May 26, 2010

Checklist, Pelaksana, dan Pengawas

Semua bisa teratur jika masing2 pihak mengerti apa tugasnya, melaksanakan tugas dengan benar (sesuai waktu dan amanah), dan ada pengawas yang tahu apa yang harus diperiksa.

Bila pemakai kurang puas silakan hubungi nomor telepon si pengawas dan dijamin ada yang menjawab di sebelah sana. Sekali lagi terima kasih, dari pemberi layanan kepada konsumen yang (mudah-mudahan) senang dengan jasa yang diberikan.

Andaikata mengelola negara dapat semudah ini :-)

May 22, 2010

Cari Warung Kopi

He..he.. niat amat, modal 80c (Rp 5000) demi menyimak hasil akhir final liga juara Eropa. Segelas mana cukup, mungkin 2-3 gelas sampai kembung :-) Jam 3 dini hari, ini sih biasanya kelewat krn masih fokus di pulau kapuk.

May 21, 2010

1 bulan dan 1 tahun: Mengantongi Kartu Biru

Kalau dulu ... dulu banget sekitar 10 tahun yang lalu, mendapatkan status ini perlu waktu sekitar 1 bulan saja. Antri pagi-pagi ambil formulir lalu diisi, sortir dokumen2 yg diperlukan, terus ditinggal. Lihat surat di mailbox, kalau approved ambil ke kantor imigrasi, jika ditolak antri lagi.

Sekarang, semuanya dipermudah, bisa melamar via online jadi tak perlu antri, tunggu hari dan jam untuk temu ramah dengan petugasnya via situs yang sama. Maklum panjangnya antrian sudah gila2an bahkan sejak jam 5 pagi mungkin, dan kantor baru buka jam 8 pagi. Tidak mungkin dapat terlayani lagi !

Memang bagi beberapa orang, proses ini amat mudah dan bahkan dipermudah.
Katanya ada semacam agen yang dapat membantu, bahkan si pelamar belum pernah tinggal di sini sama sekali. Ada juga yang berbekal niat mulia, untuk menanam modal via buka usaha atau tanam dana segar di sini, nah ini biasanya proses instan. Memang tidak semua orang peduli untuk mengurus PR, misalnya seorang ekspatriat atau seorang high-flyer salaryman yang tak rela begitu saja income dan bonus nya dipotong tiap bulan utk keperluan hari tua :-)

Sejak dua tahun belakangan ini proses diperketat, meski TAK pernah transparan apa saja yang menjadi kriteria kelulusan pelamar. Tahun 2008 "hanya" 80 ribuan yang lulus, tahun 2009 tak sampai 60 ribuan. Memang jumlah pelamar selalu naik tiap tahunnya, macam peminat UMPTN/SNMPTN, gagal kali ini coba lagi tahun depan :-) Alhasil masa penantian semakin lama, proses seleksi makin ruwet (meski kita tak pernah tahu apa metode yang dipakai), bermacam kuota dipakai mis. negara asal, bidang keahlian -- mungkin makin aneh, makin mudah ya :-), ketersediaan tenaga lokal, kemampuan berintegrasi dgn local activities, lama tinggal di sini dll. Ada yang menanti 3, 6, bahkan 12 bulan tanpa kejelasan, padahal credible candidates menurut saya.

Dikutip dari TODAY rabu lalu:
"There would be applicants who may not meet our new criteria and who no longer qualify for PR or citizenship." Others "may take a longer time" as "residency requirements have been stretched out in the new framework".

Sebab2 lain tentunya tekanan dari penduduk negeri ini sendiri (via parlemen mereka) yang mengatakan orang asing yg mencari nafkah di sini sudah terlampau banyak, menyebabkan inflasi di sektor riil, sesak di mall/mrt/park, masalah sosial di tempat tinggal, dan yg pasti persaingan dlm mencari kerja. He..he.. mau gimana lagi, foreign talent/ foreign worker ini ibarat air, selalu mengisi tempat yang lowong. Talenta dalam negeri meninggalkan republik ini, jelas saja terjadi kekurangan SDM, masuklah foreign talent. SDM lokal sudah tak mau mengerjakan pekerjaan yang kasar, kotor, dan berbahaya, maka masuklah foreign worker.

Saya sih senyum simpul saja menulis ini, toh hal yang sama terjadi di republik tertjintah, dgn masuknya orang2 India, Filipina, Cina yang banting harga demi dapat kerja di Jakarta. Lha minimal ada 10000 profesional WNI yang kerja di sini koq, mau dicari kemana gantinya, nunggu yg masih sekolah :-)

(*) Diolah dari versi asli di FB (21/05/2010)

May 20, 2010

Jangan pernah putus asa mencintai Republik


Namun, meskipun kita mencoba untuk menegakkan aturan, membuat rambu-rambu, dengan menegakkan pengawasan internal dan eksternal, sering bahwa pengawasan itu pun masih bisa dilewati. Disinilah kemudian muncul, apa yang disebut unsur etika. Karena etika menempel dalam diri kita sendiri. Di dalam cara kita melihat apakah sesuatu itu pantas atau tidak pantas, apakah sesuatu itu menghianati atau tidak menghianati kepentingan publik yang harus kita layani. Apakah kita punya keyakinan bahwa kita tidak sedang menghianati kebenaran. Etika itu ada di dalam diri kita.

Saya tahu, sungguh sulit mengurusnya pada masa-masa transisi yang sangat pelik. Kecintaan itu paling tidak akan terus memelihara suara hati kita. Dan bahkan menjaga etika kita di dalam betindak dan berbuat serta membuat keputusan.


At Taubah 9:105
Dan katakanlah: "bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan".

Al Maidah 3:100
Katakanlah: "Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu, maka bertakwalah kepada Allah hai orang-orang berakal, agar kamu mendapat keberuntungan."

May 19, 2010

Studi Banding Ya Ke Sini (2)

Sudah lama ingin posting dan ingin sekali kota-kota di tanah air punya konsep seperti ini. Satu tahun setelah Situ Gintung di selatan Jakarta ambrol tidak ada lagi upaya pemerintah untuk merehabilitasinya atau membuat lokasi pengumpul air serupa di daerah lain. Belum lagi dengan lenyapnya danau atau rawa yg ditutup dengan alasan pembangunan.

Cobalah belajar hal2 penting dari negeri kecil ini. Tiap tetes air yang jatuh, tiada yang tersia-sia, mereka tahu kemana lari tetesan air tsb, bersusah payah utk mendaur ulangnya kembali, dan sedapat mungkin menahannya agar tak cepat bermuara ke laut.

Jelas saja ini bukan proyek sistem kebut semalam. Sepuluh tahun yang lalu belum ada "tambahan aksesori"di sekeliling reservoir ini, apalagi saat proyek ini dibina pertama kali sekitar 40 tahun yg lalu. Lokasi danau buatan ini dekat dengan perumahan, hanya 3 bus stop dari tempat kami (kurleb 1.5 km lah). Tanah hasil pengerukannya saat itu dipakai untuk meluaskan wilayah pantai di sekitar pantai timur (East Coast) yang juga merupakan wilayah rekreasi bebas tanpa bayar hingga hari ini.

Nikmati gambar2 nya:

(1)Masya Allah, alam yang dikombinasikan dengan kearifan manusia menata lingkungan. Ini disediakan gratis utk dinikmati, bahkan menjadi ajang rekreasi internasional juga spt lomba wakeboard, lomba perahu naga, kanoe, dll.



(2)Ini bukan dibangun dalam satu malam, semua berencana dan menjadi lebih baik



(3)Penggemar alunan suara burung pun boleh berpartisipasi di sini (with gamble or no gamble he..he..)



(4)Antisipasi sesuatu yang mungkin terjadi, air tenang tanda tak dangkal ... at least 9 - 10 meters, MAU ?



(5)Satu yang berat di sini, matahari setia memayungi Anda :-)
Makanya tak heran, kursi ini tak perlu diperebutkan saat pagi/siang hari.



(6) Sampai kiamat pun, orang jorok yg tak peduli pun tetap ada, pun di Singapura. At least ... tidak ada pedagang asongan di sekitar reservoir, tempat sampah yang banyak tersedia, dan lokasi sekeliling danau yang dapat dilalui mobil sampah ataupun mobil utk pengasapan (dengue fogging)



(7)Foto model (optional). Ceritanya ini lereng bukit di salahsatu pojok danau buatan. Foto diambil saat musim panas tak henti2 selama beberapa minggu sehingga rumput pun mengering



(*) Diolah dari versi asli di FB (18/05/2010)

Studi Banding Ya Ke Sini

Setelah era emas kuning dan emas hitam, lima puluh atau seratus tahun lagi akan datang era emas biru. Di saat air bersih layak minum telah menjadi barang mewah dan menjadi kuasa sebuah negeri adidaya baru (the new bargaining power).

Ahli air amat percaya akan siklus air di bumi: bahwa tidak ada air baru yang tercipta, air yang kita minum sekarang adalah air yang terus menerus didaur ulang sejak bumi ini diciptakan. Makanya mereka selalu berupaya agar tiap tetes air yang telah dipakai penduduknya tidak ada satu pun yang lolos tersia-sia (idealnya). Air selalu dibuat terus berputar dalam siklus yang terawasi dengan cermat.

Selalu ada daur ulang, dibersihkan dan dipakai lagi. Mungkin belum cocok untuk konsumsi manusia setiap hari , namun amat penting dan layak untuk industri, perkantoran, pendingin ruangan, taman, kolam renang, dll.

Pulau ini memang harus siap karena perjanjian pertama impor air dari Johor (Malaysia) akan segera berakhir 2011, dimana Singapura berhak menyedot 1277 juta liter air per hari dari sungai2 di sana dengan harga yang super murah (Rp. 100 untuk 1000 gallon atau 3800 liter air). Baca kisah perjalanan air di situs PUB ini.

New Water Exhibition Hall, Bedok

(1) Tur dimulai dari sini, 1 hour guided tour at cost of nothing. Terbuka untuk umum.
Camera YES, Video NO.



(2) Tiga tahap pemrosesan: difilter, di RO, di UV


(3) Penjelasan audio visual, versi animasinya dapat juga dilihat di situs ini.



(4) Reverse Osmosis, waktu SMA kita belajar ini di kelas 3, oo ... rupanya begini aplikasinya :-)



(5) Ikan saja bisa hidup ! Jadi jangan khawatir pakai air ini, itu pesan ceritanya mgkn



(*) Diedit dari versi aslinya di FB (16/01/2010)

May 17, 2010

Bergizinya Siaran Islam di Msia

Sedongkolnya kita dengan orang Malasya atau Malingsia krn seenak2nya memanggil kita orang Indon, menyiksa TKI atau tidak membayar gaji buruh karet di sana ... acara2 tivi mereka lebih bergizi dan berani (bayar mahal) kirim kru media ke daerah2 yg nggak pernah saya tahu ada di atlas sekolah dasar.

Acaranya bagus dan matang persiapannya. Tidak hanya ke timur tengah, afrika, cina, bahkan ke eropa timur yg sulit menemukan orang Islam pun mereka kirim kru ke sana. Beberapa negeri bahkan kawasan bekas konflik -- bahkan sampai hari ini -- sehingga sulit dicapai. Mungkin ini berkah bagi wartawan mereka yang pegang paspor Malaysia dan bukan paspor saya he..he.. Wah terasa menjelajah dunia deh satu jam tiap episod. Acara mereka super-tobbs terutama di bulan ramadhan, mgkn ini juga sudah mulai ditiru di tanah air ya.

Contohnya ini dari TV3 Malaysia, "Jejak Rasul" Seri 1-12. Dapat pula di unduh dari youtube:
http://www.youtube.com/watch?v=wZ-afzZUKBc&feature=related

InsyaAllah jika ada rizqi kita dapat mengunjungi tempat-tempat bersejarah ini, sebagai salah satu cara untuk meningkatkan keimanan dan memperluas ukhuwah kita sebagai muslim.

-- diedit dari tulisan di milis smandel (maret 2009), tentunya saat masih ada kotak tivi di rumah

May 15, 2010

BFG ... kapan giliran saya

2010 belum lima bulan berjalan, namun sudah lebih lima kawan dekat yang back for good ... mudik selamanya ke tanah kelahiran (ada yang baru rencana bbrp bulan ke depan dan ada yang sudah merealisasikan).

Diawali di pertengahan Januari, sohib karib saya sejak di Tokyo pulang ke Jakarta, lalu berturut-turut saja berita kawan yang mau mudik abadi: ada kawan Swedia yang sudah pulang total karena alasan kesehatan ibunya (akhir April), ada kawan China yang harus hijrah ke Kanada dan menjadi warga sana karena istri dan anaknya sudah lama migrasi ke sana (akhir 2010), ada kawan yang baru kenal satu setengah tahun di sini menyelesaikan S2 dan kembali ke "bekas"kantornya ibu Sri Mulyani (SMI), ada kawan Korea yang baru saja mengantar istri dan anak perempuannya ke Seoul dan ia akan menyusul karena ayahnya yang semakin tua (akhir Juni nanti), ada kawan pengajian yang mencoba BFG untuk kedua kalinya (akhir Juni) setelah percobaan pertama bertahun2 yang lalu gagal dan kembali ke Singapura lagi he..he.., ada kawan muda yang ingin napak tilas S2/S3 di "tanah leluhur" matahari terbit bersama adik nya di akhir Agustus nanti, dan terakhir ada kawan seperjuangan gajah kota singa yang ditawari tempat di kantor yang sama di Jakarta (awal Agustus) dan baru saja kita lepas bareng di kedai Biji Kopi Paragon jam 10 malam tadi.


Inflasi orang dan properti
Gejala apa ya ? Semuanya tahun 2010, apa karena Singapura sudah menjadi kota yang terlalu ramai, mahal dan terlampau sibuk sehingga foreign talent mulai memilih untuk keluar dari sini ? Sebagai gambaran ringkas, dalam 10 tahun belakangan jumlah penduduk meningkat 1 juta orang (25%) dan harga sewa kamar/unit apartemen meningkat 100% ! Ini termasuk harga properti yang meroket rata-rata 50% karena aksi ambil untung para pemilik rumah dan developer yang melejit dalam 3 tahun terakhir. Beberapa kawan terpaksa mengakhiri status "kontraktor" bulanan, meski harus "impor uang" dari tanah air untuk beli flat pemerintah, demi menghindari sewa bulanan yang mencekik -- "hampir sama dengan buang motor honda bebek baru tiap bulan" kata seorang kawan.

Alih-alih menyumbang devisa ke tanah air, ini malah melawan arus normal :-( Yah ... mau gimana lagi, saat kami mulai merintis hidup di Singapura (sampai kira2 5 tahun y.l), sewa rumah per bulan (3-4 room HDB flat) harganya masih lebih murah dari cicilan flat seukuran sama. Alasan kami cari flat di awal 2006 dikarenakan malas dengan urusan pindah rumah yang kadang tiap tahun, ribet dan capek ngepak dan bongkar barang, karena sang pemilik menjual flatnya atau ingin menempati flatnya kembali.


Back to story
Memang ada bbrp kawan yang sudah pasang niat BFG sejak lama, action bedol desa pulang sekeluarga sudah dilakukan, namun akhirnya balik lagi. Ada juga kawan yang sudah sama2 kita lepas ke negeri lain, namun dua tahun kemudian balik lagi :-) Dan ada juga kawan dari China yang rela melepas kewarganegaraannya dan tukar paspor kampung singa demi subsidi properti dan kualitas udara yang lebih baik di sini (ini malah terbalik, kasus langka).

Kalau difikir-fikir sebenarnya saya pun sudah perlu gunting pita sebagai alumni Singapur, namun Allah masih mempertahankan kami di sini :-) Tentunya masih ada "pekerjaan" yang harus diselesaikan, sementara saya perlu mengerjakan PR yang cukup untuk dapat memulai kembali kehidupan di tanah air.

Namun percayalah niat itu ada dan semoga Allah mendukung niat tsb, pada saat jiwa, pikiran, dan badan masih baik untuk berkontribusi positif di tanah air. Amiin.

May 5, 2010

Jakarta Juga Bisa Lancar

Alhamdulillaah ada juga pengalaman di Jakarta yang super lancar. Jika bisa dipermudah mengapa harus dipersulit.

Pengalaman pra-Subuh untuk mengejar penerbangan pertama Lion JT152 dari Soeta di pagi 4 Mei kemarin memang cukup berkesan. Awalnya saya baru tahu bahwa bus ulang alik (shuttle bus) bandara pertama berangkat dari Rawamangun seawal jam 0300 dengan interval 30 menit. Nah "tertarik"dengan tantangan ini, kami rencanakan untuk ikut bus DAMRI jam 0430. Toh bawaan tak banyak dan asumsi kami lalu lintas most likely sangat lancar dini hari itu.

Benar ada !
Saat tiba di terminal Rawamangun jam 0415 memang bus itu sudah nangkring dengan mayoritas kursi sudah terisi. Bus mulai bergerak sesuai jadwal 0430. Mendekati tol bandara jalanan agak penuh, tidak disangka ramai juga trafik ke bandara di pagi sebelum ayam jago berkokok itu. Memasuki kawasan terminal 1 nampak suasana bandara yang cukup ramai padahal jam baru menunjukkan 0510 ... ck..ck... DAMRI jeli dan tanggap mendengar keinginan konsumennya untuk menyediakan bus sepagi itu. Sepertinya makin banyak penerbangan domestik yang berangkat pada dini hari, tujuannya tentu saja untuk para pegawai, pedagang, atau usahawan yang harus tiba saat jam awal kantor di tempat tujuan.

Antri-dan-Antri
Tiba di terminal 2D, kondektur DAMRI membantu menurunkan bagasi, dan saya langsung cari trolley untuk bagasi. Di layar informasi terlihat check-in counter Lion adalah di pintu E3 ... oo ... tinggal 5 menit lagi sebelum jarum jam menunjukkan 0520 alias 60 menit pra take-off. Ternyata harus berjalan kaki cukup jauh juga menuju pintu E3 tsb. Antri pertama sebelum periksa barang di pintu masuk, tak ada masalah. Selanjutnya di counter Lion hanya dibuka dua jalur, di sini pun antrian panjang. Koq tidak dibuka tiga jalur ya ? Pihak Lion sepertinya tidak antisipasi bahwa penerbangan pertama pagi tsb bakal seramai itu. Di Singapura memang ada long weekend, namun antrian ramai ini bukan semuanya calon penumpang yg sedang memanfaatkan long weekend saya fikir. Jadwal pemberangkatan dikoreksi mundur 10 menit.

Mendekati tiga puluh menit terakhir antrian masih cukup panjang. Pihak Lion akhirnya membuka counter ketiga, khusus untuk calon penumpang yang tidak memiliki bagasi. Alhamdulillaah jadi lebih cepat. Selesai antri check-in, antri berikutnya adalah antri imigrasi. Nah ini juga tak kalah ramainya, padahal sudah dibuka jalur maksimum, lupa tepatnya, tapi lebih dari sepuluh. Petugas2 imigrasi yang dapat piket pagi itu umumnya junior, mungkin baru lulus pendidikan. Maklum sajalah senior nya (mungkin sudah berkeluarga) enggan disuruh piket pagi he..he... Antrian di jalur kami lancar, tak ada calon penumpang yang bermasalah.

Lepas imigrasi, langsung seorang ground staff Lion menginstruksikan kami untuk segera menuju pesawat. Tak ada waktu lagi untuk cuci mata sana sini :-) Padahal tadinya mau mencari mesin ATM untuk transfer ke rekening kawan. Benar saja waktu tinggal 20 menit lagi. Tiba di boarding room, ruangan sudah hampir kosong, tinggal dua tiga orang saja yang mungkin juga terhambat antrian tadi. Mampir ke toilet sebentar dan langsung bergegas menuju pesawat. Tidak ada antrian di belalai, langsung masuk pintu depan dan disambut pramugari. Tampak banyak kursi yang masih kosong dan kami harus berjuang menuju baris ke 32.

Kesimpulan
Alhamdulillaah ucap dalam hati, aktivitas adrenalin ekstra pagi itu selesai. Bila saja ada faktor-faktor penghambat dalam ritual dini hari itu, entah disebabkan faktor manusia atau faktor teknis, sudah jelas resikonya ditinggal pesawat. Jelas sekali konsep mestakung (semesta mendukung) seperti ini tetaplah bukan mimpi untuk terwujud di Jakarta. Semua pihak berusaha untuk mensukseskan tujuan bersama, saling bekerja profesional, dan tidak ada yang beraksi kontra produktif (baca: mempersulit secara sengaja atau tidak). Bukannya memperparah keadaan dengan birokrasi berbelit, uang pelicin, tidak mau antri teratur, supir yang tidak taat jadwal atau akibat komputer macet, kesalahan sistem, bus mogok karena kurang perawatan, dll.

Bravo Indonesia, semoga hari esok lebih baik lagi
(Terima kasih untuk DAMRI, petugas imigrasi/beacukai, dan staf Lion bandara Soeta pagi itu).