Oct 31, 2010

Sungai Tanang Bulan Lalu



Tulisan ini berawal dari kunjungan kami ke rumah Nek Baya di hari lebaran kedua tahun ini. Beliau adalah saudara dari nenek dari jalur ibu di Paritlintang, usianya hampir 70 tahun, namun masih kuat bekerja di sawah. Ingatannya masih kuat dan lantang suara ataupun tawanya. Sudah hampir tiga generasi kehidupan yang dilalui membawa pelbagai pengalaman hidup.

Seusai makan sore-sebelum-malam hari itu kami merasakan betapa nikmatnya beroleh air jenih yang segar di kampung nenek ini. Maklumlah lima tahun di Singapura selalu minum air PUB yang sudah di RO, UV, dan dioplos bahan kimia lainnya. Air menderu di tiap waktu baik di dalam banda (selokan) ataupun di dalam pipa-pipa paralon (PVC) yang akan mencurah deras dari kran-kran air di rumah penduduk. Sepanjang perjalanannya dari mata air di desa Bula'an Gadang hingga mencapai tempat terendah nantinya di sekitar Pasar Padang Luar sana, air pun menyinggahi sawah/tabek (kolam ikan)/pancuran melalui banda (selokan) ataupun pematang sawah yang telah diatur pembagiannya oleh penduduk setempat secara musyawarah sejak dahulu kala. Mata air alami yang alhamdulillah tak pernah kering dan selalu jernih menyehatkan tanpa tambahan kaporit.

Namun sumber air di Bula'an Gadang itu kecil. Hanya cukup mengaliri desa-desa yang tak seberapa kebutuhannya selain untuk mengaliri sawah, tabek, dan kebutuhan harian penduduk di beberapa desa kecamatan Banuhampu di sekitaran Gunung Marapi dan Gunung Singgalang yang tak seberapa banyak. Memanfaatkan sifat air yang selalu mencari tempat yang lebih rendah, begitulah pada awalnya air tersebut dimanfaatkan, lewat banda, pancuran ataupun sumur.. Baru di awal 1990 an pemerintah (PDAM) bergotong royong dengan penduduk setempat memasang pipa-pipa paralon kecil untuk memudahkan distribusi air langsung ke keran air di dapur atau kamar mandi penduduk. Saya masih ingat -- bahkan sampai sekarang -- penduduk dapat mandi di pancuran (terutama anak2 kecil), melepas hajat kecil/besar di tandai (tandas yang biasa terletak di pinggir tabek dan air segar mengalir tanpa henti dari banda dan kembali masuk ke tabek), mencuci baju/piring di tabek, atapun berenang dengan senang hati. Semuanya bermula dari anugerah ilahi yang bernama air bersih. Meskipun dingin, sangat menyegarkan. Sebelum mandi rasanya malas sekali karena sudah terbayang dinginnya. Namun sekali air digayungkan ke atas kepala atau menampar punggung, hmm itulah shower-time ternikmat, tak ragu lagi untuk menggayung berkali-kali sampai puas basah kuyup ! Nikmatnya setelah mandi air dingin ini badan justru terasa hangat, siap beraktivitas tanpa jaket/sweater :-) Alhamdulillaah dinginnya masih cocok dengan tubuh, tidak sedramatis air musim dingin di negeri empat musim.

O.. begitu ceritanya, anggapan saya selama ini air Bula'an Gadang ini yang mengalir sampai ke kota. Nek Baya lalu menerangkan satu nama nagari (desa) yang sudah lama saya kenal yaitu Sungai Tanang. Mata air dari desa tsb menjadi salahsatu sumber air penduduk kota Bukittinggi. Nama Sungai Tanang tsb saya kenal lewat lagu yang biasa mengiringi tari payung yang populer di Sumatra Barat. Nenek melanjutkan bahwa di saat ia masih muda dulu (termasuk ortu, mamak, tante yg besar di kampuang) biasa jogging pagi ke sana. Udara segar dan pemandangan yang indah di pagi hari menjemput ramai pengunjung yang ingin berolah raga ke sana.
Babendi bendi …
Ka Sungai Tanang, amboi kanduang ei, ka Sungai Tanang …
Ka Sungai Tanang, amboi kanduang ei
Singgah lah mamatiak diak, singgah lah mamatiak kuntum lambayuang
Singgah lah mamatiak diak, singgah lah mamatiak kuntum lambayuang



(pengetahuan umum dari internet)

Sungai Tanang adalah nama sebuah desa di kaki Gunung Singgalang, tidak berapa jauh dari kota Bukit Tinggi. Dipinggir desa itu ada sebuah mata air besar, yang oleh pemerintah Hindia Belanda dulu dijadikan sumber air minum untuk penduduk kota Bukit Tinggi (1860). Dibuat bak penampungan di mata air itu, lalu dialirkan dengan pipa ke kota Bukit Tinggi dan ditampung di “Benteng” , yaitu suatu bukit kecil yang di zaman Belanda dulu dijadikan benteng oleh Tuan De Cock untuk mempertahankan kota dari serangan pasukan Paderi, (Fort de Cock). Karena lokasi itu ketinggian maka air minum dialirkan kerumah-rumah penduduk dengan gaya grafitasi.

Kelebihan air mata air di Sungai Tanang itu ditampung pada bagian bawahnya pada satu danau kecil, yang karena airnya jernih, juga dimanfaatkan sebagai kolam renang alamiah, sehingga Sungai Tanang ini juga terkenal sebagai salah satu tempat wisata disekitar Bukit Tinggi.

Satu gambaran alamiah ini, dimana ada sumber air jernih di Sungai Tanang yang dialirkan ke Bukit Tinggi sebagai sumber air minum bagi penduduknya, dijadikan sampiran pantun ini oleh penciptanya.

Janieh aienyo Sungai Tanang,
Minuman urang Bukik Tinggi.
Tuan kanduang
tadanga sanang,
Baolah tompang badan kami.


****

Nah di hari kelima bulan Syawal lalu kami berkesempatan mengunjungi tempat yang populer ini. Lokasinya tidak begitu jauh dari rumah, mungkin jika berjalan kaki melintasi sawah/ladang dapat dicapai dalam waktu kurang dari 45 menit. Kami mencapai tempat tsb menumpang Avanza hitam yang dikemudikan uda Guswardi (papi Ghina). Memang saat beliau bekerja di Bappeda sering mengunjungi desa-desa atau nagari di wilayah Kabupaten Agam. Tampak selama di perjalanan wilayah ini sudah pulih dari kerusakan gempa Maret 2007 lalu.

Tiba di nagari Sungai Tanang, yang masih berada di kecamatan Banuhampu ini, langsung tampak kolam besar atau danau yang luas dengan air yang menghijau dari kejauhan. Airnya beriak kecil saja tersapu angin dan banyak anak-anak dan orang dewasa duduk atau berdiri di pinggirnya. Sementara itu di tengah danau tampak satu perahu motor yang agak besar, beberapa buah sampan kecil yang didayung dua penumpang, dan perahu bebek (putih dan pink) yang dienjot dengan kaki untuk menggerakkannya. Tampak begitu damai, menyejukkan mata dan fikiran saat melihat pemandangan luas tsb.

Mobil terus menyusuri perlahan jalan di tepi kanan danau hingga akhirnya berhenti karena memang jalan sudah berkelok, tertahan bukit yang penuh dengan pohon2 bambu perkasa di depannya. Setelah diparkir kami lanjutkan perjalanan searah dengan bukit tsb, tak tampak orang lain mengikuti di jalan setapak itu. Kami hanya terdiri dari tiga orang dewasa, tiga remaja, dan tiga anak-anak, nekad menembus semak-semak rendah di sana sementara di atas tampak langit sore yang kurang cerah. Angin sepoi-sepoi bertiup agak basah karena Bukittinggi memang rajin hujan petang malam hari sejak akhir Ramadhan lalu.


Jalan setapak dengan semak belukar di kiri kanan tsb memang tidak nyaman dan tepatnya tidak aman apalagi kalau berjalan di malam hari. Di sebelah kanan kami bukit yang menjulang tinggi dengan batang-batang bambu besarnya, sementara di sebelah kiri adalah bekas kolam renang pacu yang kini sudah menjadi rawa berlumpur hitam tebal. Mengapa disebut "bekas" karena memang ini adalah kolam renang delapan jalur (8x50m) yang kini sudah dipenuhi tanaman air hijau berleher gemuk, bermahkota ungu, bergelar enceng gondok.

Selesai kolam renang pertama tadi kami melewati lagi satu kolam renang yang sepertinya menjadi tempat untuk lompat indah (?) atau tempat renang bersama. Situasinya sama menyedihkan -- sesak oleh semak belukar, ilalang, potongan2 bambu yang berserak, dan enceng gondok. Terbayang, siapa yang mau kesini lagi, apalagi malam hari. Yang pasti gelap dan horor karena kemungkinan dipatuk ular atau nyemplung ke lumpur pekat.




Di ujung jalan setapak (alhamdulillah setelah 100 meter dari awal kawasan "larangan" ini) tampak sebuah pos jaga beratap biru yang dikelilingi pagar besi setinggi satu meter yang juga berwarna biru PDAM. Jalan setapak itu buntu mentok di sana karena pagar tsb tergembok. Pos ini tampak sering juga dikunjungi karena cukup bersih di sekitarnya. Di dalam lingkungan pos jaga itu tampak sebuah kolam air kecil yang lagi-lagi berlumut hijau pekat mengapung di permukannya dan sebuah drum beton raksasa yang mencuat bagian atasnya di sebelah kolam air besar berlumut itu. Sepertinya di dalam drum raksasa itulah pompa hisap bertekanan tinggi menaikkan air dari sumber mata air di dalamnya dan kolam air tsb berfungsi sebagai bak kontrol. Tapi koq kesannya jauh dari sebuah instalasi air bersih ya ? Air besih dengan bonus lumut sih benerr :-( Saya berfikir positif saja toh air tsb disalurkan langsung dari sumber nya melalui pipa-pipa besar dan bukan dari kolam-kolam berlumut tadi. Hingga kini mata air Sungai Tanang hanya layak dikonsumsi sebagai air bersih dan bukan sebagai air minum tanpa diolah lebih dahulu.


Setelah melihat pos kontrol tadi kami berbalik arah 180 derajat kembali ke arah kami masuk tadi. Sejenak ambil-ambil foto -- yang percaya tak percaya -- diambil di sebuah instansi pengadaan air bersih terbesar di kotamadya yang telah setia memberikan airnya lebih dari satu abad ini. Alangkah sayangnya lokasi wisata yang pasti ramai dikunjungi orang saat masih jayanya dulu, kini hanya tinggal kenangan menanti uluran dana dari pemerintah untuk memolesnya lagi. Kami dengar dari nek Baya, di tahun 2000 lalu penduduk nagari ini mendemo kotamadya dengan memutuskan aliran air bersih ke kota. Demo bertujuan meminta pemda memberikan kompensasi materi terhadap air bersih yang telah dinikmatinya 90 liter per detik selama ini tanpa bayaran sepeser pun. Baru di tahun 2001 nagari ini menerima kompensasi Rp. 8 juta sebulannya. Uang tersebut digunakan untuk kepentingan umum seperti perbaikan jalan, mesjid/mushalla, dan kegiatan2 nagari.

Difikir2 berapalah nilai uang Rp. 8 juta sebulan atau kurang dari Rp. 100 juta setahun itu. Itupun digunakan untuk kepentingan nagari. Mungkin sedikit sekali atau memang tak ada bagian untuk melestarikan cagar wisata danau Sungai Tanang ini. Masyarakat sekitar berasumsi bahwa urusan merawat sumber mata air dan instalasinya itu adalah urusan PDAM. Tapi mungkin masyarakat tidak sadar bahwa jika lokasi wisata di sekitar sana bersih, ditata dengan baik, dan kolam renang diaktifkan kembali, pasti pemasukan kas nagari akan bergairah kembali. Uang dari karcis tanda masuk saja sudah menjadi penghasilan ekstra. Melihat kondisi saat ini memang perlu kerja keras untuk merenovasi kembali lokasi kolam renang tsb. Mungkin dana segar minimal Rp. 100 juta diperlukan untuk membersihkan lokasi dan mempersiapkan tempat tsb sebagai fasilitas wisata air kembali.

Karena membawa keponakan yang kecil-kecil, ingin juga membawa mereka wisata air di danau yang luas tsb, naik perahu motor tentunya seperti yg tampak di tengah danau kini. Kami berjalan mendekati loket karcis di sebuah bangunan yang tak terpakai lagi. Harga tiket Rp 2000 untuk dewasa dan setengah harga untuk anak-anak. Tak jelas juga apa definisi anak-anak di sini :-) Di sekeliling loket, di dekat tempat naik turun perahu, banyak orang duduk-duduk santai, sambil makan minum ringan, dan ... tampak sampah plastik makanan dan tusuk sate berserakan di tanah/lantai. Heran ... menjaga kebersihan saja susah padahal mereka sudah dapat duduk gratis di sana menikmati keindahan danau sore itu.


Perahu bermotor yang ditunggu pun tiba. Penumpang naik dengan beratur meski agak khawatir juga karena kami harus mengangkat anak-anak masuk ke dalamnya. Saat "berlabuh" itu perahu motor muatan 30 orang ini terus bergoyang-goyang mengikuti riak air. Maklumlah perahu kayu ini memang ringan sehingga tiap terjadi perubahan beban muatan karena ada orang naik akan membuatnya melenggok kiri ke kanan. Dengan membaca bismillaah kami mulai piknik mengelilingi danau ini :-)

Perahu berputar dua kali dengan kecepatan sedang-sedang saja. Memang kalau diukur dengan reservoir yang ada di dekat Bedok, danau ini mungkin hanya berukuran sepertiganya. Air yang beriak tenang menunjukkan danau ini cukup dalam. Tak tampak dasarnya mungkin karena lumut hijau yang cukup pekat memantulkan bayangannya ke permukaan air. Anak-anak tertawa riang sementara kami menikmati semilir angin di sekitar pukul lima sore itu.


Coba saja wali nagari atau pemerintah daerah dapat mengembangkan potensi wisata air ini dengan baik, atau paling kurang melestarikan (baca: merawat) apa yang sudah dibangun sejak dulu, pasti makin ramai lagi orang yang berkunjung ke sini. Namun begitulah kondisi saat ini: tak ada dana sehingga tak ada perawatan, sementara ada orang iseng tak bertanggung jawab yang suka merusak yg sudah ada, ironisnya tak ada yang merasa berkewajiban menegur. Tempat hiburan semacam ini "barang langka" sehingga pasti ramai orang yang akan datang. Ramainya pengunjung harus diantisipasi dengan profesional diantaranya: penyediaan tempat beristirahat yang aman sehingga pengunjung tidak membahayakan dirinya sendiri berdiri di dekat danau, tempat sampah yang memadai, loket karcis yang baik sehingga orang mau antri, kedai makanan yang teratur, edukasi terhadap pengunjung/warung/restoran tentang kebersihan dan keamanan, tenaga keamanan dan kebersihan yang memadai, armada perahu motor dan perahu2 main lainnya perlu ditambah, area parkir yang cukup, dll. Terakhir, tentunya diharapkan pemerintah daerah dapat membersihkan kolam renang yang sudah "terkubur" enceng gondok dan merapikan semak belukar di bukit yang mengelilingi objek wisata ini.

X september 2010 X

Sejarah dan berita Sungai Tanang dari internet:
Kab. Agam
Kabar Indonesia
Minang Forum
Padang Today
Forum Kaskus







DIY @ Home

It gives me experience,

it saves money (but maybe not time),

and it is cool (though I am really sweating).

When facing problem at home:
(.) analyze the situation
(.) think google, but first think the right phrase to type there
(.) find the replacement parts inside the house (if any) or go to nearby shop(s)
(.) prepare the gears, bismillah, and start working
(.) last but important: persevere

In the end, never forget to say alhamdulillaah :-)


p.s
Luckily if tools are available at home (e.g pliers, screw drivers, spanners, hammer, etc) otherwise you should buy one or ask the (kind) neighbours. Most of the parts that need replacement because of wear-and-tear are standard parts. They have standard size and standard way to install (aha ... youtube sometimes good source for demonstration). Better if you can meet the experience shop assistance who can understand the problem and give helpful consultation free of charge. As usual, supportive partner is priceless ! :-)


First Timer

Oct 26, 2010

Singapore MRT Evolution

First time I touched down in Singapore in the mid-1998 they only have north-south (green) and east-west (red) line, with less than 45 stations, with terminating stations (1), (2), (4 till Boon Lay only), and (5).

In five years time they add Dover, Singapore Expo, Changi Airport, and the brand new NEL nort-east (purple) line, hence additional terminating stations (3), (6), and (7). Going overseas has more alternative to take MRT to Changi Airport or Harbourfront.

Later on year 2009-2010 Pioneer and Joo Koon extension was made after Boon Lay station, and also the newest Circle line (orange) connecting the NEL and MRT in some stations as shown below.


It starts with full steam from 22/10/1983 with S$5 billion to bet. First 22 red stations were opened on March 1988, followed by 21 more stations on green line on July 1990. This was two years ahead of the schedule.

So lesson learned for Jakarta: we need to start with BIG! lumpsum of money, commitment, and smart and hard work to establish similar mass transport system in the capital.
Read full history here and here.

Oct 21, 2010

Udzkur Kadza, Udzkur Kadza (2)


Lambat mulainya, lekas selesainya

Fenomena "ingat-ini ingat-itu" umum terjadi pada saat akan melakukan perbuatan baik yang bernilai ibadah. Penjelmaannya dalam wujud yang lain adalah tidak bersegera untuk menunaikan pekerjaan yang baik.

Contoh2 yg umum saya lihat atau alami sendiri:

(1) Ada saja alasan untuk menunda membaca al-Quran padahal sudah ditargetkan untuk
selesai 1 juz per hari: ngantuk lah, tunggu setelah malam, mau dengar tausiah online
dulu lah, mau menyelesaikan pekerjaan lain (yang sebenarnya tidak terencana
sebelumnya). Mungkin intinya karena tiadanya perencanaan, namun tetap saja ada faktor lain dalam diri yang membuat penundaan tsb. Ini jenis yang paling berbahaya dan perlu azam yang kuat untuk mematahkannya.

(2) Saat menunggu azan atau menunggu khutbah Jumat akan dapat kita saksikan rekan2
yang masih saja mengobrol di luar mesjid. Mereka tidak sedang menyambi makan siang
melainkan memang masih enggan masuk ke dalam mesjid. Mungkin masjidnya panas sehingga membuat mata mengantuk, jadi ngaso sebentar penat dari perjalanan menuju mesjid tadi. Kadang mereka memanfaatkan ngobrol lewat HP atau SMS. Padahal sudah jelas siapa yang paling awal datang ke mesjid, duduk di dalam utk zikir atau shalat sunnah, akan besar ganjaran pahalanya.

(3) Pengaruh gadget canggih semacam smartphones. Zaman dulu jenis benda2 pengalih perhatian ini belum banyak. Sebagai pengalaman pribadi di masa SD dulu hiburan "handy, portable" yang ada baru semacam jam CASIO yang ada game nya, NINTENDO game watch, bawa kartu2 bergambar jagoan, bawa komik atau [paling apes] baca tulisan di koran yang jadi alas shalat. Nah di zaman sekarang, banyak anak sekolah atau karyawan yang masih sempat terampil chatting via BB, berbalasan SMS, web surfing atau game dll dari apa yg tersedia di smartphone nya padahal mereka sudah duduk menunggu azan atau khatib naik mimbar. Jauh lebih baik mereka fokus untuk beribadah semacam berzikir atau baca al-Quran karena memang sudah di ruang mesjid. Mungkin alasan mereka nothing to do, jadi daripada duduk mengantuk menunggu waktu, yah main HP saja.

(4) Menunda bersedekah hingga waktu2 yg dirasa afdhal. Menunggu ramadhan, menunggu diminta pihak mesjid, menunggu saat-saat dapat bonus besar, kenaikan gaji dll.

(5) Menunda berangkat ke majelis2 ilmu dan akhirnya terlambat sampai (budaya jam karet), menunda tidur tanpa ada tujuan (begadang), menunda bangun sebelum subuh sehingga tak sempat shalat sunat di malam hari, menunda makan sahur hingga kebablasan, menunda penyelesaian tugas/belajar (sistem SKS) dll.

Contoh2 di atas sering terjadi dan kita pun sudah sangat berpengalaman bahwa hal itu pasti akan terjadi. Menunda dengan tanpa ada alasan (procrastination) ini memang dihembuskan oleh syaithan. Syaithan berjuang amat keras pada awalnya untuk melenakan seseorang sampai akhirnya perbuatan tsb menjadi sifat yang sukar hilang, bahkan tanpa hadirnya syaithan sama sekali. Untuk mengatasinya perlu kesungguhan hati (mujahadah), fikiran jernih untuk mengalahkan nafsu buruk tsb, dan do'a. Masa' kan terpedaya pada tipuan yang sama. Namun pasukan pengacau pun tak akan tinggal diam, mereka sudah punya 1001 strategi untuk mengalahkan orang2 yang mau kembali ke jalan yang lurus.

Konsekuensi praktis dari pekerjaan yang tertunda adalah kita berupaya untuk cepat-cepat menyelesaikannya. Tindakan menjadi reaktif dan kualitasnya cenderung rendah. Fenomena lain adalah orang yang ingin segera berangkat keluar dari masjid seketika shalat berjamaah selesai. Dapat dimaklumi kalau memang ia hanya boleh keluar dari kantor dalam waktu yang telah ditentukan, ia punya janji lain, atau ia harus mengejar bus yang memang melalui jalan di depan mesjid itu satu jam sekali. Namun kalau tindakan tsb semata-mata hanyalah krn "gerah" untuk berzikir di dalam mesjid dan semuanya perlu disegerakan akibat shalat Jumat yang memakan 30 menit dari waktunya ...

Doa yang secara umum diajarkan untuk berlindung dari syaithan diwahyukan Allah dalam surat Al Mukminun 97-98 "Ya, Rabb-ku. Aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaithan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Rabb-ku, dari kedatangan mereka kepadaku".



Sungguh syaithan sangat antusias menyesatkan manusia. Dia menghabiskan umur dan nafasnya untuk merusak keadaan manusia. Maka kewajiban orang yang berakal, ia harus mewaspadai musuhnya ini, yang telah menampakkan permusuhannya semenjak zaman Nabi Adam a.s: "... Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". [An Nur : 21]

Semoga kita sukses mengalahkan misi syaithan tsb bersama-sama. Selamat di akhirat, selamat di dunia.

Tulisan terkait: Udzkur kadza, udzkur kadza

Bajaj Racing


They are like us or even less developed with hundred millions people still living in povery. But one thing I like them most, they follow the rule at least traffic rule in one of the city with worst traffic jam in India. Drivers of the black Auto (bajaj), ugly buses/trucks, hot tempered motorbike rider (because on the street it is hot and humid), and cool sedan follow the simple basic rule of traffic -- stop before the crossing line. See in the pictures that no policeman needed and people still stick by the rule on the sunny Bangalore.

Don't forget you can still negotiate the price for your journey with Auto's driver during the 3-minutes stop. No worry that some bikes or cars kiss your ass there :-)



Why this kind of behavior is missing in my country ? The public transport drivers, supir bajaj, and motorbike riders are driving like mad, recklessly abused the rights of pedestrian and other road users all the time. It seems they are really racing towards unknown glory every day.

Harimau Koq Bersayap kata AirAsia

Dua bulan terakhir ini maskapai penerbangan murah Harimau yang saham terbesarnya dimiliki oleh Singapore Airlines (SQ) sedang kelabakan menghadapi kepercayaan pemakainya. Banyak penumpang kesal dengan maskapai ini karena semakin sering penerbangan dibatalkan (kadang hanya bbrp hari sebelum berangkat) dan sering terjadi penundaan berjam-jam (bahkan hingga 18 jam). Empat puluh penerbangan sudah dibatalkan sampai dengan 28 September dengan alasan yang sama yaitu pesawat tak layak terbang karena faktor teknis dan ada bbrp pesawat yang terpaksa masuk rumah sakit (grounded).

Sekitar libur idul fitri bulan lalu, dua orang kawan kami (sekeluarga) terpaksa menerima berita penundaan keberangkatan saat sudah antri check-in di bandara Sukarno Hatta. Mereka hanya dapat kompensasi ongkos taksi untuk pulang ke rumah dan tak ada informasi kapan mereka akan diberangkatkan ke Singapura. Parah nggak tuh !! Kalau saja ada karyawan yang harus berangkat kantor esok harinya tentu harus bolos (tanpa dibayar) akibat penundaan ini.

Alhamdulillaah pengalaman kami dengan Tiger ini tidak jelek-jelek amat. Sejak jadi pelanggannya mulai 2007, kami cukup puas, baik untuk rute ke Jakarta atau ke Padang. Paling ada juga keterlambatan 30-40 menit yang dapat dimaklumi :-) Ya, destinasi Padang adalah favorit kami dan orang2 yg juga merindukan hadirnya penerbangan langsung SIN-PDG dengan harga terjangkau. Tiket ke JKT atau PDG paling murah pernah kami peroleh hanya $50 pp per orang. Di masa lebaran, rute SIN-PDG ini memang murah kalau berhasil dapat tiket promosi. Bahkan ada rekan2 dari BTH (Batam) atau Malaysia (masih sekitar Johor) yang nekad "masuk" Singapura dulu untuk memperoleh tiket murah tsb. Seperti saya pernah tulis sebelumnya, tiket dalam negeri naik harga mengikuti toeslag di masa lebaran. Sementara bagi orang yang tinggal di sekitaran Johor, datang ke KL sama jauhnya dengan ke SIN. Yeah ... it was history now, on October 2009 Tiger ceased his flight to Padang, right after the great Padang quake.

*****



Namun di awal Juli 2010 lalu kepercayaan kami mulai pudar. Pesawat yang seharusnya take off 18:25 ditunda keberangkatannya tanpa ada pemberitahuan mengapa dan sampai kapan kami harus menunggu di Budget Terminal Changi Airport tsb. Penumpang sudah berjejer di antrian pintu keluar menuju landasan pesawat setelah menyerahkan boarding pass kepada ground staff di sana. Waktu makin mendekati 18:30 namun tak tampak tanda-tanda pengumuman utk naik ke pesawat. Sepuluh menit berlalu, 20, 30 menit, penumpang masih bersabar, tetap mampu berdiri ngobrol , main HP, atau tertawa (memang harus berdiri sih, karena di lajur antrian ini sudah tak ada bangku disediakan, berbeda jauh dengan ruang tunggu di terminal non-budget 1/2/3).

Namun semakin lama, semakin meletihkan karena tak ada kepastian. Pegawai di ruang tunggu itupun tak tahu apa yang terjadi. Hujan rintik-rintik di luar sementara waktu magrib sudah masuk. Sekitar 1/2 jam menunggu, masuk kapten dan kopilot dengan muka ditekuk tanpa basa basi sedikit pun membawa satu folder dokumen tebal dari pesawat. Satu dua penumpang sudah gusar. Yang penat terutama wanita, orang tua, dan anak2 sudah mulai merapat ke lantai :-) Terdengar juga ribut-ribut di belakang antrian karena sebagian penumpang pria sudah emosi. Saya pakai saja waktu tunggu yang tak menentu ini untuk menunaikan shalat Maghrib, toh kita tak mungkin ditinggalkan. Alhamdulillah saat itu ada kawan lama kami "yang kebetulan bertemu kembali setelah hampir 3 tahun" mas Pribadi dan istrinya Ema. Kami bergantian pergi ke mushalla di dekat sana.

Tak lama setelah semua shalat baru muncul harapan. Pengumuman...pengumuman... silakan para penumpang untuk menaiki pesawat, kalau tak salah jam sudah hampir menunjukkan jam 8 malam. Wah lumayan kalang kabut juga saat itu karena penumpang sudah tak beraturan berdirinya dan barang bawaan mereka pun sudah simpang siur bercampur dengan barang penumpang lain. Ada penumpang yang ngotot dicekal petugas karena kedapatan membawa barang ke kabin dengan ukuran berat melebihi yang seharusnya. Ada pria yang tak puas dengan kondisi pelayanan buruk ini dan marah-marah terus kepada pelayan di darat. Pokoknya a bit chaotic lah.



AirAsia pesaingnya di kawasan terbang yang sama yaitu Asia Tenggara. Tiger dan AirAsia bersama melayani rute2 di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di awal minggu, AirAsia melancarkan iklan promosi kreatif yg ditayangkan satu halaman penuh berwarna di dua surat kabar besar negeri Singa ini. Isinya sedikit banyak membuat panas kompetitornya :-) Obviously AirAsia mereguk keuntungan nomplok dari kekacauan Tiger tsb. Banyak calon penumpang baru ataupun calon penumpang yang gagal berangkat dengan Tiger harus pindah menumpang AirAsia.

AirAsia memang punya strategi lebih hebat, ia menjalin kerjasama baik dengan operator di negara lain yang juga dinamai mirip yaitu Thai-AirAsia dan Indonesia-AirAsia. Dengan begitu ia mendapat dukungan pelayanan penuh di kedua negara tsb dan yang pasti turut mencicipi keuntungan dari ramainya penerbangan domestik di sana. Bila Tiger hanya punya 19 pesawat, armada AirAsia ini jauh lebih banyak yaitu 103 pesawat, sehingga tak heran destinasinya jauh lebih banyak. Bahkan sampai ke lokasi jauh semacam London, Teheran, dan Tokyo pun ikut dihampirinya. Seperti dikatakan seorang eksekutif senior AirAsia: "Tiger isn’t our biggest rival. We took this opportunity to come up with something fun and cheeky with clever and innovative marketing. We did not intend to be hostile. Marketing has no boundaries. If you want to be shy, you will not get business. If Tiger Airways think that they have good marketers, let them take us on!”.

Mudah2an layanan keduanya bertambah baik dan penumpang yg beroleh keuntungan dari penerbangan berbiaya murah ini.

Mau dan Memang Perlu !

Pulang mudik tahun ini kami singgah sejenak di Kuala Lumpur. Awalnya memang sudah direncanakan kami tidak membeli tiket KUL-SIN sekembali dari Padang nanti. Ingin juga bertemu sanak famili di Malaysia dalam suasana idul fitri. Air Asia AK741 mendarat tepat 10:40 pagi Jumat 17 September di LCCT. Selesai urusan imigrasi dan ambil barang sekitar pukul 11:30. Waktunya agak mepet shalat Jumat dan kami menghitung kira2 satu jam diperlukan untuk sampai ke kota dengan transportasi umum.

Untuk pergi ke kota ada beberapa pilihan dari yang paling mahal dan praktis naik taksi sekitar RM100++ hingga yang murah dan nyaman antara naik bus (banyak pilihan dan tujuannya) dan naik kereta listrik cepat. Harga antara bus atau kereta hanya berbeda sekitar dua tiga ringgit.

Karena sudah sejak awal saya tertarik dengan brosur iklannya, kami putuskan untuk menjajal kehebatan pelayanan kereta ekspres bernama KLIA transit. Stasiun terdekat dari LCCT ada di daerah Salak Tinggi. Untuk mencapai stasiun tsb kami perlu naik shuttle bus ke sana, tarifnya nol karena sudah termasuk harga karcis KLIA transit yang kami beli dari kondektur sebelum naik bus tsb. KLIA transit dan KLIA ekspress memakai gerbong dan rute yang sama. Hanya saja KLIA express memulai perjalanan dari bandara KLIA (intl airport) dan terus melaju 160 km per jam tanpa henti, sementara KLIA transit berhenti di tiap stasiun yang dilaluinya. KLIA transit akan berhenti di tiga stasiun antara yaitu Salak Tinggi, Putrajaya&Cyberjaya, dan Bandar Tasik Selatan sebelum sampai di pusat kota.

KLIA transit hanya membawa empat gerbong penumpang, dua diantaranya adalah gerbong yang juga berfungsi sebagai gerbong pendorong (propulsion carriage). Kami menempuh perjalanan kurang dari 20 menit sampai stasiun Bandar Tasik Selatan (BTS). Dari dalam ruang penumpang yang lega, bersih, kursi yang ergonomis, dan nyaman full-AC hanya terdengar desing mesin yang lembut, mengingatkan kami menumpang kereta EC (Eurocars) atau S-Bahn/U-bahn keluaran terbaru yg sudah dipakai di Muenchen sejak lima tahun lalu. Setelah di cek di Wiki, mesin yang dipakai adalah Desiro ET 425 M buatan Siemens AG. Tiket dari ST ke BTS RM10.80 (Rp 30,000). Untuk rute penuh dari KL Sentral (pusat kota) ke bandara KLIA penumpang perlu membayar RM35 atau sekitar Rp. 100 ribu dan mereka akan menikmati perjalanan mulus kelas dunia sejauh 57 km yang dapat ditempuh kurang dari setengah jam. Masih terasa mahal utk penumpang lebih dari dua orang karena mereka dapat memilih naik taksi yang lebih personal dan langsung sampai tujuan.




******

Kondisi di Jakarta masih jauh dari kehadiran si kereta cepat ini, mau express, subway, MRT/LRT/MTR, atau monorel apalah namanya. Kondisi transport publik dari bandara ke pusat kota memang baru ada taksi meter, taksi tanpa meter, dan bus damri. Tiada perubahan berarti dibandingkan lima belas tahun lalu saat saya mulai aktif bolak balik ke bandara Soetta ini. Jarak dari bandara ke rumah sekitar 40 km dan andaikata ada kereta cepat macam di atas tentulah dalam setengah jam sudah sampai stasiun dekat rumah.

Yang pasti shuttle bus Damri semakin banyak tujuannya meskipun dari segi jumlah armada masih terasa kurang karena pertumbuhan penumpang di terminal 1, 2 dan kini 3 bandara Soetta luar biasa pesat terutama setelah munculnya penerbangan berbiaya murah lima tahun terakhir ini. Penumpang domestik dan regional/intl sudah menembus angka 37 juta tahun 2009. Harga bus Damri dalam kota Rp. 20,000 namun jadwalnya tak menentu dan belum tentu dapat bangku. Itupun baru berhasil naik setelah berjuang mengangkat barang bawaan dan bersaing dengan penumpang lain [sigh]. Naik taksi argo atau taksi prabayar umumnya kena antara Rp. 130,000 - 140,000 dengan tarif tol dalam kota. Jika macet lebih mahal lagi dan untuk mendapatkan taksi yang bagus ini boleh kena setengah jam an antri menunggu atau tak ada sama sekali.

Kesimpulannya kita amat sangat memerlukan gerbong2 kereta cepat yg dapat mengangkut penumpang lebih banyak sekali angkut.

Ini solusi jangka panjang dibandingkan memperlebar jalur tol ke dalam kota yang justru memperparah kemacetan. Kereta cepat terutama yang berjalan di bawah permukaan (underground) akan mengurangi kemacetan dan yg pasti dapat langsung menembus ke tengah kota di lima pusat wilayah Jakarta. Jadwal yang teratur dan waktu tempuh yang realistis (misalnya kurang dari 1 jam) dari seluruh penjuru Jakarta akan amat membantu pergerakan penumpang pesawat dan juga karyawan2 yang bekerja di/sekitar bandara. Mungkin dalam tahap awal baru dibuat beberapa stasiun2 utama saja. Ini untuk memastikan jumlah penumpang yang terangkut dan waktu tempuh yang konsisten di bawah satu jam. '

Saya melihat sendiri di jam-jam sepi (bukan jam masuk atau keluar kantor), kereta ini memang kosong. Bisa dilihat pada foto di atas penumpangnya hanya bbrp orang saja. Ini mungkin dikarenakan layanan KLIA transit yang masih baru sehingga belum populer. Apalagi banyak penumpang lokal yang enggan repot berpindah-pindah antara bus dan kereta spt terjadi di Salak Tinggi. Pada dasarnya ini adalah investasi jangka panjang, pemerintah mensubsidi dan tidak mengharap investasi ini break-even dalam waktu kurang dari 5 tahun misalnya. Pemerintah punya visi dan niat yang baik bahwa kereta cepat adalah solusi terbaik untuk jangka panjang sehingga atas keyakinan tsb KLIA express pun mulai melayani rakyat sejak April 2002. Dengan kehadiran LCCT, maka sejak September 2009 dimulai pula KLIA transit, yang melayani daerah industri/perkantoran Cyberjaya dan Putrajaya. Perlahan tapi pasti terbukti, di bulan Juni 2010, sudah tercatat 30 juta penumpangnya.

S i t u a s i s t a s i u n

Salak Tinggi
Lokasi bandara LCCT memang tidak atau belum disinggahi rute kereta. Penumpang yang ingin menghindari macet di jalur menuju kota, perlu naik shuttle bus menuju stasiun KLIA transit di Salak Tinggi. Nah di sini terkesan buang waktu dan tidak praktisnya, terutama bagi yg membawa orang tua, rombongan anak2, atau bagasi yang luar biasa banyak. Bus ulang alik ini datang tiap 15 menit dan waktu tempuh sekittar 15-20 menit. Padahal ada bus langsung dari LCCT ke KL sentral dengan harga RM10 saja. Perlu membawa barang naik turun lift/escalator menuju gerbong KLIA transit :-(

Setiba di Salak Tinggi, kami harus menggotong barang bawaan menuju platform kereta yang menuju KL sentral. Ada kejadian lucu saat kami mendengar deru mesin (dan melihat) dari jauh datangnya si kereta ekspress. Kereta tersebut terus melaju tanpa sedikitpun melambatkan roda-rodanya padahal sudah mendekati stasiun dan ia terus melesat meninggalkan stasiun Salak Tinggi. Barulah kami tersadar itulah KLIA express yang melayani rute langsung KLIA dan KL Sentral :-) Beberapa menit kemudian kereta yang benar yaitu KLIA transit berjalan perlahan mendekati stasiun, itulah dia.

Bandar Tasik Selatan
Ini adalah stasiun pertemuan dari beberapa tipe kereta listrik yang beroperasi di Kuala Lumpur. Salahsatunya adalah KLIA transit. Kami lebih baik turun di BTS ini karena rumah kakak memang berdekatan dengan lokasi ini (sekitar 5 km an mungkin). Di sini kami juga berjuang untuk menarik2 koper melalui lift dan escalator. Sebuah jembatan panjang yang melangkahi beberapa jalur kereta di bawahnya harus pula dilalui. Cerita berkeringat belum selesai di sini, ternyata di ujung jembatan panjang itu kami harus kembali mengangkat koper satu persatu ke halaman luar stasiun melalui tangga, karena belum adanya escalator turun :-( Selepas stasiun BTS inipun belum tersedia angkutan umum yang memadai kecuali taksi. Mungkin ada bus yang harus dicapai dengan berjalan dulu beberapa ratus meter di luar stasiun. Alhamdulillah ada keponakan yg menjemput di pintu keluar itu, kalau tidak, tentunya kami harus naik taksi untuk menuju rumah kakak di sana.

Situasi yang terjadi di BTS ini memang tak bisa dihindarkan pasti terjadi. Stasiun satelit di tiap wilayah belum mampu menyediakan sarana kendaraan penghubung yang memadai. Akhirnya perlu "mengadakan" kendaraan sendiri. Di Jakarta situasi semacam ini dimanfaatkan ojek, bajaj, angkot, atau taksi, dan yg beruntung dijemput sanak famili sendiri. But at least efisiensi sudah tercapai, tak banyak bahan bakar habis untuk menjemput ke bandara, dan lokasi kemacetan sudah dipecah dan dipindahkan jauh-jauh dari jalan tol/pusat kota.

Oct 14, 2010

Angkutan Kota Bukittinggi


Tak perlu panjang dikisahkan betapa bergantungnya kehidupan masyarakat di sekitar sini dengan angkot. Hampir semua aktifitas memerlukan angkot: ke pasar, bersekolah, ke warnet, pos, bank, makan di restoran, silaturahim... Di masa lalu angkot di Bukittinggi ini lebih dikenal dengan nama MERSI alias angkutan merapi singgalang yang sempat membentuk koperasi pula.

Angkot masuk desa menciptakan kebersamaan baru, baik antar penumpang maupun antara penumpang dan supir. Berbeda dengan angkutan umum di perkotaan dimana jumlah armada lebih banyak dan penumpang pun lebih ramai/beragam, angkot kelas pedesaan ini justru terasa lebih akrab dengan pemakai setianya, karena memang tidak banyak dan umumnya penumpangnya loe-lagi-loe-lagi (4L). Kadang jalinan hubungan tsb rapat bahkan amat rapat mgkn jadi disebabkan pelanggan setia yang selalu naik dari tempat yang sama dgn jadwal rutin setiap hari.
Di jalan desa umumnya hanya ada satu angkot dengan warna tertentu yang mondar-mandir sehingga penduduk lokal sudah amat hafal merah-kuning-biru-hijau angkotnya.
Saling berbagi cerita, tawa, kesal dan cemas antar mahluk-mahluk sosial di bawah atap angkot 1.5x3 meter persegi ini menjadi lumrah.

Supir yang pandai memikat hati penumpang bahkan sampai hafal kebiasaan penumpang. Ada ibu yang berbagi keriangan karena beroleh pisang raja seharga Rp 9000 saja dibandingkan "harga toeslag" lebaran yang biasa tiga kali lipatnya. Ada anak rewel tak mau diam meski dibujuk ibunya berubah menjadi anak yang berperilaku manis setelah ditegur "teman" baru sesama penumpang di angkot. Ada uda supir yang cukup prihatin sampai meminjamkan kain lap angkot nya (masih bersih lhoo kainnya) untuk membantu ibu yang kebingungan karena anak nya sedang kurang sehat muntah ringan di kursi belakang. Dan bahkan ada supir yang berhasil menikahi bunga desa di jalur angkotnya :-)

Kuota 7-5
Penumpang harus rela bersesak, untuk memenuhi kuota tsb, mengandalkan jari kaki, otot betis, paha, dan lengan untuk menjaga keseimbangan tubuh saat angkot berjalan meliuk-liuk atau merem mendadak. Luar biasa aturan ini bergeming hingga kini. Saat mahasiswa dulu, saya masih 55 kg dan mampu mengikuti aturan tsb. Namun kini di saat timbangan badan sudah naik 25% tetap saja saya terpaksa ikut kuota tsb :-( Belum lagi keikutsertaan bangku serep (tambahan) di dekat pintu masuk menambah uang masuk bagi angkot untuk 1-2 penumpang ekstra.

Ada supir yg amat peduli hingga mau mengantar penumpangnya ke suatu tempat di luar rute umumnya. Ada supir yang ringan tangan membantu mengangkatkan barang2 penumpangnya dari sebuah kedai di tepi jalan (yg ternyata seorang ibu pedagang) sehingga memenuhi 1/3 ruang penumpang. Namun tentu saja ada supir yang mengesalkan dengan kegigihannya ngetem (menunggu penumpang), menambah penumpang terus padahal sudah tak ada ruang kosong kecuali mau dipangku, mentransfer penumpang ke angkot lain karena jalanan di depan macet atau ada urusan lain, atau membawa angkot ugal-ugalan berkejaran dengan saingan.


The Merrier The Better
Terkadang angkot dimodifikasi sehingga terlihat cool atau berani dengan lampu sorot, dahsboard dan jok kulit imitasi warna mencolok, tambahan bumper yang begitu rendah hampir menyentuh aspal, pengeras suara besar yang meneriakkan musik hingar bingar meski sangat mengurangi ruang duduk penumpang, dan stiker sepenuh badan angkot untuk kepuasan penumpang yang melihat atau menaikinya. Gejala ini masih wajar di Bukittinggi bila dibandingkan di Padang yang aksesorisnya lebih heboh dan penumpang pilah-pilih angkot berdasar selera penampilan luar dan kedahsyatan stereo di dalam angkot ck..ck.. Tiga puluh tahun yang lalu, di saat aksesori lampu dan speaker adalah barang langka, angkot ini biasanya memiliki klakson dengan suara yang khas merdu alat musik.


Mengapa masih angkot, padahal jumlah orang semakin meningkat. Banyaknya angkot pun membuat sesak jalan krn mereka bebas ngetem sembarangan, ngebut dan berhenti tanpa aturan. Tapi lebar jalan masuk ke kampung2 memang pas seukuran angkot ini. Angkot tetap primadona untuk jarak dekat (kurang lebih 20 km), semacam mikrolet di Jakarta. Memang penumpang di negeri kita benar2 dimanjakan, mau naik atau turun pas di depan rumah pun bisa. Mungkin pesaing angkot ini di kampung hanyalah ojek dan sudah jelas angkot lebih murah dan bersahabat dengan cuaca. Kiranya pemerintah daerah belum punya solusi lain. Selama pusat perdagangan, pemerintahan, dan keramaian masih terpusat di satu tempat dan belum ada alternatif transport masal pedesaan semacam tram/MRT sudah pasti angkot akan tetap diperlukan hingga kapanpun.

Oct 13, 2010

Pustaka Alam, Pustaka Ilmu, Tira Pustaka


Waktu SD kelas 5 atau 6 dulu rasanya kagum banget melihat koleksi buku2 hardcover macam begini. Gambarnya bagus-bagus dibandingkan buku paket sekolah yang penuh huruf dan gambar hitam putih saja. Saat itu memang belum banyak penerbit atau penerjemah yang membawa buku-buku seri ilmu pengetahuan macam ini ke tanah air. Padahal isinya "kalau dibaca serius"cukup berat untuk anak SD.

Awalnya saya melihat satu judul buku ini, entah saat pameran atau Papa yang membelikan, judulnya Manusia Purba. Memang saat itu sedang keranjingan segala sesuatu yg berbau purba: baik hewan atau manusia dan alhamdulillaah hadir buku tsb di rumah. Tak henti2 nya bolak balik mengamati berbagai gambar di sana. Kadang-kadang di hari Jumat atau Sabtu saya bermain ke rumah kawan akrab yang memang dekat sekolah, eh lihat lagi deretan buku yang menakjubkan ini di etalase lemari buku di ruang keluarga nya. Tersusun rapi mungkin belum pernah dibuka sama sekali ! Yah kebetulan orang tuanya amat mampu untuk membelikan satu set lengkap buku-buku koleksi Tira Pustaka ini. Hmm ... buku2 itupun tak dijual bebas di toko buku, mau pinjam pun khawatir takut kotor atau sobek, hingga saya hanya berani baca saat di rumahnya saja. Lalu muncul ide untuk membeli lewat salesman yang biasa memasok buku2 tsb ke rumah kawan ini tiap bulannya. Ide ini pun dapat terlaksana sehingga keinginan si Iman kecil terpenuhi :-)

Rupanya spt sudah diduga, buku-buku ini mahal (untuk ukuran uang jajan saya saat itu). Kalau tak salah di tahun 1983-4 tsb satu set buku tsb seharga Rp. 300 ribu rupiah (ada 20 buku semuanya untuk masing2 Pustaka dan memang peraturannya harus beli minimum satu set). Jelas cukup besar nilainya saat itu, mungkin tabungan Papa satu bulan pun langsung habis untuk kebutuhan tertier ini he..he.. Akhirnya saya menyeleksi dari kedua pustaka tadi, memilih judul mana saja yang diminati dari katalognya. Intinya judul2 yang berhubungan dengan alam semesta, teknologi, dan matematika ... 15 judul. Saya berikan judul2 tsb berikut nama dan kontak telepon salesman tadi ke Papa. Alangkah senangnya saat beberapa hari kemudian Papa pulang dari rapat beberapa hari di hotel dengan membawa ke 15 buku tsb di dalam koper kerjanya ke rumah.

Itulah kasih sayang seorang bapak untuk kemajuan ilmu pengetahuan anak kandungnya. Semua uang yang diperoleh dari uang saku selama beberapa hari rapat di luar dibelikan buku ! Padahal Papa mungkin bisa saja bertanya, apa memang saya berminat untuk membaca buku2 tebal dan belum tentu konsumsi untuk anak SD tsb :-)


Beberapa tahun kemudian keluar lagi edisi buku2 tebal yang lebih mudah untuk dibaca, lebih banyak ilustrasinya, dan mungkin lebih baik untuk pemahaman anak2 seusia SD. Contohnya saja serial "Apa dan Mengapa" dan "Khazanah Pengetahuan Anak-anak". Sayang juga, seiring dengan perjalanan waktu, beban pelajaran dan tugas sekolah (SMP/SMA) makin bertambah. Buku2 tebal ini semakin jarang dibaca mungkin karena (1) tidak berhubungan dengan pelajaran sekolah, atau (2) isinya yang kelewat tinggi. Baru di saat kuliah saya mulai berani membaca lagi buku2 tsb. Tampak di gambar di atas buku2 ini dapat terawat dengan baik, semoga anak2 dan kemenakan2 tergerak hati untuk membacanya juga.



Oct 7, 2010

Tidak senang melihat orang lain susah

Bukan alam saja yang bisa buat kerugian luar biasa bagi yang terkena murkanya di negeri ini.

Bukan koruptor kakap, konglomerat hitam, bandar judi dan narkoba saja yang menghapus mimpi berjuta anak negeri ini untuk hidup lebih baik di tanah airnya sendiri.

Ternyata supir truk sampah juga bisa buat ulah untuk menyengsarakan beribu orang dengan keugalannya.

Untuk kesekian banyak kalinya, rakyat dan aparat menjadi korban kesibukan -- yang sebenarnya tak perlu -- akibat pelanggaran yang sering dianggap kecil. Menerobos sinyal palang kereta api !

061010 19:30 WIB Patal Senayan Jakarta
...
Contoh semalam ini lebih nekad, karena terdesak, supir truk sampah pusing seputaran penuh untuk membatalkan niatnya melintas rel maut itu. Akibatnya efek domino yang fatal: truk menghantam tiang listrik di dekat palang, tiang roboh menimpa KRL yg lewat beberapa detik kemudian, arus listrik terputus sehingga sinyal kontrol KRL sepanjang Tanah Abang dan Serpong mati total malam itu.

Alhamdulillah supir truk selamat.


NAMUN !!!


Beribu orang emosi hilang kesabaran dan waktu, energi terbuang percuma karena kemacetan pamer paha di arteri permata hijau di jam sibuk pulang kantor, keesokan paginya beribu orang terlambat masuk kerja karena hanya satu jalur kereta yang berfungsi, dan berton sampah yang terlambat diangkat karena truk sampahnya kurang satu. Apa hanya "sekian ribu" orang malam itu saja yang menjadi korban, belum tentu ! karena uang pajak rakyat dari tempat lain -- yang tak tahu menahu adanya insiden tersebut -- terpaksa terkuras percuma beli truk sampah baru, ganti tiang listrik baru, perbaikan gerbong KRL, dll.Yah memang tak sebanyak dana yang diperlukan buat gedung DPR baru ya :-(

DUH !!! Mudah2an si supir ingat utk bertaubat, mengingat begitu ramai orang yang menyumpah sudah dibuat susah malam itu, esoknya, dan entah hingga berhari-hari kemudian. Bgm caranya, paling afdhal tentu harus minta maaf ke seluruh khalayak yg dirugikan secara emosi, materi, dll. Mana mungkin rasanya dan tak kan pernah mungkin impas ...

Ternyata untuk membuat kerugian besar itu siapapun bisa.
(buang sampah sembarangan, tawuran, petasan, merusak fasos fasum, balapan liar, upload video porno, mengambil mur baut jalan kereta/jembatan, melanggar lalu lintas, premanisme, dll)
Bertekadlah agar kita tidak pernah membuat orang lain susah.
Berdoa agar kita bukan aktor dan korban nya !

Sepenggal kisah tentang truk yang sudah menggagalkan rencana banyak orang.
Diedit dari tulisan aslinya di FB hari ini.

Oct 5, 2010

Aidil Fitri di Tanah Melayu



Yang paling utama tentunya jemputan aidil fitri. Lengkap dengan kue raya, open house berbagai hidangan, duit raya (salam tempel) dan baju raya. Saling mengunjungi di saat hari raya di Singapura atau Malaysia umumnya berlangsung satu bulan penuh terutama di akhir pekan. Maklum lah dekat sini cuti lebaran itu hanya satu hari sehingga teramat kurang untuk mengunjungi kawan atau sanak saudara, terutama yang memiliki keluarga besar. Berbeda dengan di Indonesia yang dapat full holiday 5 hari penuh, meski harus mengambil dari jatah cuti sendiri. Hebohnya lagi si tuan rumah masih senang hati melayani tamu-tamu nya hingga pukul dua dini hari atau mungkin lebih pagi lagi :-)

Duit raya dibagikan untuk anak2 kecil (usia SD/SMP ke bawah) di dalam amplop kecil. Sejauh ini isinya biasa $2, $5, atau $10 buat yang lebih besar. Mungkin akibat inflasi standar terus meningkat :-) Umumnya anak-anak yang memperoleh duit raya masih ada hubungan kekeluargaan dengan si pemberi. Agak berbeda dengan tradisi di Jakarta atau di Sumatra Barat, dimana anak2 tetangga pun (bahkan kadang tak kenal karena saking dari jauh nya mereka datang), juga kebagian salam tempel. Bank-bank lokal sudah bersiap menyediakan stok uang kertas baru untuk dua perayaan besar ini: Aidil Fitri dan tahun baru Cina.

Ada kalanya satu keluarga akan memesan khusus baju seragam (pakaian sedondon) untuk ayah, ibu, dan anak2 nya terutama warna dan motif yang sama. Mereka akan pergi mengunjungi sanak saudara dengan berombongan sehingga menjadi perhatian bagi siapapun yang melihatnya. Ini contoh menarik diambil dari lelaman cintamanisz.



Hal menarik lain yang menjadi perhatian saya adalah tetap berjalan lancar nya transportasi (bus tetap ada, taxi tak kurang) dan marketing (toko, resto, pasar buka spt biasa). Kondisi ini jauh berbeda bila dibandingkan di negeri kita, yang tiba-tiba saja mayoritas kegiatan terhenti kecuali pusat hiburan dan rekreasi. Bus, angkot, taxi tiba2 menjadi mahluk langka sehingga menyulitkan pergerakan orang-orang yang ingin bersilaturahim mengunjungi famili nya atau sekadar jalan-jalan. Restoran, supermarket, dan pasar tradisional ambil cuti besar sekali setahun sehingga ibu-ibu harus menyimpan persediaan makanan di rumah. Kesimpulan yang pasti dikarenakan di Singapura dan Malaysia, ada cukup jumlah orang2 dari ras atau agama lain yang tidak merayakan aidil fitri, sehingga mereka tetap bekerja seperti biasa. Lagipula toh tanggal merahnya hanya satu (SIN) atau dua hari saja (MAL). Tidak ada perubahan jadwal pada operator2 angkutan umum ! (di negeri kita baru jadwal kereta atau pesawat saja yang tetap business as usual)

Bayangkan pengalaman berhari raya di kampung. Bagi yang tak punya kendaraan pribadi pasti agak kesulitan karena angkot jarang (sehingga seringnya penuh padahal sudah menunggu lama), taksi menghilang, ada juga ojek yang kadang datang dan hanya muat satu orang. Maklumlah angkot atau taksi tsb dipakai pemilik atau supirnya sendiri untuk bawa keluarganya berhari raya he...he..

Di kedua negeri jiran ini pemasangan spanduk atau baligo untuk memperingati hari besar keagamaan adalah lazim. Selain ucapan selamat merayakan yang umum berupa kata-kata saja, para pemimpin atau anggota parlemen (wakil rakyat) di daerah-daerah juga berpose di spanduk atau banner tsb. Spanduk biasa terpasang selama satu bulan di jalan2 kompleks perumahan, di tempat keramaian, dan di kantor2 pemerintahan. Pemasangannya tak sembarangan sehingga tetap menjaga keindahan dan tak membahayakan (semacam spanduk besar di jalan tol atau menutupi rambu lalu lintas). Nanti tiba acara perayaan agama lain, ganti lagi pesan dalam spanduk nya, dan ambil foto lagi tentunya dengan baju yang berbeda :-)





Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1431 H, taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, waj ’alanallahu minal ‘aidin wal faizin