Nov 28, 2010

Petuah Pendekar kepada Calon Pendekar

Terpesona dengan alur kisah dan keindahan sastra yang dipaparkan Tulis St Nan Sati dalam mahakarya nya "Sengsara Membawa Nikmat". Hanyut terbawa alam kampung dan masa-masa pendudukan Belanda di Sumatra Barat di awal 1900 an. Adat dan budaya yang masih dipegang kukuh, kesederhanaan, ketaatan pada guru mengaji, penghulu adat dan pemimpin, menyihir pembaca bagai tinggal di negeri fiksi, ooh ini lho nusantara sebelum menjadi republik yg hilang aturan main spt saat sekarang. Ada toh sipir penjara yang bekerja jujur tanpa makan uang napi, ada toh tuan pejabat yang pegang janjinya, ada rakyat yg mendengar titah pemuka adat nya, dan narapidana yg lebih suka membanting tulang menjalani hukuman menanti masa bebasnya daripada kabur memalsukan identitas.

Dari karya ini, penulis berupaya menyampaikan niat tulusnya untuk menularkan amar ma'ruf nahi munkar, secara indah tanpa harus menjadi seorang guru agama. Perhatikanlah sepenggal kisah di saat guru pencak Pendekar Haji Abbas, seorang tua yang dijuluki "lubuk akal gudang bicara, laut pikiran tambunan budi" menasehati Midun muridnya:

Saya tidak sudi melihat orang suka berkelahi. Kebanyakan saya lihat anak-anak muda sebagai engkau ini, kalau sudah berilmu sedikit amat sombong dan congkak. Tidak berpucuk di atas enau lagi (angkuh). Pikirnya, tak ada yang lebih daripada dia. Lebih-lebih kalau ia pandai bersilat. Dicari-carinya selisih supaya ia berkelahi, hendak memperlihatkan kecekatannya. Salah-salah sedikit hendak berkelahi saja. Begitulah yang kebanyakan saya lihat. Hal itu semata-mata mencelakakan diri sendiri. Tidak ada yang selamat, binasa juga akhir kelaknya. Daripada sahabat kenalan kita pun terjatuh pula.

Contohlah ilmu padi, kian berisi kian runduk. Begitulah yang kami sukai dalam pergaulan bersama. Satu pun tak ada faedahnya memegahkan diri, hendak memperlihatkan pandai begini, tahu begitu. Asal tidak akan merusakkan kesopanan diri, dalam percakapan atau tingkah laku, lebih baik merendah saja. Bukanlah hal itu menghabiskan waktu saja. Pergunakanlah waktu itu bagi yang mendatangkan keselamatan dan keuntungan dirimu.

Berani karena benar, takut karena salah. Akuilah kesalahan itu, jika sebenarnya bersalah. Tetapi perlihatkan keberanian, akan menunjukkan kebenaran. Anak muda biasanya lekas naik darah. Hal itu seboleh-bolehnya ditahan. Dalam segala hal hendaklah berlaku sabar. Apalagi kalau ditimpa malapetaka, haruslah diterima dengan tulus ikhlas, tetapi bilamana perlu janganlah undur barang setapak jua pun, itulah tandanya bahwa kita seorang laki-laki.

Begitu pula halnya dengan hawa nafsu. Hawa nafsu itu tak ada batasnya. Dialah yang kerap kali menjerumuskan orang ke dalam lembah kesengsaraan. Jika tak pandai mengemudikan hawa nafsu, alamat badan akan binasa. Jika diturutkan hawa nafsu, mau ia sampai ke langit yang kedelapan — jika ada langit yang kedelapan. Oleh karena itu, biasakan diri memandang ke bawah, jangan selalu ke atas. Hendaklah pandai-pandai me-megang kendali hawa nafsu, supaya selamat diri hidup di dunia ini. Pikir itu pelita hati. Karena itu pekerjaan yang hendak dilakukan, pikirkan dalam- dalam, timbang dahulu buruk baiknya. Lihat-lihat kawan seiring, kata orang.

Dalam pergaulan hidup hendaknya ingat-ingat. Jauhi segala percederaan. Bercampur dengan orang alim. Tak dapat tiada kita alim pula. Bergaul dengan pemaling, sekurang-kurangnya jadi ajar (copet). Sebab itu pandai-pandai mencari sahabat kenalan. Jangan dengan sembarang orang saja berteman. Kerap kali sahabat itulah yang membinasakan kita. Daripada bersahabat dengan seribu orang bodoh, lebih baik bermusuh dengan seorang pandai.

Kisah lengkap SMN ini dapat diunduh ebook nya di sini. Dan tak sengaja juga menemukan koleksi ebook/mp3 tanah air yg cukup banyak di situs hanaoki ini. Benar2 niat nih para scanner :-)

Andaikan belum mengerti dengan perihbahasa yang banyak terdapat di dalamnya silakan cek situs ini. Mudah2 an bertemu maksudnya, ini salahsatu contoh:


"Kilat beliung sudah ke kaki, kilat cermin sudah ke muka"
Orang yang bijaksana dengan mudah menangkap hujung kata atau kias seseorang

Semoga bermanfaat.

No comments:

Post a Comment