat dinafikan sumber daya rumah sakit yang semakin diisi petugas2 senior (baca: berangsur tua) sehingga kerjanya juga tak selincah sewaktu mereka muda :-)

***********************

Biarpun biaya berobat sebagai pasien swasta di sini muahal tetap saja mesti sabar menunggu antrian (queue). Satu pasien umumnya dialokasikan waktu 10 menit, berarti dalam 1 jam akan ada 6 pasien. Namun dalam prakteknya waktu konsultasi dan periksa satu pasien oleh seorang dokter spesialis atau konsultan rata-rata 15 menit. Jadi waktu tunggu bertambah lama dengan semakin banyaknya antrian nomor pasien sebelum Anda. Paling bagus memang dapat nomor urut pertama di awal hari. Paling tak beruntung kalau dapat nomor tanggung di siang hari sementara banyak nomor-nomor antrian yang disisipkan dengan alasan darurat. Waktu tunggu bisa tambah molor tak pasti.

Solusi yang mudah terfikir adalah membuat jarak antar pasien adalah 15 menit, artinya ada 4 pasien dalam 60 menit. Idealnya ini membuat kekesalan menunggu tak terjadi. Jam praktek normal seorang dokter di rumah sakit umumnya 6 jam sehari, itupun umumnya dia hadir hanya 2-3x seminggu. Artinya dalam seminggu hanya terlayani 4 x 6 x 3 = 72 pasien, dalam sebulan kurang dari 300 pasien. Jika spesialisasi dokter ini adalah jenis yang kurang populer tentu tak masalah. Problem muncul bila ia seorang dokter favorit pasien dan kebetulan termasuk ahli bidang yg langka, atau memang jenis spesialisasi yang selalu ramai peminatnya seperti dokter kandungan, dokter anak, penyakit dalam dll. Belum lagi kalau dokter tsb punya jadwal tindakan (bedah, persalinan) pada saat itu. Jelas saja angka 300 pasien terasa amat kecil, tiap pasien terpaksa menunggu 2-3 bulan untuk mendapat gilirannya bertemu dokter tsb. Ini pernah kami rasakan saat berurusan dengan dokter2 spesialis saat di Jerman. Solusinya pemerintah harus menambah rumah sakit baru dan mempekerjakan lebih banyak dokter untuk mengatasi masalah ini.

Di Singapura, ada juga sistem yg unik, pasien bersubsidi dan pasien swasta. Pasien bersubsidi terpaksa menunggu waktu yg biasanya amat lama untuk bertemu seorang spesialis, sementara pasien swasta dapat berlenggang kangkung membuat temu janji kapan saja dengan seorang konsultan/senior konsultan (di atas spesialis) yang cocok dengan selera dan isi kantongnya. Harga konsultasi nya jelas saja 3-4 x lipat pasien bersubsidi. Nah dengan meningkatnya taraf hidup pasien artinya mereka mampu menjadi pasien swasta karena tak mampu menunggu berlama-lama kesempatan mendapat subsidi. Akibatnya kini antrian sudah sama saja, mau subsidi antri, mau swasta pun antri !

One last famous quote (common in public service office):
Queue numbering reports may not be in sequence. Emergencies will be given priority. Your understanding is appreciated.

Petuah Pendekar kepada Calon Pendekar

Terpesona dengan alur kisah dan keindahan sastra yang dipaparkan Tulis St Nan Sati dalam mahakarya nya "Sengsara Membawa Nikmat". Hanyut terbawa alam kampung dan masa-masa pendudukan Belanda di Sumatra Barat di awal 1900 an. Adat dan budaya yang masih dipegang kukuh, kesederhanaan, ketaatan pada guru mengaji, penghulu adat dan pemimpin, menyihir pembaca bagai tinggal di negeri fiksi, ooh ini lho nusantara sebelum menjadi republik yg hilang aturan main spt saat sekarang. Ada toh sipir penjara yang bekerja jujur tanpa makan uang napi, ada toh tuan pejabat yang pegang janjinya, ada rakyat yg mendengar titah pemuka adat nya, dan narapidana yg lebih suka membanting tulang menjalani hukuman menanti masa bebasnya daripada kabur memalsukan identitas.

Dari karya ini, penulis berupaya menyampaikan niat tulusnya untuk menularkan amar ma'ruf nahi munkar, secara indah tanpa harus menjadi seorang guru agama. Perhatikanlah sepenggal kisah di saat guru pencak Pendekar Haji Abbas, seorang tua yang dijuluki "lubuk akal gudang bicara, laut pikiran tambunan budi" menasehati Midun muridnya:

Saya tidak sudi melihat orang suka berkelahi. Kebanyakan saya lihat anak-anak muda sebagai engkau ini, kalau sudah berilmu sedikit amat sombong dan congkak. Tidak berpucuk di atas enau lagi (angkuh). Pikirnya, tak ada yang lebih daripada dia. Lebih-lebih kalau ia pandai bersilat. Dicari-carinya selisih supaya ia berkelahi, hendak memperlihatkan kecekatannya. Salah-salah sedikit hendak berkelahi saja. Begitulah yang kebanyakan saya lihat. Hal itu semata-mata mencelakakan diri sendiri. Tidak ada yang selamat, binasa juga akhir kelaknya. Daripada sahabat kenalan kita pun terjatuh pula.

Contohlah ilmu padi, kian berisi kian runduk. Begitulah yang kami sukai dalam pergaulan bersama. Satu pun tak ada faedahnya memegahkan diri, hendak memperlihatkan pandai begini, tahu begitu. Asal tidak akan merusakkan kesopanan diri, dalam percakapan atau tingkah laku, lebih baik merendah saja. Bukanlah hal itu menghabiskan waktu saja. Pergunakanlah waktu itu bagi yang mendatangkan keselamatan dan keuntungan dirimu.

Berani karena benar, takut karena salah. Akuilah kesalahan itu, jika sebenarnya bersalah. Tetapi perlihatkan keberanian, akan menunjukkan kebenaran. Anak muda biasanya lekas naik darah. Hal itu seboleh-bolehnya ditahan. Dalam segala hal hendaklah berlaku sabar. Apalagi kalau ditimpa malapetaka, haruslah diterima dengan tulus ikhlas, tetapi bilamana perlu janganlah undur barang setapak jua pun, itulah tandanya bahwa kita seorang laki-laki.

Begitu pula halnya dengan hawa nafsu. Hawa nafsu itu tak ada batasnya. Dialah yang kerap kali menjerumuskan orang ke dalam lembah kesengsaraan. Jika tak pandai mengemudikan hawa nafsu, alamat badan akan binasa. Jika diturutkan hawa nafsu, mau ia sampai ke langit yang kedelapan — jika ada langit yang kedelapan. Oleh karena itu, biasakan diri memandang ke bawah, jangan selalu ke atas. Hendaklah pandai-pandai me-megang kendali hawa nafsu, supaya selamat diri hidup di dunia ini. Pikir itu pelita hati. Karena itu pekerjaan yang hendak dilakukan, pikirkan dalam- dalam, timbang dahulu buruk baiknya. Lihat-lihat kawan seiring, kata orang.

Dalam pergaulan hidup hendaknya ingat-ingat. Jauhi segala percederaan. Bercampur dengan orang alim. Tak dapat tiada kita alim pula. Bergaul dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi ajar (copet). Sebab itu pandai-pandai mencari sahabat kenalan. Jangan dengan sembarang orang saja berteman. Kerap kali sahabat itulah yang membinasakan kita. Daripada bersahabat dengan seribu orang bodoh, lebih baik bermusuh dengan seorang pandai.

Kisah lengkap SMN ini dapat diunduh ebook nya di sini. Dan tak sengaja juga menemukan koleksi ebook/mp3 tanah air yg cukup banyak di situs hanaoki ini. Benar2 niat nih para scanner :-)

Andaikan belum mengerti dengan perihbahasa yang banyak terdapat di dalamnya silakan cek situs ini. Mudah2 an bertemu maksudnya, ini salahsatu contoh:


"Kilat beliung sudah ke kaki, kilat cermin sudah ke muka"
Orang yang bijaksana dengan mudah menangkap hujung kata atau kias seseorang

Semoga bermanfaat.

Pembesar Datang, Sibuk !



Tipikal orang timur, sama saja baik di tanah kelahiran maupun di tanah rantau ini. Jalan yang akan dilalui pejabat diperbaiki, taman dipercantik dan cat nya diperbarui, poster penyambutan di sana sini, dan tim penyambutan bekerja tiada henti mempersiapkan hingga detik terakhir. Empat rute yang akan dilalui sudah diatur, jelas dipasang di papan pengumuman (notice board). Hasil2 pembangunan selama ini juga mejeng di dinding pengumuman. Penduduk dan pedagang yang nanti berada pada rute2 tsb bersiaplah karena tim penyambutan sudah bersusah payah menyeronokkan daerah Anda.

Kita sama saja!
Kita menghormati tamu, apalagi ini yang datang menteri yang bertanggung jawab menaungi wilayah ini (catatan: meski sudah lima tahun tinggal di sini kami baru sekarang akan melihat ibu ini dan demikian juga dengan sebagian besar penduduk)
Rakyat menikmati hasilnya, lingkungan perumahan menjadi agak berseri, setelah lebih setahun tampak berantakan krn proyek pembangunan lift yang belum selesai2.

Pamflet sudah diselipkan ke bawah tiap pintu flat bbrp minggu yang lalu. Jangan lupa datang pada hari yang ditentukan dengan membawa potongan kertas warna krem, di pojok kanan pamflet, untuk ditukarkan dengan kupon cabutan bertuah (lucky draw) dan goodie bags :-) Banner dan spanduk wajah sang ibu menteri sudah gagah berdiri satu minggu sebelum hari kedatatangan, membuat siapapun yg sempat membacanya, ingat bahwa 5 Desember itu tinggal bbrp hari saja.

Tidak ada kewajiban utk hadir, sukarela saja. Pasang senyum dan lambaikan tangan, ikut mendengarkan sambutan dan hiburan di lapangan amphitheatre yg sudah di cat baru di bawah naungan tenda putih raksasa yg siap terkembang sejak semalam. Rakyat hanya perlu buka mata utk mengikuti acara krn semua sudah disiapkan protokoler, tidak perlu sibuk dan tanpa dipungut biaya, jika haus pun tinggal rogoh isi goodie bags ! Jangan lupa juga tajamkan pendengaran terutama di akhir acara, mana tahu nomer kupon bertuah di tangan Anda yang layak dapat hadiah pertama :-)

Menteri dan rakyat sama2 berada di bawah tenda yg sama, terlindung dari terik matahari minggu esok, sama2 punya kursi dan dihembus kipas2 angin yg menggeleng mengusir hawa panas. Semua2 sama merasakan, tidak ada pemisahan atau perbedaan kelas. Saya yang duduk di bawah tenda dan kamu yang berdiri di bawah terik matahari di luar tenda (sounds familiar my fellow countrymen ?). Hanya saja ibu menteri dan kawan2 nya kadang perlu berdiri di panggung depan karena mikrofon hanya ada di sana dan dapat dilihat rakyat yang lebih suka duduk di deretan kursi paling belakang.

Ini jelas pemandangan yang berbeda dengan kondisi di negeri tercinta, dimana hanya yang terhormat yang menikmati perilaku spesial, sementara penonton tinggal berdiri di luar sana (kepanasan, kehujanan). Pemandangan ini tentu membuat penonton di luar merasa iri dengan yg di dalam, dalam hati mereka pasti ingin sekali utk duduk di dalam sana. Pernah sekali ketika saya menonton perayaan hari kebangsaan (national day) di sini, langit kelam dan hujan mengguyur jam 7 malam itu, semua pemirsa LIVE di stadium nasional itu basah atau cukup bermodal payung masing2, apakah dia seorang MM, SM, PM, anggota parlemen, pejabat, pengusaha dll sama nasibnya :-)



Lima Desember tahun ini begitu berarti:
Ada marathon terbesar di pagi hari,
ada menteri wilayah inspeksi,
dan ada Aa Gym jagalah hati.
Jadwal ketat jelas perlu dibagi.

Nov 27, 2010

Ritual Akhir Tahun

Sistem pembelajaran yang paling sukses ditiru dimana-mana adalah belanja akhir tahun. Ini adalah konsep konsumerisme yang melanda dunia dari barat. Padahal di negeri asalnya (Eropa Barat dan juga Amerika) akhir tahun identik dengan hari2 dingin bersalju dimana orang2 lebih senang berkumpul di rumah bersama keluarga. Tiket2 mudik dengan pesawat dan bus sudah dipesan jauh hari sebelumnya untuk merayakan ritual keyakinan yang mereka percaya sejak 2010 tahun yang lalu. Niat reuni keluarga jelas amat mulia, namun di sisi lain sepertinya kurang lengkap jika membagi keceriaan tanpa membawa kado atau hadiah akhir tahun.

Di sinilah naluri pengusaha mampu merasuki jiwa dan raga calon pembeli yang lelah, yang telah bekerja keras sepanjang tahun, dan kini dibujuk utk berlomba menikmati uang lelah bonus tersebut (indulgence). Work hard, play hard ! Bagi pelayan toko, SPG, salesman, kasir, manajer toko inilah waktunya utk bekerja dua kali atau lima kali lebih keras untuk memompa penjualan meramaikan malam-malam dingin di akhir tahun. Berlomba menawarkan produk terbaru atau produk lama dengan harga diskon (atau cuci gudang/clearance sale yang tetap saja ada untungnya meski sudah di diskon up to 70%). Film2 baru bermunculan di bioskop, produk mainan dan elektronik model terbaru meramaikan outlet/showroom yang bergelimang cahaya, jam buka toko2 diperpanjang hingga larut malam, lagu2 rohani yang sudah jauh dari nuansa religius berteriak bersahut-sahutan dari berbagai toko seolah menjadi magnet yg amat kuat menarik para calon pembeli yang masih bingung mau beli apa ? Maklumlah ritual ini ada tiap tahun, sementara tak ada ide di kepala (tak mgkn juga membelikan kado yg sama tiap tahun), harga barang (baru) yg dijual di mall-mall SALE itupun tetap mahal kenyataannya.

Di dunia barat kini tinggal budaya perayaan saja. Hingga tanggal 24, semuanya berlomba berbelanja, 25 hening seketika, dan 26 kedai belanja kembali ramai hingga akhir bulan. Mengapa ? Begitu banyak hadiah/kado2 yang ingin di refund alias ditukarkan ke toko2 asalnya karena tidak atau kurang berkenan di hati penerima. Anehnya lagi, ketika membuka bungkusan hadiah itu mereka semuanya menyatakan betapa gembira dan senangnya ia menerima hadiah tsb dan sangat berterima kasih kepada yang telah memberinya hadiah yang "sangat sesuai dengan keinginan hatinya" itu.

Bagaimana dengan kita di belahan bumi di timur. Tidak kalah heboh dan jelas tak ada maknanya sama sekali -- we just need an excuse for a holiday in the year end and of coz with some celebration ! Sebut saja di Tokyo, Seoul, Taipei, Hongkong, Shanghai, Beijing, Bangkok, Singapura ... semua berlomba menjadi negeri2 yang lebih barat dari negeri asalnya perayaan ini. Musiknya lebih bising, gemerlapan di pusat2 perbelanjaan, dan toko2 buka hingga 12 malam. Jelas ini amat baik utk ekonomi. Persiapannya kurang lebih satu bulan sebelum akhir tahun tiba. Akhir bulan 11, brosur-brosur SALE di berbagai mall, restoran, hotel sudah memenuhi kotak pos, halaman2 surat kabar, dan majalah. Belum lagi iklan yang dipajang di halte bus, mall, dan disiarkan di televisi. Termasuk iklan berlibur ke luar negeri, kebetulan di banyak negara bulan Desember ini juga identik dengan libur akhir sekolah sebelum mulai tahun ajaran baru. Komplit deh, bulan bonus, bulan belanja :-)

Fenomena sama dapat diamati saat hari-hari besar lain, baik yg ada hubungannya dengan keagamaan ataupun tidak. Para ahli pemasaran baik barang atau jasa selalu mencari dalih agar dapat membonceng keistimewaan hari2 tsb untuk meraih keuntungan sebesar mungkin. Tinggal kita sebagai mangsa yang perlu pandai untuk mengelakkan jebakan atau perangkap konsumerisme dan westernisasi yang mereka tawarkan. Prinsipnya sudah jelas mampu membedakan antara keinginan (wants) dan keperluan (needs), syukur2 di saat diperlukan barang yang kita cari dapat diperoleh dengan harga murah dan tak perlu menunggu akhir tahun :-)

Nov 21, 2010

Sumbangan 4-in-1


Ini tipikal kencleng di mesjid-mesjid kampung. Jamaah berhak menentukan kemana uangnya akan dibagikan. Mau diisi satu, dua saja, atau semuanya silakan. Mau tiap pos beda2 lembar uangnya juga silakan. Kalau hanya punya selembar sepuluh ribuan bagaimana ? Nah prioritas itu perlu difikirkan daripada tidak berinfaq sama sekali. Ada lagi kotak (atau apapun wadah yg dipakai) yg dibawa berkeliling oleh anak-anak atau sukarelawan mesjid yang juga bertuliskan nama2 pos infaq. Biasanya hal ini terlihat saat shalat Jumat, tarawih, atau shalat hari raya. Cara ini lebih fleksibel, penderma dapat mengambil uang kembalian (misalnya niat menyumbang Rp. 6000 saja namun ia memasukkan uang sepuluh ribuan) atau menukarkan uangnya sehingga tiap pos infaq kebagian jumlah yang sama. Hal ini biasa dilakukan karena wadah tsb memang terbuka (tidak macam kotak yg digembok) sehingga dalam contoh tadi, si penderma dapat mengambil kembalian Rp. 4000.

See You There !


Nov 20, 2010

Harus Habis Sebulan

Satu yang membedakan kartu telepon (prabayar) isi ulang di Singapura dan di Indonesia adalah harga nominalnya yang bisa lebih murah dari harga yg tertera di kartu. Syaratnya kartu isi ulang ini harus dibeli di kedai2 non-resmi, bukan di supermarket atau beli di anjungan tunai mandiri (ATM). Si kartu hijau happy meski tertera $18 dapat dibeli di kedai2 kelontong di pasar atau stasiun bus dengan diskon $1-2. Si kartu merah di tengah ditulis dengan jelas harganya $20 utk menikmati layanan $23 alias diskon langsung dari providernya $3. Tak jelas berapa untung yang dinikmati para pedagang kartu prabayar ini. Kalau di negeri kita kan justru terbalik, beli kartu isi ulang (atau voucher elektrik) Rp. 10 ribu dengan harga Rp. 13 ribu. Lha ini si pedagang untung dua kali, dapat diskon dari provider telekom (Tsel, Isat, XL dll) dan selisih dari nilai jual dari pembeli. Bagaimana bisnis voucher benar2 jadi bisnis yg menggiurkan, modalnya ringan barang nya pun kecil. Tak heran anak sekolah atau pegawai fotokopi di kantor juga dapat berprofesi rangkap sebagai penjual pulsa. Ada saja ide kreatif orang kita :-)

Pengalaman kemarin salah beli kartu isi ulang krn terburu2. Maklumlah jarang pakai kartu2 ini kecuali utk sms-an murah ke nomor2 TSEL di Indonesia. Kartu isi ulang berwarna merah hi! itu biasanya boleh dipakai 6 bulan, koq ini harus habis dalam 1 bulan ? Ternyata terbeli kartu BONUS, sama warnanya namun beda aturan pakainya. Kelebihan memang ada, yaitu beli kartu dengan harga $15 tapi dapat puas menelepon dan sms dengan nilai $30 (dua kali lipat yg tertera pada kartu, makanya dipanggil bonus). Pedagangnya pun tak mengerti krn langsung memberikan saya kartu yang ini (paling bawah pada gambar). Alhasil bonus ini harus difoya-foyakan utk habis dalam waktu satu bulan :-)

Nov 15, 2010

Complacent vs Vigilant, what's in it for ME ?

Gambar pertama

Diambil sebelum US1 Obama mendarat di Halim PK minggu lalu (09 November 2010). Petugas keamanan paman sam, yang sudah jauh lebih dulu tiba di Jakarta, melakukan pemeriksaan terakhir senapan2 yg dipakai untuk memberi tembakan sambutan saat presiden kulit hitam pertama US itu mendaratkan kakinya di Jakarta.


Gambar kedua

Diambil kamera polisi (tersembunyi) yang mengamati respon para pejalan kaki yang sibuk lalu lalang terhadap sedan biru yang diparkir di sana. Sedan istimewa ini mengepulkan asap putih yang tiada henti meski mesinnya sedang mati. Dari kaca jendela penumpang bisa terlihat jelas (dari dekat tentunya) sebuah tabung gas (LPG) kecil yg terhubung dengan kabel dan peralatan lain seolah2 b0m rakitan.

Pada simulasi b0m m0b1l yang dilakukan di sembilan tempat Sin9apura awal November lalu itu, polisi sengaja menguji sikap awas dan kepedulian dari orang2 di sekitar tempat tsb terhadap peristiwa yang tidak biasa. Sembilan sedan sengaja diletakkan kurang lebih selama 12 jam (08-19) di daerah sibuk Orchard, Shenton Way, dan Marina Bay. Dipilih waktu2 jam sibuk: saat masuk kantor, makan siang, dan pulang kantor. Tidak tahu juga persisnya apa sedan yang sama terus menerus berada di sana, ngepul kontinu 12 jam tsb :-)


Hasilnya, seperti dugaan banyak pembaca surat kabar, tak efektif !

Di negeri yang aman dengan tingkat kriminalitas rendah, situasi seperti ini hampir tak mungkin terjadi. Ini sudah tertanam di syaraf tak sadar sehingga amat kurang membangkitkan naluri waspada masyarakat. Dari 7200 orang yang lalu lalang di dekatnya (jarak 10 meter dari sedan) hanya 260 orang yang menaruh perhatian (kurang dari 4%). Diantaranya 52 langsung menelepon polisi (on-the-spot), 97 akan menelepon setelah menjauh dari tempat itu, dan 44 orang tak melakukan apa-apa.

Sikap lena karena sudah merasa aman (complacent) , terjamin di tangan pemerintah dan tenaga keamanan memang bertolak belakang dari sikap waspada (vigilant) yang diharapkan pemerintah. Ini sudah menjadi tabiat manusia yang terbiasa hidup aman, nyaman, dan teratur. Apalagi di masa kini, dimana email berita2 palsu (hoax), SMS kaleng, acara2 candid camera spt "Just for Laugh" yang sengaja menampilkan kekonyolan wajah orang2 yang panik karena terkena jebakan menjadi sesuatu yang lumrah hadir di tengah2 kesibukan kerja yang amat padat.

Pernah kejadian nyata tahun lalu, beberapa kotak pos Singpos yang ada di pinggir jalan "dijahili" seolah2 jadi korban vandalism corat coret grafiti. Pelakunya memakai topeng dan berbaju hitam pekat atas hingga bawah. Masyarakat yang melihat peristiwa tsb menelpon polisi, polisi datang, dan hanya utk memberitahu bahwa kegiatan tsb adalah salahsatu kampanye yang dilakukan kantor pos Sin9apura sendiri ! Yang sudah menelepon tentunya be-te dan kesal banget dong karena ternyata itu aksi candid saja.

Mayoritas orang2 yang lalu lalang di daerah sibuk (CBD area) di atas adalah pekerja. Waktu adalah Uang, semua tak mau terlambat, bagai robot yang sudah diprogram bekerja sejak jam 9 hingga 5 sore. Mana ada waktu, mana ada rasa ingin tahu untuk mengamati hal-hal sepele yang taken-for-granted nggak bakal ada apa-apanya itu.

Sin9apura negeri super aman dengan cctv dimana2 dan prosedur imigrasi yg super ketat didukung teknologi pamungkas paripurna abad 21. Memang bukan salah para pekerja itu, toh mereka sudah terpaksa banting tulang tiap hari dan bayar pajak ke negara tiap tahun untuk survive di negeri yg aman ini.

Faktor lain yang juga relevan adalah apa untungnya secara materi buat saya ? Selama bukan saya korbannya yach bukan urusan saya. Itu kerjaan satpam dan polisi. Sifat sukarela juga bukannya tanpa tanggung jawab: perlu menelepon aparat keamanan (Hellooo, berapa nomor telponnya 911, 995, 999 ?), siapa yang bayar pulsanya, lokasi tepatnya dimana ? (saya juga orang baru di sini lhoo), nanti dijadikan saksi ditanyai macam-macam, ... arrggh dan presentasi dengan klien pagi ini, terlambat rapat dengan boss besar ?!#$*! ... siapa yang peduli kalau deadline saya kacau semua.

Hal ini jelas jauh berbeda dengan petugas keamanan, intelijen, polisi, pasukan khas dll yang memang digaji untuk tugas2 tsb. Menyadap saluran komunikasi, penjinak b0m, scanning bagasi, mensterilkan lokasi tertentu sebelum kedatangan tokoh penting, memecah sandi rahasia, mengantisipasi serangan dll. Itu memang tugasnya, prestasi nya, dan perniagaannya :-)

Cerita lucu segarnya dari TKP.

Ada beberapa orang yang lalu lalang di sana justru memanfaatkan momen yang jarang terjadi tersebut dengan berpose ... cheezz ambil foto di sana dengan berbagai gaya. Dengan latar belakang beneran, untung2 masuk koran atau TV besok pagi juga. Mgkn karena sedan berasap itu lama sekali mogok di sana dan just nothing happened, who cares :-)

Ide saya utk latihan simulasi ke depannya:
  • Pilih sedan atau kendaraan lain yang bertampang lebih sangar, menakutkan, dan penyok sana sini.
  • Asap yang dipakai harus punya bau keras yg menyesakkan plus suara2 ledakan kecil dari dalam.
  • Sedan jangan diparkir pada posisi rapi, buatlah seolah2 sedan sedang melompat trotoar atau menabrak tiang listrik.

Ada ide lagi ?

Namun dibuat ekstrem begini, orang pun akan berfikir lain: lalai sekali aparat keamanan di sini. Apa kamera-kamera cctv yang dipasang di sekitar tempat tsb tak berfungsi ? Jangan2 ini memang simulasi lagi, koq orang2 lain cuek-cuek saja. Lha ... itu pak satpam dari tadi masih santai di posnya, buta apa ? Me, ... hmm I am not a fool, I will not be conned again by another candid camera :-)

X: Dude, see there is Prada handbag in that mysterious smoky car !
Y: Are you sure, it is a very obvious article, don't play-play ?
X: OK, come here lah and check. Explosive thing inside maybe.
We must be vigilant all the time, remember low crime doesnt mean no crime.
Y: All right, I'll check it. If nothing suspicious, I will grab the bag [giggling]
X: Cool, phone your gf to make sure it is not imitation :-)


Nov 14, 2010

Kamus Bahasa Melayu Nusantara

Ingat sinetron Sengsara Membawa Nikmat (SMN) dulu ... banget. Saya tak bakal lupa, zaman akhir tahun pertama kuliah S1. Nonton di Bandung, bintang wanitanya Dessy Ratnasari (DR) lagi. Wah klop dah ... ada juga rasa senang karena sama2 satu daerah saat itu [ge-er mode on]. Bedanya saya kuliah, sementara doi main sinetron bareng Sandy Nayoan alias si Midun yang jago silat yang menjadi tokoh sentral novel fiksi ini.

Tiba2 saja ingin menulis judul ini. Siang tadi pulang zuhur di Ansar, mampir di perpus dekat pasar karena dipaksa langit yang sudah rintik2 hujan. Benar saja baru bbrp menit di dalam perpus, hari hujan lebat. Spt biasa ritual masuk perpus, pertama kali memeriksa rak koleksi buku2 baru. Dapat satu buku pelajaran bahasa Arab karya penulis barat (Teach Yourself: Complete Arabic). Sayangnya buku ini tidak datang dengan Audio CD nya, jadinya belum tahu efektif atau tidak ya :-)

Lalu naik ke lantai dua, langsung ke koleksi buku Melayu. Awalnya sih niat mau tengok2 buku komputer, tapi sptnya tak ada koleksi baru. Nah saat masuk ke gudang buku koleksi Melayu ini, nemu nih novel asli SMN karya Tulis St Nan Sati, yang diterbitkan pertama kali setelah Soempah Pemoeda (1929). Buku yg saat itu saya pegang sudah masuk cetakan ke X (2006) dari Balai Pustaka. Kasihan juga nasib kesusastraan lama Indonesia ini, bayangkan roman yang terkenal begini hanya dicetak ulang 10 kali dalam 77 tahun. Mungkin lebih miris lagi kalau ingin tahu sekali cetak hanya berapa eksemplar hu...hu... Bandingkan dengan Ayat Ayat Cinta atau Laskar Pelangi yang bisa cetak ulang puluhan kali dalam usia bukunya yang kurang dari 10 tahun.

Begitulah Allah mengatur skenario di hari ahad siang tanpa surya ini. Dari jendela kaca tampak di luar hujan lebat, sementara perut juga minta diisi karena belum makan. Suratan di perpus saat itu, saya menemukan SMN yg seumur hidup memang baru baca sekarang, padahal tahun 1992 saya sudah pelototi sinetron enam episod nya di TVRI. Di masa2 itu, melupakan letih pulang kuliah, menunda tugas2 kuliah, demi menikmati layar kaca yang menghidupkan kisah si Midun, Kacak dan Halimah selama enam malam berturut-turut. Benar2 kenikmatan yg cukup berarti menyaksikan tayangan sinetron cantik yang diangkat dari buku karya anak negeri.

***

Namun saat membaca buku aslinya, bbrp kali saya temukan kosakata baru yang benar2 baru. Entah karena kosakata antik atau memang karena di Indonesiakan dari bahasa daerah asalnya si Midun. Padahal saya juga berasal dari Minang dan sudah sering membaca karya2 penulis dari Sumatra Barat semacam Abdul Moeis, Marah Rusli, Nur St Iskandar, Hamka dll. Di sinilah judul tulisan ini menyambung dengan isi tulisannya :-)

Ruang koleksi Melayu itu cukup penuh siang itu. Masa-masa ujian sekolah, perpus menjadi lebih ramai, dijadikan sebagai tempat2 anak belajar. Sptnya mereka sudah usia pelajar politeknik atau JC karena anak2 sd/smp sudah mulai libur. Mereka gelar tugas, buku, kertas2 dan laptop di meja2 yg ada. Tempat mereka kuasai termasuk ruangan ini. Ruangan yg mestinya banyak muka Melayu nya, justru kali ini (eh seringnya) ramai anak2 sekolah yg mengerjakan tugas. Nyaman banget sih: sejuk, tenang, dan terang suasananya. Kebetulan ada slot kosong di pojok kanan sofa, bersisian dengan rak kamus bahasa Melayu, saya segera ambil posisi itu. Awalnya saya merasa posisi itu kurang nyaman krn terpojok tapi ternyata itulah yang terbaik.

Saat mulai membaca dari halaman pertama, lanjut bbrp halaman berikutnya, sudah mulai saya rasakan adanya kata2 yang tidak dapat dipahami artinya. Ini ada contohnya di halaman 16:
Sesudah makan-minum maka diketengahkannyalah oleh Pak Midun syarat-syarat berguru ilmu silat, sebagaimana yang sudah dilazimkan orang di Minangkabau. Syarat berguru silat itu ialah: beras sesukat, kain putih sekabung, besi sekerat, uang serupiah, penjahit tujuh, dan sirih pinang selengkapnya.

Wah payah juga macam begini, mulailah mata iseng memandangi deretan kamus yg terdapat di rak sebelah kiri. Ada bbrp kamus bahasa Melayu dan bahasa Indonesia di sana, saya baca judulnya satu persatu. Ada yg tiga bahasa, empat bahasa, macam2 pengarang dan penerbit, terjemahan dari bahasa Indonesia, Arab, Inggris, Mandarin ke/dari bahasa Melayu. Dan tiba2 mata ini tertumpu pada satu buku kamus super tebal berwarna hijau muda, benar saja 3000 lebih halaman, tampak masih kinclong dalam sampul plastiknya, mgkn krn tak ada yang merasa perlu buka buku bantal berat ini. Dengan meregangkan otot biseps, saya pilih yg paling tebal ini, ada mungkin beratnya 3 kiloan. Terbitan dewan bahasa dan pustaka Brunei tahun 2003. Di antara penyusunnya ada dua atau tiga orang pakar bahasa dari Indonesia.

Kamus ini memang sakti mandraguna, power kata orang Melayu sini. Awalnya saya terka, isinya pasti mirip dengan KBBI Kamus Besar Bahasa Indonesia yg pertama kali beredar tahun 1998 (kini sudah edisi ketiga). Tapi nanti dulu, ternyata KBBI yg ada di sebelahnya tak memiliki semua kosakata apalagi beserta contoh pemakaiannya dari kata2 antik yg terdapat dalam karya pujangga angkatan Balai Pustaka tsb. Sementara itu, Kamus Bahasa Melayu Nusantara (KBMN) punya semua kata2 tsb ! KBMN tentu tak menampung kosakata yg dipakai bahasa SMS, bahasa alay, bahasa bencong dan bahasa2 chatting lainnya. Meskipun begitu, KBMN memiliki beberapa kata yang diberi inisial "bk" alias bahasa kasar, yg biasanya tergantung di negeri/daerah mana kata tsb dipakai.

Jika ada sanak saudara yg sedang studi bahasa sastra Indonesia kamus ini benar-benar recommended bersama dengan KBBI tentunya. Harganya tentu mahal tapi ini investasi berharga tak lapuk dipakai lima generasi sekalipun :-)


Sebagai mana dijelaskan di situs KBMN itu sendiri:
Buku ini merupakan bentuk usaha pengembangan bahasa Melayu, seperti dikatakan Haji Abdul Hakim bin Haji Mohd. Yassin, Pengarah Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei. Jika orang Indonesia mendengar kata Melayu yang mengacu ke sebuah bahasa, umumnya yang terbayang adalah bahasa yang digunakan di Malaysia dan Brunei, atau di sebagian wilayah Pulau Sumatra. Kalaupun disangkutkan dengan bahasa Indonesia, itu adalah versi lamanya sebelum Sumpah Pemuda mengganti nama itu agar berbagai kalangan etnis yang waktu itu tengah membangun sebuah bangsa yang bernama Indonesia dapat lebih mudah menerimanya.

Nov 6, 2010

[Ex Hobby] Figura Koleksi Perangko

Mengumpulkan perangko adalah salahsatu hobby saat Sekolah Dasar. Tak ingat tepatnya bila pertama kali mengoleksi perangko ini, tapi pastinya setelah kelas empat (sok yakin). Awalnya si Iman kecil tak begitu tertarik dengan yang namanya perangko, apalagi kalau dilihat mayoritas perangko yang umum beredar saat itu bergambar bapak pembangunan waktu itu Presiden Soeharto (alm). Asli membosankan, hanya ada pilihan warna dan ukuran saja sesuai nominal harga tiap lembarnya. Lagipula di masa-masa itu tidak banyak surat-surat yang datang ke rumah selain undangan atau surat dari kampung.

Di suatu waktu kami berkunjung ke salah seorang nenek dari pihak Papa, kalau tak salah berhari lebaran. Rupanya anak perempuannya (saya panggil tante) punya kegemaran mengoleksi perangko. Ada satu dua buku perangko kecil (ukuran B5) mungkin yang diperlihatkannya. Menarik koleksi di dalamnya, tersusun rapi, berwarna warni. Di waktu lain juga, di rumah salah seorang tante juga, saya sekali terpesona melihat album koleksi perangkonya, yang lebih besar dan lebih tebal. Perangkonya pun lebih bervariasi, tidak melulu segiempat, bahkan ada yang segitiga dan bundar. Untuk satu jenis gambar bahkan ada beberapa seri warnanya, miriplah dengan seri Pak Harto itu, hanya saja ini gambar kapal api atau kupu-kupu sehingga lebih menarik :-)

Mulai saat itu niat untuk punya album perangko sendiri itu tumbuh. "Start with something small", Papa membelikan sebuah album perangko kecil. Album berukuran buku harian ukuran B5 gemuk itu terdiri dari delapan lembar halaman yang bisa disisipi perangko, enam lajur per halamannya. Jadi total ada 6x16 lajur perangko tersedia. Awalnya tentulah wajah-wajah Pak Harto dulu yang berjejer di halaman pertamanya. Mulai dari yang kecil hingga yang besar semua gambar beliau. Bila yang besar diselipkan di satu lajur, maka lajur di atasnya pun tak dapat dipakai karena tertutupi badan besar itu. Barulah di halaman dua berjejer perangko Indonesia dengan gambar-gambar lain semacam sawah, tanaman, buah, hasil pembangunan dll. Mulai sejak itu Papa pun mulai giat membawakan beberapa amplop bekas dari kantor yang masih nempel perangkonya di sana :-)

Selama dua tiga bulan mengumpulkan perangko sudah pasti perangko negeri Indonesia yang mendominasi koleksi. Belasan perangko asing pun mulai muncul satu persatu hasil bawaan Papa dari amplop bekas di kantornya ataupun "sumbangan" dari kawan-kawan nya di kantor :-)

Masih tak bersemangat ...

Hingga di suatu malam kami mampir ke toko buku Prapatan, yang terkenal di pasar Mester Jatinegara di jalan raya Bogor (heran ini jalan panjang amat sampai ke Jatinegara dari Bogor), tampak samar-samar di sebuah standing rack sampul-sampul plastik transparan yang berisikan kertas-kertas berwarna. Pada kertas bersampul plastik tsb tertempel (stamp hinges) beberapa perangko beragam rupa dan ukuran, sementara di bagian atas kertas terketik nama negara asal perangko. Itu juga melihatnya sambil jinjit-jinjit karena pandangan terhalang oleh etalase kaca buku yang menghalangi lokasi pembeli dan pembaca. Layout ruangan toko Prapatan sampai kini pun masih seperti itu, tradisional, pembeli hanya dapat menunjuk sesuatu di yang dilihatnya di etalase dan si pelayan akan mengambilkannya.

Nah ini yang dicari, hati kecil saya meronta kegirangan !

Koq bisa-bisanya baru ketemu sekarang. Cukup kalap saat itu tak tahu negara apa yang harus dipilih koq mayoritas cantik-cantik perangkonya. Lagipula melihat harga per sampul yang cukup bersahabat mulai dari Rp. 100, Rp. 125, Rp. 150 ... paling mahal juga Rp. 250. Tapi jangan salah uang segitu lebar nilainya di tahun 1980 an awal itu. Kalau diingat-ingat saya baru punya uang saku Rp. 25 per hari kalau tak salah di kelas III-IV SD itu. Nggak ingat koleksi negara apa yg dibeli waktu itu. Mungkin ambil kurang dari sepuluh sampul -- yang murah-murah lagi he..he.. Satu negara bisa punya koleksi beberapa lembar sampul yang berbeda-beda koleksinya.

Saat itu mulailah muncul nama-nama baru dalam kosakata saya: ada Magyar Posta, Helvetia, Polska, Ras al-Khaima, Guinea de Bissau, Posta Romana, dan berbagai nama2 negara lain yang ditulis dalam bahasa Inggris. Mulai juga mengenal huruf kanji Cina, Jepun, dan Korea yang ada pada perangko2 mereka. Tiap ada waktu ke toko buku apa saja, pasti disempatkan menyelidiki apa mereka menjual koleksi perangko jg :-) Pada saat itu sempat juga terfikir, apa benar perangko-perangko cantik dengan lukisan dan warna nge-jreng ini benar2 asli dikeluarkan oleh kantor pos di masing-masing negara. Apalagi negeri2 yang sepertinya tak pernah terdengar semacam Congo, Liberia, Mongolia, Ras-al-Khaima, Yemen punya koleksi perangko yang amat bagus baik desain dan kualitas. Pengedar perangko lain yang bagus adalah dari Posta Romana (Romania), Magyar Posta (Hongaria), dan Polska (Polandia). Justru negara2 besar macam USA, Inggris, Belanda, Perancis, atau Jepang memiliki perangko2 standard dengan lukisan standard berukuran kecil. Mungkin perangko-perangko yg bagus itu tak pernah dialamatkan ke Indonesia. Hmm... Terbukti di dalam negerinya sendiri perangko2 itu banyak yang lucu dan special edition, dan mungkin memang dicetak edisi terbatas (limited edition) untuk konsumsi pecinta seni filateli.

Lupakanlah itu utk sekarang, nanti kalau ada waktu -- di masa depan -- atau mendapat surat dari negara yg dimaksud dapat kita uji keasliannya. Keingintahuan ini pun tak pernah terlaksana hingga artikel ini ditulis saya sempat tengok ke website Old-stamp.de dan baru teringat lagi bahwa sudah punya beberapa perangko yg sama sejak pertama kali mengoleksi dulu. Dan saat Deepavali kemarin datang ke museum filateli Singapura yang sedang buka pintu free-for-public. Ada bbrp perangko yg ada dalam koleksi saya juga ditampilkan dengan "tjap Aseli" nya di museum ini. Alhamdulillaah asli !

Masa paling jaya adalah saat Papa ditugaskan ke US untuk beli pesawat. Saat itu Papa dan seorang kawannya sempat singgah di beberapa kota seperti CA, SF, dan LA. Kebetulan sekali ... titip perangko, buku2 hewan purba, dan buku2 tentang penjelajahan manusia ke antariksa. Saat itu saya kelas VI SD dan lagi mengandrungi keantariksawan setelah Columbia sukses sebagai pesawat ulang alik membawa manusia, jadi bayangannya kalau ke US itu pasti mengunjungi NASA ;-) Alhamdulillaah pulang dari sana Papa memang menyumbang begitu banyak perangko dan juga titipan buku2 lainnya. Aneh nya biar dibeli di Amerika, perangko2 tsb tidak semua berasal dari negeri Amerika. Justru banyak yang berdesain bagus itu dari negara2 semacam Liberia, Ras-al-Khaima, ... (hanya dua yang teringat). Koleksi perangko luar negeri mendadak naik pesat hingga akhirnya berencana membeli album perangko kedua.

Kegiatan mengumpulkan perangko mencapai puncaknya di akhir SD, naik dan melambat saat SMP, dan hampir terhenti di waktu SMA. Tukaran dengan kawan sekolah, tetangga, atau keluarga yang punya hobby sama. Masih sering juga beli koleksi perangko yang ada di toko2 buku karena tidak sabar menunggu limpahan perangko asli. Maklum saat itu tak punya koneksi atau kawan dari luar negeri :-) Setelah masuk pertengahan II SMA kegiatan ini terhenti karena kesibukan sekolah dan memang malas pergi beli perangko. Suplai di toko buku jauh lebih cepat dari kemampuan saya membeli. Saat kuliah di Bandung hampir tak ada aktifitas kecuali ada saudara yang berbaik hati memberikan perangkonya. Lagipula kedua album perangko di rumah sudah benar2 penuh tak mau diisi lagi. O..ya pernah juga dapat perangko2 tua republik indonesia yang dijual di kakilima sepanjang Pasar Urip Sumoharjo Jatinegara. Saat ada kesempatan belajar di Tokyo, sempat juga ikut antri di depan kantor pos di pagi hari untuk dapat special edition pertama Doraemon (1997). Beberapa perangko seri ini saya pakai saat mengirimkan surat ke Jakarta, dengan titipan pesan, tolong perangkonya disimpan :-)


******

Saat menjelang akhir kuliah di Bandung 1994, refreshing di tengah TA, saya pulang ke Jakarta. Salahsatu kegiatan yg dilakukan adalah survei kembali kedua album perangko.
Banyak perangko yang sudah saling tumpang tindih atau keluar dari posisinya. Maklum selama kuliah memang tidak ada yang mengurus dan terkesan tidak ada peremajaan :-) Akhirnya muncul ide untuk membingkaikan mereka. Daripada disimpan terus di album di dalam lemari buku, tidak ramai yang menikmati dan akhirnya hilang atau terlipat karena berdesak2 an, maka dimulailah proyek pertama bingkai perangko ini. Dimulai dengan membeli kertas karton hitam dan menempeli satu persatu perangko di atasnya, format tempatnya segiempat saja. Mengerjakan bersama si kembar, tekun dan sabar, akhirnya selesai juga dalam 3 hari (16 Agustus 1994). Pagi-pagi saya bawa karton yg sudah penuh dengan perangko itu, hati-hati sekali ke toko figura di dekat Kampung Melayu. Pegawai tokonya sempat bingung juga awalnya melihat orderan yang baru ini dan saya pun agak berat juga meninggalkan koleksi berharga tsb di toko. Alhamdulillah dengan modal kepercayaan koleksi perangko dengan figuranya dapat saya ambil kembali sorenya dalam keadaan utuh.

Tiga setengah tahun, setelah pulang studi S2, muncul lagi proyek bingkai perangko kedua. Rupanya setelah seratusan perangko dibingkai pertama kali itu, masih banyak juga kawan-kawannya yang berceceran, terutama karena mendapat tambahan koleksi yg saya kumpulkan selama di Tokyo.

Nah kali ini harus sabar mengerjakan sendirian karena si kembar sedang kost di luar rumah. Awal 1998 selesailah bingkai kedua ini, tetap dibingkai di toko yang sama. Untuk memori kami beradik kakak, ditambahkan guntingan foto kenangan di tengah2 figura tsb :-) Hobby ini sebagaimana hobby lainnya perlu ketekunan, telaten merawat, dan tentu biaya utk menambah koleksi. Makanya saat ini belum berani utk kembali menseriusi hobby ini. Meskipun bisa saja kalap dengan memborong sampul-sampul perangko seperti yg ditawarkan di musium filateli. O..ya sebagai pengingat, sepulang dari tugas di Munich bbrp tahun lalu, saya bawa juga bbrp perangko utk kenangan. Yang ini benar asli lhoo :-)

Satu hal di abad 21 yg membuat filateli ini menjadi hobby yang langka adalah begitu mudah dan memasyarakatnya orang memakai surat elektronik (email), chatting via Y!/FB/twiter, online USB camera di komputer/smartphone atau SMS/MMS dengan handphone. Tidak perlu menyediakan kertas surat, menulis, membeli perangko, dan pergi ke kantor pos untuk bertukar kabar. Kartu pos pun sudah sekali-kali dipakai untuk momen khusus nan praktis dan ucapan idul fitri/milad/selamat juga sudah banyak diwakili SMS atau dikirim via online greeting card yang banyak tersedia di internet.

Perangko tidak lagi sepenting sebagaimana masa lalu. Mesin2 penjual perangko otomatis yang sering dijumpai di luar negeri juga mempermudah pengirim karena ia dapat membeli perangko kapan saja 24 jam tanpa perlu bertemu pegawai kantor pos. Namun ada kelemahannya, perangko yang dibeli di mesin ini memiliki gambar yg sama berapapun nilai nominal perangko yg dibeli. Harga tercetak sesuai pesanan kita nanti. Dan karena hasil cetakan elektronik, maka desain gambar/warna pun mudah hilang. Nah tak mungkin dikoleksi kan kalau beberapa lama kemudian yang tinggal hanya stiker putih saja ...