Nov 30, 2006

Front end, Back end



In the semiconductor industry all the process steps a wafer undergoes are called the front-end process, i.e. lithography, diffusion, ion implantation and applying the wiring levels. A wafer may pass through some stations several times, covering a distance of several kilometers in its up to seven-week odyssey. In the end the individual process steps may number as many as 500, all taking place in the front-end production hall, casually referred to simply as the front-end fab.

Front-end fabs are very capital-intensive. Furthermore, automation has reached a high degree. That’s why the labor cost does not make so great an impact on the manufacturing costs and front-end fabs are often also operated in high-wage countries.

Once the wafer has left the front-end fab, it goes to an intermediate storage facility, known as the “die bank”, and from there to the back-end fab. Here the second part of the chip manufacturing process begins. In the back-end process – taking one to two weeks – the wafer is cut up into individual ICs using lasers or dicing saws with diamond blades. They’re tested, assembled, re-tested and at the end they’re packed ready for dispatch.

Compared to front-end fabs, the labor cost in back-end fabs accounts for a larger share of the manufacturing costs. The machines are not as expensive and the proportion of manual work is higher. That’s why back-end sites are mostly located in low-wage countries.

Companies who have specialized exclusively on the front-end process are called foundries. The largest are TSMC, UMC (both in Taiwan), Chartered Semiconductor (Singapore) and SMIC (China).Companies who have specialized exclusively on the back-end process are called back-end subcontractors. The largest are Amkor (USA), ASE, Siliconware Precision (both Taiwan). There the specialization has already progressed to such a stage that some do only the testing and others only the assembly and packaging.
Mastery of front-end and back-end processes alike belongs to the concept of an IDM (Integrated Device Manufacturer). Infineon is an IDM of this kind. What’s more an IDM doesn’t just manufacture its chips, it also develops and markets them itself.

(extracted from IFX Emag 29 Nov 2006, Joe corner)

Nov 23, 2006

Syukur Tanpa Henti

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT,
Salam dan salawat semoga selalu tercurah bagi idola setiap muslim, Rasulullah SAW.

Tak dapat dinafikan lagi itulah dua kalimat yang perlu terus mengalir dengan sadar di dalam hati sanubari dan pikiran umat Islam. Tak terhitung nikmat Allah yang telah kita terima hingga detik ini dan begitu besar kasih sayang Rasulullah SAW dalam menuntun umatnya untuk dapat mengerjakan amal ibadah di dunia ini dengan benar, ikhlas, namun tetap menjaga martabat sebagai manusia sang khalifah di muka bumi.

Kemarin malam saya begitu terheran dan berucap kali mengucap "naudzubillaahi min dzalik" dari acara dokumenter yang membuat berdiri bulu roma (bukan merek biskuit) dari tv lokal. Selepas acara tsb -- mungkin dapat membuat sebagian pemirsa pingsan atau memilih pindah ke saluran acara lain -- saya begitu dalam mencerna "mengapa saya harus bersyukur (lagi) terlahir sebagai seorang muslim di tengah keluarga dan masyarakat muslim yang "insya Allah" sedang menjalankan syariat Islam dengan benar:

  • Lebih umum terlahir sebagai seorang muslim di Indonesia -- yang bagi sebagian orang di dunia dikatakan memiliki ciri khas pemeluk Islam moderat.
  • Lebih khusus hidup di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat yang terlindung dari kejahiliyahan, kurafat dan tahayul yang terbawa dari tradisi nenek moyang.

Ada tiga waktu/peristiwa umum yang dapat kita perhatikan mengapa umat manusia di alaf 21 (abad ke 21) ini menjadi gila, aneh, dan tidak sadar statusnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

1. Ritual dalam agama (sekte/cult), nikah, kematian, menebus dosa, dan masuk usia dewasa

Banyak dapat diamati bagaimana ritual2 yang tidak masuk akal dilakukan para pemeluk agama/kepercayaan. Agama mengatur tatacara ibadah kepada Tuhan, namun apabila ritual tersebut sampai memaksa pengikutnya untuk melukai diri atau orang lain, menyengsarakan mahluk lain, kesurupan, mabuk (karena makan atau minum yang tidak baik), dll tentunya sudah tidak masuk akal (baca: mengerikan, menjijikkan) dan tak dapat dipertanggungjawabkan.

Itu sisi sekte yang amat mengerikan, namun jangan salah ada juga yang menganggap ringan ritual "ibadah" di dalam kepercayaan mereka. Ibadah menjadi terkesan main-main dan hanya dipakai untuk pelampiasan rasa bersalah untuk beberapa saat saja. Model kepercayaan seperti ini pun banyak bermunculan baik di negara terbelakang atau di negara maju sekalipun. Mana ada untuk menebus dosa atau menolak bala, lalu pengikutnya bertindak aneh yang cenderung membuat dosa lagi (seperti melampiaskannya pada orang/mahluk lain dalam upacara sesajen atau korban) atau justru minta ampun via manusia lain (dan menimpakan dosa itu ke manusia lain yang sudah mati).

Jangan heran bila sekte atau aliran agama yang sudah teramat jauh meninggalkan akal pikiran sehat pengikutnya ini dapat menghimpun dana super yang digunakan untuk membuat megah tempat ibadah mereka dengan emas, berhala2 raksasa, dan bangunan2 bisu yang menjulang tinggi. Sementara itu di lain pihak: umat mereka begitu miskin, pendeta2 mereka [diajari] mengemis, dan isi ritual tiada lain hanyalah tahayul semata. Naudzubillaahi min'dzaliik.

Ritual yang berakar dari tradisi jahiliyah ini juga merasuk ke acara2 lain seperti perhelatan nikah dan penyelenggaraan kematian. Amat janggal rasanya keluarga miskin yang terpaksa mencari utangan di sana sini demi mempersiapkan upacara2 adat yang amat mahal dan mubazir. Malah anggota keluarga mereka rela berkorban nyawa demi kemuliaan keluarga besar mereka. Belum lagi acara duka yang harus diperingati tiap hari/bulan/tahun keramat oleh ahli waris secara besar2an. Pada akhirnya yang menikmati memang masyarakat sekitar sana juga ... makan gratis, mabuk sepuasnya, berjudi, dll. Belum lagi ahli waris yang dibebani biaya2 selanjutnya untuk membangun kubur (kadang sampai butuh nisan raksasa atau dibawa ke bukit/gunung tinggi untuk menyimpan si mayit) dan merawatnya sampai bangkrut.

Nah berangkat ke ritual lain yaitu penebusan dosa. Setelah menyaksikan beberapa tayangan di tivi (Irak, India, Meksiko, Filipina), sepertinya ada benang merah yang mirip. Para penganut agama atau sekte menganiaya dirinya sendiri (atau dengan bantuan orang lain, yang amat mungkin anggota keluarganya sendiri) dalam rangka "membebaskan" diri dari "dosa di dunia dan akhirat" Mungkin pemeluk agama lain merasa "lebih cerdas dan manusiawi" karena cukup dengan pengakuan dosa saja maka dosa2 nya terampuni. Koq rasanya mudah sekali orang2 itu melepaskan dosa dan mungkin melakukannya lagi di kemudian hari. Namun memang, membebaskan dosa dengan menganiaya diri adalah lebih konyol !

Terakhir yang tak kalah gilanya adalah upacara di saat seorang laki-laki memasuki usia dewasa. Nah ada satu dokumenter berasal dari Papua New Guinea. Mereka mempercayai bahwa nenek moyang mereka adalah buaya. Di saat seorang pria memasuki usia dewasa, sekurang2nya satu kali dalam hidupnya (antara usia 18 - 35 tahun), mereka perlu melalui upacara "mengukir kulit" yang membuat kulit mereka bersisik seperti buaya dewasa. Jelas saja itu akan banyak mengeluarkan darah dan menyakitkan, namun mereka percaya bahwa darah itu adalah darah yang mengalir ke dalam tubuh seorang lelaki saat ia berada dalam rahim ibunya. Darah tersebut adalah darah wanita dan harus dibuang, sehingga sisa darah yang tinggal nanti adalah "murni" darah laki-laki. Laki-laki yang sukses melalui upacara ini adalah pria sejati yang sanggup mengarungi kehidupan tanpa gentar. OMG !

2. Tidak puas akan fitrah

Apa yang dapat seseorang lakukan apabila ia sudah tidak rela melihat fitrahnya. Frustasi dan lari dari kenyataan. Bunuh diri atau melawan kodratnya. Bunuh diri sudah amat sering beritanya. Ada satu trend edan abad ini yaitu transformasi wanita menjadi pria secara permanen (Female-To-Male transgender). Ini bukan sembarangan karena transformasi adalah permanen, bukan sekadar menjadi waria di malam hari atau di tempat kerja saja (salon, butik, penata gaya, dll). Sampai mana proses permak ini dapat dilakukan ? Tentunya tergantung modal (baca: uang, pengetahuan, dan sarana/tenaga ahli) dan keberanian si pelaku. Ini jelas suatu tindakan berbahaya yang mahal, menyakitkan (sekurang2nya jasmani yang merasakan) , dan beresiko fatal.

Seorang profesor antropolog Kristen ortodoks mengatakan hanya orang2 yang tak percaya agama dan hari akhir saja yang nekad berbuat macam ini. Bayangkan tubuh sehat begitu koq yach dipermak (baca: dibuang bagian2 yang "tak" perlu nya). OMG!

3. Menyikapi kegagalan hidup

Rasulullah SAW pernah bersabda kira2 macam ini: "Sungguh unik urusan orang yang beriman itu. Semua urusannya, baik baginya. Jika ia memperoleh kegembiraan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, dia bersabar, dan itu baik baginya" (HR Muslim).

Nah kurang apalagi petuah Rasulullah bagi orang beriman. Hadapi dengan positif sisa usia ini. Jangan mudah menyerah dan bekerjalah untuk ridha Allah yang luasnya seluas alam semesta ini. Hanya kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kita percayakan sebagai tempat mengadu segala kesedihan dan problematika hidup dan kepada Nya jualah kita berbagi kebahagiaan.

Namun ada kalanya kita kurang sabar dan ingin segala sesuatunya terjadi secepat yang kita mau. Tanpa mau mengikuti sunnatulah dan proses, inilah yang menyebabkan banyak pecundang2 di kalangan orang Islam sendiri. Terlampau banyak bermimpi tanpa mau memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman.

Masa jahiliyah
Dari tiga pokok bahasan di atas, nyata bagi kita bahwa tak peduli bahwa saat ini zaman sudah berubah namun kejahiliyahan tetap wujud. Bentuknya saja yang berganti-ganti namun esensinya sama. Kejahiliyahan yang menyebabkan manusia lupa siapa ia sebenarnya dan mengapa ia dilahirkan ke dunia ini. Lupa akan akal yang telah dianugerahkan pada dirinya dan tak mau mengakui kekuatan super yang mengatur kehidupan di alam semesta ini. Mengapa manusia modern masih mau percaya (dan takut) pada dukun, ramalan nasib, zodiak, dll. Mengapa surga itu begitu mudah dibeli hanya dengan pengampunan dosa dan mengapa neraka itu mereka anggap tak ada dan malaikat penunggu neraka dapat disogok agar hukuman menjadi ringan ? Mengapa masih perlu memanggil arwah orang mati untuk "meluluskan" keinginan, mengapa masih percaya akan jimat, mengapa perlu menyogok hantu lapar dengan buah2an dan kue yang asam dan tidak enak, mengapa perlu membakar mobil kertas dan uang kertas untuk arwah di alam baka, ... ?

Lambat laun, generasi baru pun lahir. Mereka heran dengan ritual2 tak masuk akal ini, mereka berontak, dan meninggalkan segala ritual tradisi ini. Mereka akan bergabung dengan sekte2 baru yang juga tak akan memberikan solusi selain kepahitan hidup di saat depresi. Organisasi2 semacam free-thinker, freemasonry, dan faham pluralisme adalah contoh2 kebablasan di zaman modern ini.

Tulisan ini dibuat untuk membuka mata kita sebagai seorang muslim. Ini hanya mengingatkan kita untuk tak segan bersyukur di tiap saat. Kita tak perlu menertawakan pihak manapun yang masih berkubang dalam kejahiliyahan. Malahan kita perlu mendoakan agar Allah membukakan pintu petunjuk dalam hati mereka.

Nov 11, 2006

Lima Ketangguhan

Singapura
(Sansekerta lit. Singam=singa, Puram=kota)
Temasek
(Jawa lit. kota laut)

Red dot
Negeri titik merah tempat kami tinggal saat ini sebenarnya hanyalah sebuah pulau seluas 697 km2 (2004) -- tak lebih besar dari kota Jakarta. Bayangkan dengan luas negeri ini saat melepaskan diri dari Malaysia (1964) , konon kabarnya hanya
581 km2 saja. Reklamasi pantai yang gila-gilaan memanfaatkan berjuta meter kubik pasir legal dan ilegal dari Indonesia telah membuat pulau ini mengembang 3 km2 per tahun !. Hal ini akan terus berlangsung, seperti diprediksikan hingga tahun 2030 luas Singapura akan bertambah 100 km2 lagi. Kalau perdagangan pasir dengan kepulauan Riau bersih tanpa kkn tentunya ini akan menjadi sumber pendapatan non-migas yang cukup untuk memperindah prasarana di provinsi yang baru resmi tahun 2004 dengan ibukota Tanjung Pinang itu.

Meski luasnya hampir setara dengan Jakarta kini, jumlah penduduk nya -- penduduk asli (citizen) + penduduk menetap (permanent residence) -- hanyalah setengah rakyat Jakarta yang tercatat di malam hari. Faktor utama sedikitnya jumlah penduduk adalah tingginya biaya hidup dan gaya hidup sebagai pecandu kerja (work alcoholic) yang cenderung mendahulukan karir dibanding berkeluarga.

Ketangguhan di segala aspek

Pertahanan Menyeluruh (PM) adalah terjemahan bebas Total Defence ke dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak dipaksakan juga kalau kita pakai istilah Pertahanan Bersepadu (Melayu) atau Pertahanan Komprehensif (
Engdonesia). PM diacu pada tahun 1984 dari konsep yang telah diterapkan lebih dahulu di beberapa negara kecil di Eropa seperti Swiss, Swedia dan Denmark.

Pada dasarnya PM membutuhkan partisipasi aktif setiap individu. PM mencakup segala aktivitas sehari-hari yang bertujuan untuk terus meningkatkan ketangguhan Singapura sebagai sebuah negara berdaulat. PM tidak hanya memikirkan ketangguhan sarana dan personil militer saja (baik tentara maupun dari rakyat sipil), namun sampai kepada hal-hal yang lumrah dan mungkin remeh (imho) seperti ikut serta dalam latihan keadaan siaga/darurat, meningkatkan kemahiran dalam bekerja, menekuni bidang baru, menjalin hubungan erat antar kaum dan agama, dan ... rasa bangga sebagai orang Singapura.

Alasan dibutuhkannya PM sederhana saja: (1) Negeri kecil yang baru melalui usia 4 dasawarsa ini tidak akan mampu hanya bertumpu dari angkatan bersenjata reguler yang siap tempur dalam jumlah besar. (2) Ini yang terpenting menurut saya: bahwa perang di zaman edan ini sudah tidak lagi terbatas pada peperangan terbuka antara dua kubu militer. Oleh karenanya seluruh rakyat harus dapat dimobilisasi untuk bela negara dan sikap siaga/waspada harus selalu hidup dalam sanubari tiap individu karena musuh saat ini dapat hadir dalam berbagai "rasa dan warna" yang mematikan -- tanpa perlu embel-embel militer sekalipun.









  1. Ketangguhan militer
    Tidak dapat dinafikan ini adalah arti sejati ketangguhan negara secara fisik terhadap ancaman dari dalam ataupun serangan dari luar wilayah kedaulatan. Mempersiapkan aspek personil dan aspek sarana dalam menghadapi agresi militer maupun ancaman non-konvensional seperti terorisme, pembajakan, perang dunia maya (cyberwar), perang kimia/biologi/sinar-kosmik, dll. Angkatan bersenjata (SAF) dan gerakan wajib militer (NS) adalah dua tulang punggung aktif sektor ini.
  2. Ketangguhan sipil
    Sektor ini memiliki tugas melayani penduduk sipil di saat serangan meletus, kondisi siaga, bencana alam, dll. Memberikan pertolongan pertama, tindakan penyelamatan, dan evakuasi korban adalah tugas pokok sektor ini. Di masa tenang, mereka punya tugas lain yang tak kalah penting, yakni mendidik masyarakat awam dalam menghadapi situasi gawat seperti memberi brosur, latihan massal, menginformasikan tempat2 darurat semacam "shelter" perlindungan, sumber air/makanan/darah dll.
  3. Ketangguhan ekonomi
    Membangun perekonomian yang kuat adalah modal penting untuk kelangsungan hidup negara di saat senang ataupun sulit. Ekonomi yang morat-marit akan mudah memicu konflik sosial dalam negeri dan sikap anti-pemerintah. Pemerintah, pengusaha dan serikat buruh bahu membahu untuk menciptakan pondasi ekonomi yang kuat yang tidak mudah goyah di kala krisis, menciptakan program2 antisipasi (contingency plan), dan "menimbun" sumber2 daya vital yang amat berguna. Di saat tentara dan penduduk sipil dikerahkan untuk membela negara, kantor dan pabrik harus tetap dapat berjalan normal. Masyarakat pun selalu diingatkan untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan menekuni kemahiran2 baru yang membuat mereka tetap "layak" dipekerjakan di era globalisasi ini (kata kunci: belajar seumur hidup dan siap dilatih lagi kapan pun).
  4. Ketangguhan sosial
    Mengupayakan keharmonian antar ras dan agama adalah hal penting untuk menciptakan kedamaian dan stabilitas di dalam negara. Tiap anggota masyarakat digalakkan untuk sadar dan dapat memahami perbedaan tradisi dan budaya etnis lain di sekeliling mereka. Memupuk kepekaan sosial terhadap mereka yang kurang beruntung (dari segi jasmani, keuangan, dll) dan keinginan membantu sesama tanpa memandang ras, bahasa atau agama.
  5. Ketangguhan jiwa
    Bangga, setia dan bersedia berjuang demi negara. Tiap individu menjadi bagian penting untuk mempertahankan dan melindungi apapun yang dimiliki terutama menyangkut kedaulatan dan kemerdekaan. Tujuan bersama, kebulatan tekad, dan keteguhan adalah faktor utama yang membuat bangsa ini tidak mudah menyerah dan menggapai sukses.

Bagaimana dengan konsep Islam

Kelima pilar ketangguhan yang diulas singkat tadi cukup lengkap untuk kelangsungan dan keutuhan sebuah negara. Konsepnya mudah dipahami namun dibutuhkan keseriusan dan kedisiplinan untuk terus mengasah dan mengujinya dari generasi ke generasi. Apa yang dapat menjaga agar semangat menjaga kelima pilar tadi tetap berkobar sepanjang zaman ?

Sejarah Islam menunjukkan bahwa konsep2 diatas bukanlah sesuatu yang baru. Rasulullah dan generasi pemerintahan di masa sahabat telah mampu membawakan Islam sebagai sebuah tatanan hidup lengkap (syumul), yang tak memiliki batas ruang dan waktu. Tatanan hidup yang memiliki landasan kokoh (al Quran dan as Sunnah) dan satu tujuan utama (ikhlas mencapai keridhaan Allah SWT). Metode pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masa/tempat/generasi dan tak terkesan otoriter sehingga Islam wujud sebagai rahmat bagi alam semesta (manusia dan alam seisinya):

  • menghindari penindasan antar sesama
  • saling menghormati hak dan amanah menjalankan kewajiban.
  • kesetaraan manusia sebagai mahluk hamba Allah.
  • mengutamakan musyawarah/mufakat di atas suara terbanyak.
  • mengatur pendistribusian kekayaan sehingga tiada istilah jurang kekayaan/kemiskinan.

Islam memberikan solusi kompak di atas pondasi kokoh universal, yang takkan lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, berupa al-Quran dan as-Sunnah. Al-Quran dan as-Sunnah menjadi pondasi kelima pilar pembangunan serta menjadi pedoman dalam pelaksanaan setiap unit kerja pada masing2 aspek.

Wallahu a'lam bis shawwab,

Catatan lepas:
(1) Informasi lebih lanjut dapat dijelajah di internet dengan kata kunci: departemen hankam (MINDEF), angkatan bersenjata (SAF), program wajib militer (NS), layanan sipil (SCDF), prasarana tempur (DSTA, Singapore Technologies).

(2) Total Defence diperingati tiap tahun pada tanggal 15 Februari (bertepatan dengan hari penyerahan Singapura pada tentara Jepang di tahun 1942).

Nov 5, 2006

Jemputan Aidil Fitri

Alhamdulillah setelah sekian lama tidak berhari raya di Singapura, kini kesempatan itu datang kembali. Merayakan aidil fitri bersama keluarga "asli" Singapura. Kebetulan dekat tempat tinggal kami di Bedok memang ramai keluarga Melayu. Menyapa makcik dan pakcik, jemputan makanan khas ala Melayu Singapura, baju hari raya seragam sekeluarga, bersilaturahmi hingga malam hari, lampu hias berkelap kelip di sekeliling flat, bagi-bagi salam tempel untuk si kecil, dan berhari raya hingga sebulan lamanya.

Acara wajib tentunya mengunjungi nenek kakek kami sendiri (+ anak , menantu dan cucu + cicit nya) yang tinggal di Tampines Street 83. Nenek dan kakek ini bukanlah kandung dari orang tua di Jakarta, namun dari struktur adat/keluarga masih ada pertalian darah. Mereka sudah lama merantau di Singapura, sekitar 30 tahun lebih dan sudah menjadi warga Singapura. Ada 3 anak perempuan dan 2 anak lelaki yang juga sudah menikah dengan warga di sini juga.

Jemputan selanjutnya tentulah mengunjungi rumah oom dan tante tadi. Syukur juga tempat tinggal mereka berdekatan di kawasan timur saja, dimulai dari Chai Chee, Bedok, Tampines, dan Pasir Ris.

elwis-iman, saleh-nelly, mohd-za, marshal-lina, mazlan-fitri elis-elsa, elvi-eliana, diana-marissa, tina-masyitha