Mar 29, 2012

Pembohong Bikin Susah

Ternyata PEMBOHONG itu dimana-mana menyusahkan. Bukan hanya dari tipe manusia atau jin saja tapi juga pembohong dari tipe buatan non-mahluk. Pembohong non-mahluk yg lebih dikenal dgn nama Sang Penyeru alias Alarm. Tergantung fungsinya maka ada beragam tipe alarm. Yang paling sering berinteraksi dengan saya adalah alarm weker untuk bangun di pagi hari, alarm keamanan mobil (immobilizer), dan alarm kebakaran. Manusia dan jin berbohong disebabkan hawa nafsu namun alarm berbohong apa penyebabnya ?

Alarm yang berbohong atau lebih dikenal dengan istilah False Alarm jelas menyusahkan:
  • Weker yg sudah berbunyi saat shalat malam padahal disetel utk berbunyi pas azan subuh.
  • Alarm mobil yg tahu-tahu meraung saat ada bajaj bising lewat di depan rumah.
  • Sirene peringatan kebakaran di kantor yg memekakkan telinga terjaga tanpa ada sebab yg jelas.
  • Sensor anti-tubruk di bumper belakang mobil yg bercicitan padahal jarak dengan mobil lain masih jauh.
  • Alarm lift yg kerap berbunyi tanpa ada kejadian istimewa seperti penumpang lift terperangkap atau lift macet.
  • Indikator bensin di dashboard metromini yg menyala merah padahal bensin masih cukup penuh.
Penyebabnya tentu bermacam-macam dapat faktor internal atau eksternal. Faktor internal seperti komponen yg aus (rusak) seiring perjalanan waktu, ada kesalahan program, sensor yg terlampau sensi, atau catu daya spt batere/listrik yg bermasalah (lemah, fluktuasi). Sementara faktor eksternal sangat beragam yg intinya „menipu” atau mengganggu kestabilan sistem alarm penjaga ini. Bayangkan saja kesenggol dikit, ada petir di siang bolong, tukang odong-odong lewat dengan lagu dangdut nya, suhu udara yg kelewat panas hingga 35C sepanjang siang dll ternyata memicu alarm utk berbohong :-) Yang saya perhatikan kejadian-kejadian ini muncul karena kurangnya perawatan (maintenance) pada alat, lalai mengkalibrasi alat secara teratur, atau memang sudah saatnya alat itu diganti krn sudah tiba umur teknis nya. Jelas mengesalkan karena mereka tak berfungsi dgn benar, ribut mengganggu, atau menyebabkan kewaspadaan yg tak perlu.

Pernah kejadian di kantor sirene kebakaran meraung-raung selama 3 menitan, operator gedung berulang kali mengumumkan lewat pengeras suara bahwa tiada yg perlu di khawatirkan, tapi bising yg memekakkan itu lhoo… Berhenti sebentar, lalu lanjut lagi 5 menitan. Wah kacau benar saat itu :-( Ada lagi Toyota van tua yg parkir di bawah meraung-raung di malam buta, lebih dari setengah jam dgn melodi sirene polisinya, si pemilik van tak kunjung datang. Akhirnya inisiatif tetangga sekitar yg sudah kesal menelepon polisi. Polisi datang memeriksa dan mematikan paksa sirene tsb berbekal peralatan khusus dari mobil patrolinya. Kejadian van tua ini berulang-ulang juga meski di siang hari. Tetangga pun sudah paham tak ada yg perlu dikhawatirkan karena si pemilik van kini cekatan utk mematikan alarm pikun nya. Sama halnya dengan sang supir metromini yg mengacuhkan indikator tanki solarnya dan lebih percaya menghitung sendiri sudah berapa rit dia beroperasi siang itu dan pergi mengisi ke SPBU.

Sudah paham alias tidak ada yg perlu dikhawatirkan ? Mengacuhkan indikator krn tak ada guna. Sejatinya alarm itu mengundang perhatian orang utk mengatasi bahaya sedini mungkin. Ia menjadi alat bantu untuk mengingat karena manusia punya sifat pelupa. Namun krn alarm yg suka berbohong ini orang jadi acuh dan merasakan tidak ada bahaya sama sekali. Persis seperti dongeng anak lelaki yg berteriak akan serigala atau versi ringkas Indonesia nya seperti di sini. Akhirnya tiada yg peduli sementara bahaya yang sesungguhnya sedang menanti waktu.

Pembohong itu dimana-mana memang tak disukai, kalau tak sekarang pasti akan menyusahkan di masa datang.


Mar 28, 2012

Swimming Attire in Singapore

I can not recall exactly the story that one of our female friend could not swim that day due to her eye-catching attire. Yes, she was looking special for most of the pool user since she wore fully covered swimming suits for muslimah. It is combination of blouse, skirt, and pants covered from head to ankle and also a bit loose compared to casual two-piece swimsuit that people knew those days. The incident took place few years back either at public pool or private apartment pool where she was invited there. The guard-in-duty asked her and her friends to leave the pool or changed the attire accordingly because it created uneasiness to other pool users.

Yeah it was something new that time. Though I admit the design is superb, the material is very similar (or even better) but (unfortunately) more expensive than normal swimsuit he..he..

I have accompanied my wife in past two years at nearby swimming complex without any problem. Same thing also experienced by our female friends in other public pool in Singapore. All of them is wearing muslimah swim wear without any bulging eyes staring at them. Pool users get used to it already.

Just recently I snap a picture in front of swimming complex near my office. It depicts clearly the DOs and DONTs design for male and female attire in the pool. Text version can be read in the SSC website itself. Good move SSC !

 

Mar 27, 2012

Mengunjungi Raksasa Oren

Cuti setengah hari di hari kerja untuk berbelanja, ah alasan yg terlalu mengada-ada utk sebuah cuti kerja. Mengapa tidak tunggu malam hari sepulang kantor atau akhir pekan saja untuk berbelanja ? Lagipula aktivitas ini biasa kami lakukan di pagi hari sambil diniatkan berolahraga. Namun keputusan sudah dibuat, sehari sebelumnya saya kirim permohonan cuti dan langsung disetujui. Spt biasa, cuti satu hari begini izinnya ekspress.

Ternyata belanja siang hari itu menyenangkan. Poin utama: tidak ramai pengunjung !

Pemandangan yg sangat berbeda jika datang di akhir pekan atau hari libur. Perlu diketahui pasar serba ada yg kami kunjungi ini cukup luas (hypermart) dan berlokasi bukan di kompleks perumahan. Pengelolanya menggabungkan tiga hypermart di kawasan ini yaitu kebutuhan rumah tangga (zona Raksasa), perlengkapan elektronik dan hiburan (zona Pengadilan), dan perabotan (zona BiruKuning). Tempat parkir yg luas bagi mereka yg berkendaraan pribadi. Pengunjung datang untuk belanja, alternatif hiburan keluarga yg gratis, atau sekedar mencoba suasana tempat makan yg lain dari biasanya. Tiap akhir pekan atau hari libur selalu ramai namun di hari-hari biasa tempat ini rindu pengunjung. Untuk memudahkan mereka yg tak membawa kendaraan disediakan bus-bus ulang-ulang alik dari tiga tempat yg berbeda setiap hari seawal pukul tujuh pagi. Ada juga bus-bus umum lewat di sana namun perlu berjalan kaki sekitar 300 meteran dan menaiki jembatan penyeberangan untuk sampai ke lokasi.

Tidak ramai artinya kami dapat lebih rileks untuk menemukan (baca: bermanuver membawa troli belanjaan dari lorong ke lorong) barang-barang yg dicari dan tak perlu bersesakan mengunjungi tiap bagian toko. Udara lebih segar dan sejuk sehingga tak cepat penat biarpun belanjaan di troli sudah penuh. Antrian pendek di loket-loket kasir juga patut disyukuri karena ini adalah gerbang terakhir penguji kesabaran setelah kecapekan mondar-mandir mencari keperluan.

Karena tidak ramai, artinya kami bisa berdiskusi santai dan berpikir jernih untuk memutuskan membeli barang. Maklumlah ada daftar keperluan yg memang baru kali ini baru akan kami beli. Insya Allah untuk calon zuriat si kembar yg nyaman di perut ibunya dibawa kemana-mana.

Sebenarnya gerilyanya tak lama, saya cek hanya satu jam setengah. Namun di penghujung acara tetap berefek kaki pegal juga. Alhamdulillah, banyak kursi kosong tersedia untuk istirahat sambil menikmati jus jeruk dan sepotong coklat berdua. Kedai makan pun sepi. Berhubung waktu Ashr sudah masuk kami putuskan untuk segera pulang tanpa mengisi perut dgn makanan berat :-)

Rupanya utk transport pulang ada sedikit permasalahan.

Sukar dapat taksi ! Jam sudah mendekati lima sore artinya taksi-taksi itu sudah ingin berputar haluan menuju kota menjemput para pekerja yg ingin pulang ke rumah. Para supir taksi sudah hafal bahwa jarang orang yg datang ke sana di hari kerja. Andaikan ada juga yg datang, mereka naik mobil pribadi atau bus ulang-alik bagi yg tak berbelanja banyak. Lagipula siapa yg ingin belanja mingguan di hari yg aneh seperti Selasa sore he..he.. Di tempat tunggu taksi sudah ada empat orang bule di depan antrian dan alhamdulillah mereka tnyt rekanan (berarti satu taksi). Tidak ada tanda-tanda satupun taksi meski saya sudah coba pencel tombol „Call for Taxi” beberapa kali. Elwis sudah berinisiatif untuk masuk ke dalam kembali karena memang tiada kursi disediakan di tempat tunggu taksi. Payah :-( Nongol satu taksi tua Crown berwarna krem pucat dan langsung disambar empat bule tadi. Pencet lagi, tunggu lagi, total ada 10 menit lebih menunggu. Akhirnya muncul juga si Sonata Biru dengan om supir yg ringan tangan membantu kantong-kantong plastik belanjaan masuk ke bagasin. Cukup memusingkan juga kalau sampai tak datang karena di atas langit sudah kembali mendung tak kuat menahan hujan. Alternatif terakhir tentu dengan menelepon nomor pesan taksi :-)

Alhamdulillah setelah lima belas menitan tiba di rumah baru hujan deras menyusul bbrp menit kemudian.

Demikian kisah berbelanja siang hari di hari kerja bersama ismil tercinta, banyak sukanya dibanding capek nya :-)
Cuti setengah hari tak sia-sia. Jika dipaksa berbelanja malam hari, saya sudah tak minat karena selain capek dan ngantuk, pengunjung pun lebih ramai dan ujung-ujungnya sukar dapat taksi juga.

37w2d


Mar 23, 2012

Mengalir bersama Air

Kemarin saya dapat link ini di milis alumni , studium generale DI di Itb.

Menarik dengar hal-hal yg sudah dan akan beliau lakukan. Bagi saya ditempatkannya DI baik saat di PLN atau sekarang jendral di kementerian BUMN adalah sebagai sosok fire-fighter yg memadamkan api scr cepat dgn air yg deras. Sampai kini beliau cocok utk itu, mengetahui apa yg urgent, bersusah payah menyusun tabel prioritas, dan merekrut siapa dan apa yg diperlukan utk mencapainya. Umumnya target beliau adalah jangka pendek meski akan berdampak positif utk jangka panjang spt penyediaan 20 ribu trafo agar pln-tanpa-padam tercapai, pembangunan jalan tol, pelabuhan di papua, perluasan lahan tani, keinginan utk punya mobnas atau moblir, dll.

Tampak semua jangka pendek dan rakyat kebanyakan perlu hal tsb saat ini.

Sesuai juga dgn jalan hidup yg telah beliau lalui bahwa ia bukan tipe sosok yang memiliki cita-cita. "Sejak kecil saya selalu membiarkan hidup saya mengalir begitu saja, saya tidak punya cita-cita," ungkapnya. "Sangat berbahagialah orang yang tidak mempunyai cita-cita, karena hidupnya tidak ngotot," lanjutnya.

DI tak mengenal istilah apa itu cita-cita di masa kecil krn faktor kondisi dan lingkungan. Namun ia mensyukurinya sebagaimana ia jabarkan di video berikut (geser time cursor ke 1:09:40).
Mengalir mengikuti air, dengan air yg mengalir sangat deras :-)

https://www.youtube.com/watch?v=Lk0oxY1Fkmc

Saya mendoakan agar target2 beliau tercapai dan dpt dilanjutkan dgn benar oleh penerus2nya. Agar generasi muda Indonesia lebih mantap menyuarakan cita-cita nya sebab di masa itu negeri sudah memberi kesempatan tiap orang untuk berpikir akan cita-cita utk masa depan bangsa yg lebih baik.

Mar 18, 2012

Live Alone or Feel Alone

Satu artikel yg dimuat TIME edisi 12 Maret 12 mencoba memprediksi sepuluh ide yg berpotensi mendominasi masyarakat dunia di masa datang. Salahsatu ide di dalam "10 ideas that are changing your life" tersebut adalah Living Alone is the New Norm by Eric Klinenberg (New York University). Profesor Erick, seorang ahli sosiologi, memulai tulisannya dengan pernyataan “The extraordinary rise of solitary living is the biggest social change that we've neglected to identify, let alone examine”. Baca terus pemaparannya.

Solitary dalam kamus didefinisikan sebagai hidup sendiri (single), tanpa pendamping, tak punya kawan, atau terisolasi dari manusia lain. Pada tahun 1950 an terdapat 4 juta warga AS yang hidup sendiri (9% dari total rumah tangga di AS) dan berdasarkan sensus tahun 2011 ternyata terdapat 33 juta warga AS yg memilih cara hidup ini (28% dari total rumah tangga di AS), sebuah peningkatan tiga kali lipat dalam kurun waktu 60 tahun. Angka itu baru rata-rata senegara dan lebih mencengangkan lagi jika dibaca hasil sensus di kota-kota besar Amerika yg mencatat lebih tinggi antara 50-60%. Kenyataan ini juga dialami negara-negara “beradab” dan maju lain seperti Rusia (25%), Canada (27%), Itali (29%), Jepang (31%), Inggris (34%), dan Swedia (47%). Kondisi inipun juga diduplikasi sukses di Singapura dengan porsi 31% wanita dan 43% pria yg masih membujang di usia 30-34 tahun.

Tapi tunggu sebentar, bung Erick bukan membayangkan manusia yg cenderung hidup menyepi menafikan dunia atau menjauhi manusia lain karena mengidap penyakit anti-sosial kurang gaul (introvert) atau menjadi rahib suci. Mereka  memilih gaya hidup ini semata-mata karena mereka tak ingin menikah dan memutuskan lebih baik hidup sendiri. Penghasilan lebih, karir mantap, dan otak yg cemerlang membuat generasi masa kini *mampu memilih* moda kehidupan sendiri (privacy) yang paling sesuai dengan hati dan fikirannya (personal space and personal control of one’s time and assets). Memang kesannya materialistis sekali saat golongan ini menuduh mereka yg menikah itu hanya krn faktor ekonomis ... hidup hemat krn semuanya bisa sharing (rumah dpt dicicil bersama, makan bersama, mobil bersama dll).

Gaya hidup bebas bukan barang diskusi baru. Sosiolog dan psikolog beradu argumen tentang baik buruknya.

  • Manusia yg tak memiliki kawan utk berbagi suka duka atau partner curhat yg menyediakan shoulder to cry on atau think solution adalah kondisi kejiwaan yg tidak sehat dan bahagia. Sikap menutup diri antar individu menjadikan masyarakat yg sakit krn kehilangan semangat kebersamaan. Ini pendapat mereka yg kontra.
  • Sementara mereka yg pro mengatakan belum ada data yg pasti akan kebenaran teori tsb. Yg lebih penting adalah kualitas dibandingkan kuantitas hubungan. John T. Cacioppo (social neuroscientist dari Univ Chigaco) berpendapat agar dibedakan antara Tinggal Sendiri (Live Alone) dan Merasa Sendiri (Feel Alone). Cacioppo mendasarkan teorinya dari banyak kasus pasangan yg hidup terpisah dan  akhirnya bercerai, yg diawali dengan pernyataan “there is nothing lonelier than living with the wrong person” ck..ck...

Darimana datanya
Bung Erick mewawancarai sekitar 300 responden yg memilih hidup sendiri dan berpendapat bahwa mereka bukanlah manusia yg kesepian. Malahan sebaliknya, pelaku gaya hidup lajang ini justru berpartisipasi aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, melebihi mereka yg tinggal bersama partner atau keluarga. Kota-kota besar yg banyak didiami kaum lajang banyak menghasilkan karya seni budaya masyarakat yg menonjol. Para lajang memiliki pilihan utk hidup sendiri (solo) yg memberi mereka kebebasan berbuat apa saja, kapan saja, dengan cara apa saja, merdeka mengatur diri sendiri, dan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri yg lebih terbuka (self realisation) di masa-masa produktif hingga hari tua. Hidup solo membebaskan seseorang dari ikatan/kewajiban terhadap partner domestik (suami/istri/anak/ortu) dan dapat fokus pada hobi dan kualitas diri tanpa sekat-sekat ruang/waktu.

Teknologi juga Pemicu
Saya berpendapat ada dua faktor lagi yg membuat opsi Tinggal Sendiri ini menjadi lebih mudah yaitu ketersediaan teknologi canggih dengan harga yg terjangkau dan hadirnya beragam jasa/layanan kreatif hari ini yg tak pernah terpikirkan di masa lampau. Teknologi membuat gaya hidup lajang lebih mudah. Hadirnya gadget semacam Microsoft Kinex, Nintendo Wii, Sony PS3 adalah salah tiga dari permainan interaktif dengan sensor gerakan tubuh yg dpt dihubungkan ke HDTV layar lebar yg dapat dinikmati sendiri atau beregu. Koneksi internet tersedia 24 jam pada genggaman Anda kemanapun, sementara hiburan, cafe, dan penyedia dugem siap sedia jika diperlukan. Bahan bacaan berupa buku atau tulisan di internet yg bercerita tentang alternatif hidup solo membuat orang berpikir bahwa mgkn cara ini membawa bahagia.

Harga properti yg meroket tiap tahun dan kejelian tenaga pemasaran developer properti menghasilkan unit-unit tempat tinggal yg dikustomisasi untuk para lajang: kondominium satu kamar tidur atau studio apartment adalah produknya. Tiga puluh tahun lalu siapa pernah mengira seseorang dapat senang hidup di kotak korek api berukuran kurang dari 30 meter persegi seorang diri ? O..ya layanan pemuas sudah hadir sejak dahulu kala dan makin tambah banyak variasi. Cover majalah TIME edisi 25-12-2006 sangat tepat menunjukkan bahwa fokus dunia abad informasi (teknologi, produk, jasa, hiburan) saat ini adalah Anda (It is You).


Perspektif Islam

Mengapa manusia makin menjauhi fitrahnya untuk hidup berpasang-pasangan (al Quran 36:36) ?

Agama samawi mengajarkan bahwa sebuah keluarga atau rumah tangga hanya dapat dibangun dengan niat tulus dan landasan kokoh yg diawali dengan pernikahan sepasang pria dan wanita. Ini syaratnya: suami dan istri yg sah. Lalu syarat tersebut dilanggar karena dianggap mengekang hak asasi sepasang manusia yg saling mencintai namun belum siap mematrinya dalam undang-undang. Maka dimulailah gaya hidup bersama tanpa ikatan (samen leven/kumpul kebo), sehingga di era 60-80 an dunia mengkhawatirkan banyaknya anak-anak yg lahir dari pasangan hidup bersama tanpa nikah. Sekuat apapun upaya manusia utk mendustakan fitrahnya maka ia tak akan mampu kecuali ia akan menyerah. Kumpul kebo ini bermasalah. Dua orang hidup satu atap hanya bermodalkan cinta, tanpa ikatan, dan tanggungjawab, lambat laun merasa tak sejalan, pertengkaran bukan barang baru, tertipu, dan kecewa. Secara fisik memang berdekatan namun hati mereka terpisah ribuan kilometer. They feel alone, being alone (terbiar). Dari pengalaman hidup tak mau disakiti atau menyakiti tsb, generasi baru memilih jalan kedua yg juga ekstrem yakni Tinggal Sendiri. Mereka ingin bebas mengekspresikan isi kepala dan jiwa tanpa batas hubungan kedekatan pasangan/keluarga. They argued that live alone is better than feel alone.

Sebagai muslim, kedua jalan hidup di atas adalah salah. Niat hidup bersama tanpa nikah atau niat  hidup membujang selamanya alias tak ingin menikah adalah mendustakan fitrah. Rasulullah Saw mengecam dgn peringatan yg luar biasa bahwa mereka yg tidak mau menggenapkan separuh dari agama ini adalah bukan bagian dari umatnya: "Nikah itu adalah sunnahku, maka barang siapa yang tidak mau mengikuti sunnahku dia bukan umatku.”(HR.Ibnu Majah)". Pembaca dapat membaca banyak tulisan di internet tentang larangan membujang (dalam Halal Haram ust Yusuf Qardhawi) dan keutamaan orang menikah (salahsatunya di sini).

Islam memerlukan generasi penerus dan selamanya sebuah negara pun akan selalu perlu orang-orang muda utk pembangunan. Sebuah artikel minggu lalu dari seorang kolumnis media David Brooks (New York Times 13-03-2012) memberi kutipan yg sungguh tepat menggambarkan kecemasan baru masa kini tsb. "For decades, people took dynamism and economic growth for granted and saw population growth as a problem. Now we’ve gone to the other extreme, and it’s clear that young people are the scarce resource."

Semoga kita dan anak keturunan kita dilindungi Allah Swt dari perilaku yg amat dibenci agama dan negara ini.


Mar 12, 2012

Jimat itu Percuma


Di awal kedatangan saya di negeri yg mengamalkan bahasa Melayu ini, ada dua kosa kata yg agak lain dari pengertian kita di Indonesia, yaitu jimat dan percuma. Jimat yg kita kenal sebagai benda tangkal bala yg dipercayai oleh dukun syirik di Indonesia, di dalam bahasa Melayu artinya adalah hemat (berjimat = berhemat). Sementara kalung, gelang, bungkusan tolak bala itu dipanggil azimat (amulet) oleh orang Melayu. Bgm dengan percuma ? Di dalam kamus Melayu, percuma itu gratis atau free of charge (tak perlu bayar apa-apa). Agak mirip lah dengan kosakata kita, percuma itu kan sia-sia alias tak bermanfaat. Di waktu kecil, saya hafal lagu “Naik Kereta Api” ciptaan Ibu Sud, nah di salahsatu liriknya adalah … Bolehlah naik dengan percuma he..he..

*******


Oke, itu cerita bahasa jiran (tetangga).

Sebenarnya saya mau tulis cerita penjimatan alias penghematan. Sebagai sebuah negeri tanpa SDA (sumber daya alam), Singapura berjimat mengkonsumsi air dan energi. Air dibeli atau diolah dengan mahal, energi diproduksi dengan membakar minyak bumi atau gas setiap hari. Asal sanggup bayar mahal di akhir bulan, air dan energi (listrik, bbm) pasti akan mengalir tanpa henti ke setiap pelanggan. Tak ada istilah pemadaman atau penyalaan bergilir (byar pet) atau kelangkaan BBM. Mayoritas pelanggan sanggup bayar krn diancam pemutusan aliran namun langkah penghematan tetap dieksekusi sebagai sebuah usaha yg kontinu dan makin baik dari tahun ke tahun.

Bicara penghematan air atau listrik di kantor atau institusi pemerintahan Indonesia memang membuat pening. Semangat, slogan, dan poster hanya baru sebatas lip-service. Masih terpampang poster atau stiker besar mengajak untuk berhemat di gedung tsb tapi pemborosan air atau listrik terjadi di depan mata tanpa ada yg berpikir untuk menghentikannya. AC hidup tiada henti sementara jendela-jendela ruangan terbuka karena pegawai-pegawai di dalamnya merokok, lampu-lampu yang menyala terang benderang meskipun para pegawai sudah pulang, keran bocor yg tak diperbaiki, sensor water-flush di toilet yang airnya terus mengalir karena tak berfungsi, dll. Belum lagi ditambah kerusakan atau pemborosan lain yg disebabkan oleh sikap sebagian pegawai yg mengatakan INI BARANG MILIK NEGARA !

Di sudut sekolah

Tak heranlah pemborosan tsb tiada yg menghentikan krn tiada yang peduli. Kendaraan plat merah yang tergores, tabrakan, diisi bensin campur, atau dibiarkan hidup dengan full-AC menemani sang supir yg menunggu istri atasan nya yg sedang shopping tak ada yg peduli. Alat-alat inventaris kantor, sarana bantu pekerjaan, toilet yg tak dipelihara alias membiarkannya rusak. Rekening listrik, air, tagihan bensin, atau biaya reparasi mobil rusak semua ditanggung kantor (baca: negara -> APBN -> pajak rakyat). Kadang seenaknya saja meminjam (baca: memakai) fasilitas kantor untuk keperluan pribadi. Jika dipinjam dengan bertanggung jawab masih beradab lah, tapi jika saat dikembalikan hancur/rusak ? Belum lagi jika bicara tentang pencurian sarana kantor baik yg dilakukan orang dalam (kleptomaniac inside) atau memang pelakunya orang luar yg “tak sengaja diundang merampok" karena lemahnya pengawasan. Selama uang yg keluar bukan uang saya, silakan pergunakan semaunya. EGP !

Bukan hanya di departemen atau institusi pemerintahan, ini pun terjadi di institusi pendidikan yg bernama sekolah. Sekolah yg menjadi tempat mendidik anak-anak manusia, yg lebih banyak menyerap contoh perilaku nyata dibandingkan hafalan dari buku paket. Padahal anak-anak itu mendengar ceramah setiap bulan tentang kebersihan, hidup hemat, perilaku yg baik dll, namun yg dilihat sebaliknya. Mungkin ini salahsatu sebab mengapa di sekolah2 umumnya dibuat pembagian ada WC GURU dan ada WC MURID. Guru tidak pernah memakai WC murid karena sudah asumsinya WC itu jorok dan bau. Sementara murid sendiri berlaku seenaknya di WC mereka karena toh tak ada yg melarang atau sanksi. Standar nasional, gedung hijau, mendukung earth hour, dan berbagai slogan-slogan langit lainnya seolah tak berbekas.

Seorang kawan berteori, tiada penghargaan (reward) dan sanksi (punishment) bagi pelaku yg berbuat. Tidak pernah ada KPI (key performance indicator) yg mengukur tingkat penghematan yg telah dilakukan sebuah departemen, kebersihan tiap lantai, pemilihan toilet yg kinclong tiap bulan dll. Semua pegawai kebersihan diperlakukan sama, mereka tetap terima gaji asal masuk kantor. Tidak ada keistimewaan bagi yg berbuat lebih dan tidak ada hukuman bagi yg below standard atau melanggar. Lah standard nya saja tidak pernah diumumkan :-(

Miris jika yg dikambinghitamkan adalah gaji yg kurang, lalu dimana hati nurani ? Kalau satu atau dua dari kasta kepegawaian terendah yg bermental maling melakukan bisa jadi. Namun jika dibiarkan maka hal ini menular cepat. Tiada yg mengingatkan, tiada yg mengoreksi. Toh itu MILIK NEGARA ! Bangkrutnya negeri ini seperti disengaja. Kasta tinggi korupsi, kasta rendah maling, mayoritas tak peduli. Sama juga dengan anak-anak sekolah yg mencoret meja, merusak toilet, mematahkan kunci pintu kelas dll karena merasa sudah bayar uang gedung dan bayar spp.

Dengan tetap salut hormat kepada para pegawai yg tetap mengikuti akal sehat dan hati nurani, hingga mereka mau meluangkan sedikit waktu, tenaga, dan bekerja lebih untuk kebaikan institusi tempat mereka bekerja, saya ingin menyampaikan kesan bahwa sebenarnya rasa memiliki itu lah yang hilang. Mengapa di kantor swasta tindak penghematan dan pengawasan itu bisa dilakukan mayoritas, sementara susah sekali di institusi plat merah ? Perlu SOP, KPI, reward and punishment ? Uang ekstra yg seharusnya dibayarkan utk rekening listrik/air malah bisa dipakai tamasya satu departemen :-) Sekali lagi naik gaji bukan solusi !

Berhemat itu gratis.
Setiap orang dapat berhemat tanpa mengeluarkan biaya apapun !


Terkait: Bermula dari rasa memiliki

Mar 4, 2012

Mudahnya Memvonis ! (2)

Saya ingat di sebuah sesi tanya jawab dengan ustadz, ada seorang ibu menanyakan kepada ustadz perilaku anak perempuan saudaranya. Ibu sang anak adalah seorang muslimah berjilbab, hajjah, sering hadir di acara-acara masjid, namun koq anak perempuannya tak pernah mau menutup aurat dan mengikuti pergaulan yg cenderung kurang baik. Apa sang ibu membiarkan anaknya berbuat demikian krn sayang anak atau ingin dianggap orang tua modern ? Kisah ini mirip dan saya pun "terjebak" sebagai penonton yg menghakimi saat melihat istri/anak ustadz terkenal atau pemimpin negeri muslim koq tak berjilbab. Betul sih, jilbab itu bukan jaminan luar dalam ketaatan seorang muslimah, namun sekurangnya satu aturan agama sudah dipenuhi.

Jawaban ustadz singkat dan logis: Jangan pernah menghakimi orang lain.

Bagaimana kita tahu bahwa sebenarnya ibu tadi sudah menasehati sang anak dan berdoa tiada henti siang malam untuk perubahan akhlak sang buah hati menjadi lebih baik ? Mengapa selama ini anaknya melawan apabila diberitahu, mgkn ada sebab-sebab lain yg tidak diketahui ? Yg kita lihat hanyalah penampilan di luar saja, "Koq ibunya berbusanan muslimah, si anak putrinya malah rok mini dan baju ketat, bicaranya koq tak sopan, apa tak pernah dinasehati?" dll. Lagipula ghibbah itu dilarang dalam Islam, jika kita prihatin akan kondisi tsb, bicarakan kepada ibu tadi dan tawarkan solusi.

Ini adalah salahsatu jenis cobaan dari Allah Swt. Ia ingin melihat sejauh mana usaha yg dilakukan dan urusan hati adalah amat mudah bagi Nya. Ustadz memberi beberapa tips yg baik untuk melembutkan hati anggota keluarga kita saat mendoakannya dengan rajin membaca:

  1. Surat alam nasyrah (al-Insyirah).
  2. Surat Thaha ayat 1-5, ini adalah sebagian dari ayat-ayat yg meluluhkan hati Umar bin Khattab saat ia mendengarkan adik perempuannya (Fatimah) membaca, dan akhirnya Umar ra masuk Islam.
  3. Surat Hud ayat 56.
Dan ada satu amalan lagi yg saya belum tahu sumbernya adalah dengan mengambil satu helai rambut dari kepala anak tadi sambil dibacakan ar-Rahim 1000x. Wallaahu a'lam bisshawwab.

Sebelumnya: Mudahnya Memvonis !

Mar 2, 2012

Membuat Gua Keluarga


Dalam sebuah ceramah awal tahun seorang ustadz menyitir sebuah hadits yg sampai sekarang saya belum dapat versi lengkap (matan, sanad) nya.: “Kerusakan umat Islam berawal dari atap-atap rumahnya “. Apa maksud hadist ini ? Cerita pak ustadz berangkat dari kenyataan pilu yang ia lihat di negeri-negeri Arab yang amat ketat menerapkan aturan (syariah) di darat, maksudnya pembatasan interaksi pria dan wanita di negeri mereka, namun seolah membiarkan atau tak berdaya menghadapi serangan gelombang maksiat melalui antena-antena parabola lebar di atap rumah mereka.


Beliau prihatin akan melimpahnya arus hiburan nirkabel (tanpa kabel) yg dpt diakses anak-anak. Mudah pula memperolehnya baik dengan cara konvensional seperti kotak televisi dengan puluhan atau ratusan kanal siaran atau melayari situs-situs internet melalui komputer/telepon pintar/tablet. Kemajuan teknologi telah membuat telepon pintar dan tablet menjelma sebagai perangkat main (video game) yg mudah digunakan anak-anak. Mereka justru lebih pandai mengoperasikan alat-alat elektronik pintar tadi dibanding orang tuanya.

Siaran dari kotak televisi, HP/BB dan internet hari ini menjadi "perampok" yg menghampiri kamar anak-anak siang dan malam. Bapak dan ibu mereka memang sudah tidur lelap di malam hari, namun anak-anak masih menatap dunia di luar yg hidup 24 jam. Tak dapat siaran langsung, masih ada siaran tunda atau menonton arsipnya via jutaan cloud server yg setia di internet secara percuma (gratis). Perampok yg sengaja kita belikan untuk anak-anak, diundang resmi ke tengah kamar, dan merelakan perampok tadi "melarikan" jiwa dan akal buah hati kita. Alhasil anak-anak memperoleh pendidikan melalui film kartun, games, cerita-cerita drama korea/jepun/h/bollywood dan pembantu rumah. Adab yg dipelajari sudah jauh atau bertentangan dari nilai-nilai adab/budaya Islam. Generasi masa kini TERLALU CEPAT memasuki dunia yg terlalu baru buat mereka ! Bayangkan usia balita sudah bisa internet di laptop, main game di handphone, dll.

Jelas ini berbeda dgn kondisi di masa lalu, saat TV/Radio hanya punya satu atau dua kanal saja. Ortu merangkap tiga jabatan sebagai legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Rasanya kalau didiamkan atau dimarahi ortu itu tak ada tempat lain utk mengadu. Apalagi bagi anak-anak yg hidup bersama ortu di perantauan, tidak ada kakek/nenek/om/tante/famili dekat yg lain. Diancam tidak diajak ikut dibawa pergi saja pasti ingin nangis berat he..he.. sangat efektif utk saya saat itu. Tnty mnrt pak ustadz, hal yg sama juga terjadi di kampungnya, pada saat ia kecil. Bahwa para bapak atau orang tua di kampung tsb sama-sama menjadi pengadab (penegak aturan) yg ditaati bersama. Seorang anak (dari siapa saja) hormat dan takut kepada bapak-bapak tsb meskipun itu bukan bapak kandungnya. Bapak kandung si anak itu pun akan berterima kasih kepada bapak lain yg telah sudi memberi ajar adab kepada anaknya dan tidak akan menuntut balas (marah) apabila jelas anaknya bersalah. Seorang anak berangsur-angsur diperkenalkan dengan "dunia luar" dengan bimbingan orang tua sesuai tingkat umurnya (baca: tulisan berikut).

Itulah yg membuat pak ustadz menekankan perlunya dibuat „Gua di dalam rumah“.

Gua ?

Ya, meniru gua dalam hikayat shahibul kahfi yang bersembunyi dari kejaran raja yang zalim selama tiga ratus tahun lamanya. Di masa itu, gua menghalangi ancaman atau pengaruh buruk dari luar. Di masa kini, gua yang dapat membatasi guyuran gelombang elektromagnetik, baik dalam wujud pancaran satelit, kabel optik, wifi, EDGE/HSDPA/3/3.5/4G, pembawa siaran hedon yg belum atau tak sesuai dengan konsumsi penghuni di rumah. Tentu, bukan menyuruh orang Islam hidup di dalam gua ha..ha..

Anak-anak dan remaja kini secara umum

Straits Times 01-03-2012
Sebuah survei yg dilakukan Pew Research Center baru-baru ini mencoba memikirkan apa pengaruh yg AKAN dirasakan oleh remaja dan orang muda usia 20-an yg senantiasa terhubung kepada teknologi (internet, game, tv). Jawaban yg diperoleh terbagi dua: (1) 55% merespon positif bahwa generasi muda yg "always-on connected" ini tidak memiliki masalah mental dan mereka amat pandai memanfaatkan teknologi untuk mencari jawaban atas permasalahan, sementara (2) 42% khawatir bahwa generasi ini sukar memiliki fokus perhatian (easily distracted), tak memilki kedalaman berpikir (lack deep thinking skills), dan senang mengejar kepuasan sesaat (thirst only for instant gratification). Mengapa AKAN ? Karena hasil nyata akan diuji para peserta survey di tahun 2020 alias delapan tahun dari sekarang :-)

Apa yg disarankan dari pertemuan para ahli IT, pedagogy (pendidik), dan praktisi kejiwaan tsb untuk para orang tua dan anak ?
  1. Belajar bekerja sama dalam mencari solusi problema di masyarakat.
  2. Kemampuan untuk mencari informasi online, memilahnya (discern) utk tahu yg benar atau tipuan, dan mengkomunikasikan informasi tsb dengan baik.
  3. Meramu informasi dari banyak sumber.
  4. Pandai menyaring mana sampah (noise) dan mana hal-hal penting tanpa hilang fokus di tengah samudra informasi yg luar biasa.
******

Selektif, filter aktif apa dan siapa yang dapat masuk ke rumah ! Budaya sains dan teknologi adalah sebuah keberkahan yg dpt diterima selama kita mampu menerimanya dengan benar sesuai tuntunan Islam. Orang tua tak mungkin tiap hari selama 24 jam mengawasi anak, menunggui kamarnya, mengetahu semua kawan bermainnya dll. Oleh krn nya bekali mereka dengan aqidah tauhid yg dpt melindungi diri dari serbuan informasi, kegiatan, dan pergaulan yg tak bermanfaat.

Tahu kapan jam belajar, bermain, mengerti apa yg pantas ditonton, situs yg dilihat, etika bergaul di dunia maya dll. Orang tua perlu konsisten dengan aturan yg dibuat dan menjadi contoh kedisiplinan bagi anak-anak. Walk the Talk sehingga anak melihat langsung dari bapak dan ibunya. Selain itu ortu yg tak begitu technology-savvy terutama yg berurusan dengan dunia maya (internet) bolehlah mencari info/bantuan ahli IT untuk memasang program-program semacam cyber/netnanny, DNS nawala di computer mereka.