May 15, 2010

BFG ... kapan giliran saya

2010 belum lima bulan berjalan, namun sudah lebih lima kawan dekat yang back for good ... mudik selamanya ke tanah kelahiran (ada yang baru rencana bbrp bulan ke depan dan ada yang sudah merealisasikan).

Diawali di pertengahan Januari, sohib karib saya sejak di Tokyo pulang ke Jakarta, lalu berturut-turut saja berita kawan yang mau mudik abadi: ada kawan Swedia yang sudah pulang total karena alasan kesehatan ibunya (akhir April), ada kawan China yang harus hijrah ke Kanada dan menjadi warga sana karena istri dan anaknya sudah lama migrasi ke sana (akhir 2010), ada kawan yang baru kenal satu setengah tahun di sini menyelesaikan S2 dan kembali ke "bekas"kantornya ibu Sri Mulyani (SMI), ada kawan Korea yang baru saja mengantar istri dan anak perempuannya ke Seoul dan ia akan menyusul karena ayahnya yang semakin tua (akhir Juni nanti), ada kawan pengajian yang mencoba BFG untuk kedua kalinya (akhir Juni) setelah percobaan pertama bertahun2 yang lalu gagal dan kembali ke Singapura lagi he..he.., ada kawan muda yang ingin napak tilas S2/S3 di "tanah leluhur" matahari terbit bersama adik nya di akhir Agustus nanti, dan terakhir ada kawan seperjuangan gajah kota singa yang ditawari tempat di kantor yang sama di Jakarta (awal Agustus) dan baru saja kita lepas bareng di kedai Biji Kopi Paragon jam 10 malam tadi.


Inflasi orang dan properti
Gejala apa ya ? Semuanya tahun 2010, apa karena Singapura sudah menjadi kota yang terlalu ramai, mahal dan terlampau sibuk sehingga foreign talent mulai memilih untuk keluar dari sini ? Sebagai gambaran ringkas, dalam 10 tahun belakangan jumlah penduduk meningkat 1 juta orang (25%) dan harga sewa kamar/unit apartemen meningkat 100% ! Ini termasuk harga properti yang meroket rata-rata 50% karena aksi ambil untung para pemilik rumah dan developer yang melejit dalam 3 tahun terakhir. Beberapa kawan terpaksa mengakhiri status "kontraktor" bulanan, meski harus "impor uang" dari tanah air untuk beli flat pemerintah, demi menghindari sewa bulanan yang mencekik -- "hampir sama dengan buang motor honda bebek baru tiap bulan" kata seorang kawan.

Alih-alih menyumbang devisa ke tanah air, ini malah melawan arus normal :-( Yah ... mau gimana lagi, saat kami mulai merintis hidup di Singapura (sampai kira2 5 tahun y.l), sewa rumah per bulan (3-4 room HDB flat) harganya masih lebih murah dari cicilan flat seukuran sama. Alasan kami cari flat di awal 2006 dikarenakan malas dengan urusan pindah rumah yang kadang tiap tahun, ribet dan capek ngepak dan bongkar barang, karena sang pemilik menjual flatnya atau ingin menempati flatnya kembali.


Back to story
Memang ada bbrp kawan yang sudah pasang niat BFG sejak lama, action bedol desa pulang sekeluarga sudah dilakukan, namun akhirnya balik lagi. Ada juga kawan yang sudah sama2 kita lepas ke negeri lain, namun dua tahun kemudian balik lagi :-) Dan ada juga kawan dari China yang rela melepas kewarganegaraannya dan tukar paspor kampung singa demi subsidi properti dan kualitas udara yang lebih baik di sini (ini malah terbalik, kasus langka).

Kalau difikir-fikir sebenarnya saya pun sudah perlu gunting pita sebagai alumni Singapur, namun Allah masih mempertahankan kami di sini :-) Tentunya masih ada "pekerjaan" yang harus diselesaikan, sementara saya perlu mengerjakan PR yang cukup untuk dapat memulai kembali kehidupan di tanah air.

Namun percayalah niat itu ada dan semoga Allah mendukung niat tsb, pada saat jiwa, pikiran, dan badan masih baik untuk berkontribusi positif di tanah air. Amiin.

No comments:

Post a Comment