Segala puji dan syukur kepada Allah SWT,
Salam dan salawat semoga selalu tercurah bagi idola setiap muslim, Rasulullah SAW.
Tak dapat dinafikan lagi itulah dua kalimat yang perlu terus mengalir dengan sadar di dalam hati sanubari dan pikiran umat Islam. Tak terhitung nikmat Allah yang telah kita terima hingga detik ini dan begitu besar kasih sayang Rasulullah SAW dalam menuntun umatnya untuk dapat mengerjakan amal ibadah di dunia ini dengan benar, ikhlas, namun tetap menjaga martabat sebagai manusia sang khalifah di muka bumi.
Kemarin malam saya begitu terheran dan berucap kali mengucap "naudzubillaahi min dzalik" dari acara dokumenter yang membuat berdiri bulu roma (bukan merek biskuit) dari tv lokal. Selepas acara tsb -- mungkin dapat membuat sebagian pemirsa pingsan atau memilih pindah ke saluran acara lain -- saya begitu dalam mencerna "mengapa saya harus bersyukur (lagi) terlahir sebagai seorang muslim di tengah keluarga dan masyarakat muslim yang "insya Allah" sedang menjalankan syariat Islam dengan benar:
- Lebih umum terlahir sebagai seorang muslim di Indonesia -- yang bagi sebagian orang di dunia dikatakan memiliki ciri khas pemeluk Islam moderat.
- Lebih khusus hidup di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat yang terlindung dari kejahiliyahan, kurafat dan tahayul yang terbawa dari tradisi nenek moyang.
Ada tiga waktu/peristiwa umum yang dapat kita perhatikan mengapa umat manusia di alaf 21 (abad ke 21) ini menjadi gila, aneh, dan tidak sadar statusnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
1. Ritual dalam agama (sekte/cult), nikah, kematian, menebus dosa, dan masuk usia dewasa
Banyak dapat diamati bagaimana ritual2 yang tidak masuk akal dilakukan para pemeluk agama/kepercayaan. Agama mengatur tatacara ibadah kepada Tuhan, namun apabila ritual tersebut sampai memaksa pengikutnya untuk melukai diri atau orang lain, menyengsarakan mahluk lain, kesurupan, mabuk (karena makan atau minum yang tidak baik), dll tentunya sudah tidak masuk akal (baca: mengerikan, menjijikkan) dan tak dapat dipertanggungjawabkan.
Itu sisi sekte yang amat mengerikan, namun jangan salah ada juga yang menganggap ringan ritual "ibadah" di dalam kepercayaan mereka. Ibadah menjadi terkesan main-main dan hanya dipakai untuk pelampiasan rasa bersalah untuk beberapa saat saja. Model kepercayaan seperti ini pun banyak bermunculan baik di negara terbelakang atau di negara maju sekalipun. Mana ada untuk menebus dosa atau menolak bala, lalu pengikutnya bertindak aneh yang cenderung membuat dosa lagi (seperti melampiaskannya pada orang/mahluk lain dalam upacara sesajen atau korban) atau justru minta ampun via manusia lain (dan menimpakan dosa itu ke manusia lain yang sudah mati).
Jangan heran bila sekte atau aliran agama yang sudah teramat jauh meninggalkan akal pikiran sehat pengikutnya ini dapat menghimpun dana super yang digunakan untuk membuat megah tempat ibadah mereka dengan emas, berhala2 raksasa, dan bangunan2 bisu yang menjulang tinggi. Sementara itu di lain pihak: umat mereka begitu miskin, pendeta2 mereka [diajari] mengemis, dan isi ritual tiada lain hanyalah tahayul semata. Naudzubillaahi min'dzaliik.
Ritual yang berakar dari tradisi jahiliyah ini juga merasuk ke acara2 lain seperti perhelatan nikah dan penyelenggaraan kematian. Amat janggal rasanya keluarga miskin yang terpaksa mencari utangan di sana sini demi mempersiapkan upacara2 adat yang amat mahal dan mubazir. Malah anggota keluarga mereka rela berkorban nyawa demi kemuliaan keluarga besar mereka. Belum lagi acara duka yang harus diperingati tiap hari/bulan/tahun keramat oleh ahli waris secara besar2an. Pada akhirnya yang menikmati memang masyarakat sekitar sana juga ... makan gratis, mabuk sepuasnya, berjudi, dll. Belum lagi ahli waris yang dibebani biaya2 selanjutnya untuk membangun kubur (kadang sampai butuh nisan raksasa atau dibawa ke bukit/gunung tinggi untuk menyimpan si mayit) dan merawatnya sampai bangkrut.
Nah berangkat ke ritual lain yaitu penebusan dosa. Setelah menyaksikan beberapa tayangan di tivi (Irak, India, Meksiko, Filipina), sepertinya ada benang merah yang mirip. Para penganut agama atau sekte menganiaya dirinya sendiri (atau dengan bantuan orang lain, yang amat mungkin anggota keluarganya sendiri) dalam rangka "membebaskan" diri dari "dosa di dunia dan akhirat" Mungkin pemeluk agama lain merasa "lebih cerdas dan manusiawi" karena cukup dengan pengakuan dosa saja maka dosa2 nya terampuni. Koq rasanya mudah sekali orang2 itu melepaskan dosa dan mungkin melakukannya lagi di kemudian hari. Namun memang, membebaskan dosa dengan menganiaya diri adalah lebih konyol !
Terakhir yang tak kalah gilanya adalah upacara di saat seorang laki-laki memasuki usia dewasa. Nah ada satu dokumenter berasal dari Papua New Guinea. Mereka mempercayai bahwa nenek moyang mereka adalah buaya. Di saat seorang pria memasuki usia dewasa, sekurang2nya satu kali dalam hidupnya (antara usia 18 - 35 tahun), mereka perlu melalui upacara "mengukir kulit" yang membuat kulit mereka bersisik seperti buaya dewasa. Jelas saja itu akan banyak mengeluarkan darah dan menyakitkan, namun mereka percaya bahwa darah itu adalah darah yang mengalir ke dalam tubuh seorang lelaki saat ia berada dalam rahim ibunya. Darah tersebut adalah darah wanita dan harus dibuang, sehingga sisa darah yang tinggal nanti adalah "murni" darah laki-laki. Laki-laki yang sukses melalui upacara ini adalah pria sejati yang sanggup mengarungi kehidupan tanpa gentar. OMG !
2. Tidak puas akan fitrah
Apa yang dapat seseorang lakukan apabila ia sudah tidak rela melihat fitrahnya. Frustasi dan lari dari kenyataan. Bunuh diri atau melawan kodratnya. Bunuh diri sudah amat sering beritanya. Ada satu trend edan abad ini yaitu transformasi wanita menjadi pria secara permanen (Female-To-Male transgender). Ini bukan sembarangan karena transformasi adalah permanen, bukan sekadar menjadi waria di malam hari atau di tempat kerja saja (salon, butik, penata gaya, dll). Sampai mana proses permak ini dapat dilakukan ? Tentunya tergantung modal (baca: uang, pengetahuan, dan sarana/tenaga ahli) dan keberanian si pelaku. Ini jelas suatu tindakan berbahaya yang mahal, menyakitkan (sekurang2nya jasmani yang merasakan) , dan beresiko fatal.
Seorang profesor antropolog Kristen ortodoks mengatakan hanya orang2 yang tak percaya agama dan hari akhir saja yang nekad berbuat macam ini. Bayangkan tubuh sehat begitu koq yach dipermak (baca: dibuang bagian2 yang "tak" perlu nya). OMG!
3. Menyikapi kegagalan hidup
Rasulullah SAW pernah bersabda kira2 macam ini: "Sungguh unik urusan orang yang beriman itu. Semua urusannya, baik baginya. Jika ia memperoleh kegembiraan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, dia bersabar, dan itu baik baginya" (HR Muslim).
Nah kurang apalagi petuah Rasulullah bagi orang beriman. Hadapi dengan positif sisa usia ini. Jangan mudah menyerah dan bekerjalah untuk ridha Allah yang luasnya seluas alam semesta ini. Hanya kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kita percayakan sebagai tempat mengadu segala kesedihan dan problematika hidup dan kepada Nya jualah kita berbagi kebahagiaan.
Namun ada kalanya kita kurang sabar dan ingin segala sesuatunya terjadi secepat yang kita mau. Tanpa mau mengikuti sunnatulah dan proses, inilah yang menyebabkan banyak pecundang2 di kalangan orang Islam sendiri. Terlampau banyak bermimpi tanpa mau memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman.
Masa jahiliyah
Dari tiga pokok bahasan di atas, nyata bagi kita bahwa tak peduli bahwa saat ini zaman sudah berubah namun kejahiliyahan tetap wujud. Bentuknya saja yang berganti-ganti namun esensinya sama. Kejahiliyahan yang menyebabkan manusia lupa siapa ia sebenarnya dan mengapa ia dilahirkan ke dunia ini. Lupa akan akal yang telah dianugerahkan pada dirinya dan tak mau mengakui kekuatan super yang mengatur kehidupan di alam semesta ini. Mengapa manusia modern masih mau percaya (dan takut) pada dukun, ramalan nasib, zodiak, dll. Mengapa surga itu begitu mudah dibeli hanya dengan pengampunan dosa dan mengapa neraka itu mereka anggap tak ada dan malaikat penunggu neraka dapat disogok agar hukuman menjadi ringan ? Mengapa masih perlu memanggil arwah orang mati untuk "meluluskan" keinginan, mengapa masih percaya akan jimat, mengapa perlu menyogok hantu lapar dengan buah2an dan kue yang asam dan tidak enak, mengapa perlu membakar mobil kertas dan uang kertas untuk arwah di alam baka, ... ?
Lambat laun, generasi baru pun lahir. Mereka heran dengan ritual2 tak masuk akal ini, mereka berontak, dan meninggalkan segala ritual tradisi ini. Mereka akan bergabung dengan sekte2 baru yang juga tak akan memberikan solusi selain kepahitan hidup di saat depresi. Organisasi2 semacam free-thinker, freemasonry, dan faham pluralisme adalah contoh2 kebablasan di zaman modern ini.
Tulisan ini dibuat untuk membuka mata kita sebagai seorang muslim. Ini hanya mengingatkan kita untuk tak segan bersyukur di tiap saat. Kita tak perlu menertawakan pihak manapun yang masih berkubang dalam kejahiliyahan. Malahan kita perlu mendoakan agar Allah membukakan pintu petunjuk dalam hati mereka.
No comments:
Post a Comment