Jun 28, 2011

Mudahnya Memvonis !

Lha ... kalau saya sendiri pelakunya, bagaimana ?

*****

Bukan sekali dua kali, jujurly kadang saya terperangkap beragam kemudahan dikarenakan sesuatu privilege dari luar. Akhirnya kita memperoleh fasilitas tsb sementara orang lain tidak mendapatkannya. Apa ini suatu kesalahan ?

Di lain waktu kita berteriak,
(1) Wooeeey mentang-mentang anggota Dpr, seenaknya x#$@&**!.
(2) Lihat tuh pakai stiker elang noleh kiri, makanya berani pakai busway.
(3) Hmm pantas, dikawal pengawal berseragam rupanya, makanya tak harus antri.

Itu semua lagi-lagi hanya di negeri tertjinta burung garuda kan ...
(atau di negeri lain jg begitu)

Tapi kalau saya sendiri yg memperolehnya bagaimana ?
Haruskah menolak status khusus itu dengan alasan idealis, takut dosa ?

Padahal keistimewaan tsb nggak meriah-meriah amat, apalagi bersifat korupsi atau kolusi. Bukan fasilitas yg menghajar hajat hidup orang banyak ...

Contohnya ...

1. Tak sengaja dibawa supir taxi nekad menembus busway di tengah kemacetan sore. Jujurly saya "memerlukannya" krn harus cepat tiba di rumah mengejar Maghrib.
2. Dibawa jalur khusus tanpa antri di bandara krn "kebetulan" bertemu saudara yg pejabat bandara.
3. Menikmati layanan kelas satu krn kebetulan travelling bersama bos besar. Jadi kecipratan entertaint nya si boss :-)

Saya merasakan ini berbeda jika kita yg mengusahakannya sendiri. Misalnya berhasil memperoleh beasiswa krn perjuangan ekstra, mendapat tiket menginap gratis krn anak kita lulus dgn nilai terbaik, tiba2 diupgrade jadi penumpang first class krn sering terbang, kupon belanja krn dapat durian runtuh di reuni kampus dll.

Hmmm....

Rasanya diri ini memang masih belum layak bermimpi jadi pejabat pelayan masyarakat.
Krn jujurly masih "menikmati" segala kemudahan yg suka saya tuduhkan pada pejabat :-(

Asal Teriak Saja
Kadang masyarakat meminta agar pejabat publik menjadi teladan. Sementara di saat pejabat yg baru diangkat kurang dari tiga puluh hari itupun belum tahu benar seluk beluk jabatan / kewenangan yg dimilikinya. Boro-boro ngomong teladan ... selain akal dan hati nurani saja panutannya. Jika sang pejabat saja belum tahu, belum pernah lihat contract letter nya sebagai pejabat, apalagi publik yg hanya jadi penonton.

Hal-hal lain seperti fasilitas yg diterima si pejabat di hari ia resmi menjabat. Apa saja itu ? Bisa jadi itu memang sudah satu paket, yg jika mau di"adjust" spt dari *volvo jadi kijang* atau *downgrade dari rumah mewah ke rumah biasa*, agak susah krn semua sudah dianggarkan. Penerima fasilitas hanya mampu mengatur diri terhadap biaya yg berjalan ke depan misalnya tak boros listrik/air/telp/bensin (meski semua dibayari), mengurangi waktu kunjungan, booking hotel 4* instead 5*, travel economy class instead biz class, tak membawa keluarga saat urusan dinas dll. Bahkan si pejabat pun biasanya tak dapat berbuat apa-apa di saat ia baru tahu bahwa ia berlangganan 10 surat kabar tanah air tiap hari, 10 majalah tiap minggu, hingga bingung bagaimana mengatur waktu membaca itu semua. Belum lagi langganan yg lainnya ...

Jadi apakah pantas kita berteriak sementara kita hanya penonton yg kurang periksa. Sementara ulah kita pun tak lebih baik dari si pemain atau bahkan bila diamanahi jabatan yg sama malah lebih konyol dari itu. Satu contoh keseharian yang sudah membudaya di jalan adalah hobby mengekor iringan ambulans, vorrijder pejabat, motor2 pengarak bendera kuning ke TPU tanpa sadar ulahnya membuat antrian kekesalan yg tambah panjang. Lha ... para supirs/bikers pengekor ini pun kalau tak salah paling lantang teriaknya saat mendemo :-(

*foto comot di sini.

Jun 27, 2011

Paspor Basah

Namanya musibah orang bepergian jauh itu macam-macam. Ada yg kelupaan perkakas tempur, telat krn macet, delay/batal berangkat, bermasalah di imigrasi, hingga yg ekstrem macam kapal karam atau hidung pesawat mencium tanah. Jika dalam dua bulan ini banyak WNI yg tinggal di luar negeri memaki petugas imigrasi karena tertahan KTKLN, alhamdulillaah kami "dimuluskan" jalan oleh mereka, meski perkakas sakti yaitu paspor kami is not in the good shape. Paspor berlogo garuda bungkus hijau itu memang acap menimbulkan masalah di luar negeri sehingga banyak yg mengganti bungkus luar atau logo nya sekalian :-) Mungkin petugas imigrasi di luar negeri itu tak percaya koq orang Indonesia bisa sampai ke negeri mereka he..he..

Paspor kami basah, tersiram botol air yang tak tertutup rapat di dalam tas akhir tahun lalu. Akibatnya coretan paraf Pak Kabul yg bertinta hijau itu luntur tinggal bayangan hijau saja. Stempel-stempel cap imigrasi pun ikut menjadi pelangi warnanya mengikut rembesan air di tiap halaman.

Sekurang2 nya ada tiga embarkasi yang membantu kami dengan *catatan* "Pak, nanti paspor nya segera diganti ya, malu kita nanti". Atau "Ini paspor rusak, coba Bapak bertemu pimpinan kami di kantor, saya tak berani beri izin keberangkatan".

Alhamdulillaah pihak imigrasi Indonesia mau membantu (tanpa tanda kutip nih). Kepala dan hati perlu tetap
cool, mencoba berargumen dgn rasional krn kami yg salah, dan tidak menyengaja check-in "last minute" yg jelas membuat adrenalin emosi meningkat eksponensial.

Yang paling berkesan baru saja minggu lalu saat kami menikmati kota kecil yg indah bernama Tanjung Pinang. Baru tiba dari feri, diajak masuk kantor. Tiga hari kemudian saat mau keluar, masuk kantor lagi. Saya buang jauh-jauh imajinasi negatif tentang aparat imigrasi karena memang selama ini hampir tak ada masalah dengan mereka. Waktu memang terbuang sekitar 30 menitan krn petugas cap imigrasi tak berani ambil keputusan hingga harus lapor ke atasannya, dan atasannya perlu bertemu lagi dengan
supervisor nya, gara2 paspor basah ini. Malahan si pak supervisor tadi ceritanya perlu konfirmasi lagi ke Singapura. Sabar ilmunya, menjadi good gentleman aja lah. Selesai jg urusannya, izin masuk keluar diperoleh, jabat erat, malah pakai dikawal juga untuk kelancaran urusan :-)

Jelaslah husnudzan tiap saat itu perlu. Hindari emosi dan coba ikuti protokol mereka. Yang saya tangkap dari petugas2 di lapangan ini adalah mereka takut untuk mengambil keputusan krn menghindari diperkarakan di kemudian hari. Mereka khawatir apabila kami ditolak masuk di negara tujuan dan akhirnya dipulangkan, nah nanti diusut siapa yg memberi cap/paraf. Padahal di negara tujuan, hal-hal semacam ini tak terlampau diperhatikan karena mereka lebih peduli pada visa dan lembar identitas
(yg tak ikut2 an basah) dan tak begitu peduli siapa yang menandatangani paspor atau stempel2 imigrasi sebelumnya.

Well done sir, keep up good service !

Apa ada yg punya pengalaman sama ? Apa buku yg basah ini perlu ganti baru, apa cukup ditandatangan ulang saja ?

*sebagaimana pernah ditulis di milis Imas

Scriptures and Sculptures

[Pertanyaan]
Apakah "sculpture" dalam pengajaran agama berdampak positif bagi pemeluknya misalnya lebih paham, lebih tertanam pesannya, mudah dimengerti anak2) dibandingkan mengajarkan secara "scriptures" (lisan/baca/tulis) saja ?

[Baca terus ...]

Selintas fikiran di malam Minggu lalu saat kami menghadiri forum Isra' Mi'raj yang diadakan Jamiyah Singapura di stadion Bedok. Giliran penceramah kedua, seorang da'i populer dari negeri jiran Malaysia (Ust Badli Shah Alauddin), mencoba membandingkan kisah kehebatan/mujizat nabi-nabi zaman dahulu dengan kisah luar biasa Rasulullah SAW menempuh perjalanan kurang dari satu malam menuju terminal teratai (Sidratul Muntaha).

Ust Badli memulai ceramahnya dengan membawakan sebuah pertanyaan yang pernah diajukan seorang pemuka Yahudi kepada khalifah Umar bin Khattab ra tentang "Lima Makhluk yang Hadir ke Muka Bumi ini tanpa Ibu nya". Pemuka Yahudi tadi berjanji jika ia memperoleh jawaban dari pertanyaan tsb maka ia akan masuk Islam dan akan mengajak pula beratus pengikutnya memasuki Islam pula. Kalau kata orang Melayu, ini soalan pelik (
suseeh boo ... ), dan memang khalifah Umar ra pun merasa kesulitan. Beliau merasa perlu meminta seorang konsultan untuk menjawabnya :-) Datanglah sang "konsultan", si gerbang ilmu Ali ra, untuk melawan Yahudi ngeyel ini, dan alhamdulillah mampu menjawab pertanyaan tadi dengan baik. [terus baca untuk menemukan jawabannya] Ternyata setelah dijawab benar, Yahudi itu terus meminta Ali ra menjawab satu pertanyaan lagi ... satu pertanyaan lagi ... hingga berpuluh pertanyaan yang aneh bin ajaib tak masuk akal semua ditanyakan. Ustadz pun bercerita, bahkan hingga pertanyaan terakhir, yang semuanya dijawab BENAR, para Yahudi tadi tetap tak masuk Islam. Ngeyel kan, memang lidah mereka sulit dipercaya. Total ada sekitar 40-50 pertanyaan yang semuanya ditulis dalam Qishasul Anbiyaa pada kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah. Isi kitab itu sudah pasti tulisan semua, tiada gambar yg aneh.

*****

Di hari Sabtu sore itu juga kami mengunjungi Haw Par Villa (HPV) di ujung Pasir Panjang (
West Coast). JJS bareng tetangga gitu judulnya, piknik murah meriah santai. Wong isinya kebanyakan alita dan balita :-) HPV ini memang tak pernah kesampaian niat mengunjunginya meski sudah sering bolak balik di depannya. Akhirnya sampai juga sore itu :-) Masuk tempat ini gratis lho, tapi kurang populer sepertinya krn memang isinya kebanyakan PERINGATAN :-)

Spot utama HPV adalah neraka dengan sepuluh ruang pengadilan (
court) di dalamnya. Mulai dari Hell-Court-1 hingga Hell-Court-10. Nah tiap pengadilan dibuatlah semacam diorama (sculptures, tableaus) yang menggambarkan bagaimana situasi di masing2 neraka plus daftar kejahatan apa yg membuat manusia masuk ke sana. Lulus penyiksaan maka akan ada *ruang pelupaan total* (terhadap siksa yg telah diterima) dengan diberi air suci dan manusia tadi siap reinkarnasi kembali ke dunia (dlm berbagai bentuk). Kisah sepuluh neraka tadi "diterjemahkan" dari legenda Budha yang berasal dari India di zaman dinasti Tang ...

[Jelas aja tempat ini nggak populer ya ... isinya peringatan dan ancaman saja
he..he..]

Nah di luar Ten-Hell-Courts, masih banyak diorama-diorama lain yang dibuat dari kisah-kisah populer yg terdapat dalam kitab suci orang Budha (Tripitaka?), legenda, mitos, cerita rakyat, tahayul dll yang menurut saya memang lebih banyak rekaan manusia saja. Buktinya ada mitos yang terbuat dari beberapa versi penulis, menunjukkan ketidakjelasan sanad dan matan menurut ilmu pengkoleksian hadits :-)

*****

Dari dua event di atas, saya membuat catatan. Begitu hebatnya kemampuan para artis non-Muslim (pengarang cerita, pelukis, pematung) dalam membuat
relic (suatu rekaan yang bernilai religi, sejarah, hikmah) dari masa lalu. Karya-karya ini jelas dpt disaksikan baik oleh Nasrani di Eropa, orang Hindu di Asia Selatan/Tenggara, dan orang Budha di Asia Timur. Semuanya diproyeksikan dari tulisan (seperti holy books or others), ke dalam dimensi dua atau tiga.

Sementara bagi muslim, hal ini amat dihindari. Karya-karya seni Islam yang bersifat 2D/3D lebih berada dalam nuansa alami seperti motif/geometri tanaman dan kaligrafi. Amat jarang saya melihat kisah2 mu'jizat ditampilkan dalam seni lukis dalam buku-buku.

Memang ada saat saya masih SD dulu, buku2 sewaan dengan judul surga-neraka, kisah nabi-nabi, yg semuanya edisi stensil murahan, tak lebih 50 halaman dan dibuat oleh penulis anonim. Itupun gambar-gambar di dalamnya penuh dengan gambar manusia normal tanpa tiba2 ada yg berkepala sapi, serigala, berbadan kura-kura2, atau bertangan laba-laba :-) Intinya,
semua normal dan tentunya plus jenis2 penyiksaannya bilamana berkisah tentang neraka. Bahkan para nabi pun tak ada yg berani melukis muka/tubuhnya.

Di masa sekarang juga sudah banyak VCD utk anak2 Islami tentang kisah nabi dan pengajaran agama meski masih jauh, baik dari sisi kualitas atau kuantitas, dibandingkan film-film kisah nasrani. Namun tetap tidak ada *upaya* merusak wujud manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna.

Islam lebih menekankan para pemeluk agamanya belajar dari tulisan atau mendengar langsung dari ulama/guru. Melukis mahluk hidup termasuk perbuatan yg dilarang apalagi berprofesi menjadi pematung/pemahat karya2 yang menyerupai ciptaan Nya. Mainan2 yg menyerupai hewan hanyalah cocok untuk anak-anak. Koleksi patung/simbol yg menjadi sesembahan umat lain adalah terlarang dll. Makanyahttp://www.blogger.com/img/blank.gif kami coba menghindari mengambil foto-foto rumah peribadatan atau kegiatan keagamaan non-muslim, sedemikian megah atau bersejarahnya sekalipun.

[intip jawaban]
Adam as, Siti Hawa, unta putih Shaleh as, ular dari tongkat Musa as, domba yg menggantikan Ismail as.

Cuplikan di internet:
Qishasul Anbiyaa dalam Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad
Situs lain tentang HPV silakan di gugel, salahsatunya di sini


Jun 16, 2011

Melepas Anak Belajar

Nasehat HAMKA untuk orang tua yang akan melepas anaknya belajar di luar rumah.
(dikutip dari novel Terusir)

Tidaklah cukup kalau hanya perasaan saja yang mengungkung langkah manusia, kalau tidak diiringi oleh pendidikan agama, kesopanan,dan kemuliaan batin.

*****

Padahal menyerahkan anak ke sekolah kalau didasarkan kepada egoistis, yaitu bukan untuk kemaslahatan anak, tetapi untuk kemaslahatan diri sendiri supaya anak itu menolong di hari tua nya, maka niat beginilah yang kerap kali tidak terkabul.

Berapa banyaknya kita lihat dengan mata kepala sendiri, orang tua yang makan hati berulam jantung, diserahkannya anaknya ke sekolah supaya menolongnya, padahal jangankan menolong orang tua dan keluarganya, sedang menolong dirinya sendiri dia tidak sanggup.

Banyak yang lepas dari sekolahnya, dia berhilang diri, terpisah dari orang tua, karena fikiran telah jauh berubah, telah terbatas oleh jurang yang sangat dalam, ayah bunda masih tetap di Timur dan anak telah jauh ke Barat. Berapa banyak kita lihat orang tua melepaskan anaknya laksana melepas burung dari sangkar, terbang membumbung ke udara, tetapi tak dapat pulang lagi, dan hanya menengadah sahaja yang dapat. Anak itu diserahkannya belajar jauh-jauh, dilepasnya dari rumah, tetapi hati anak itu tidak dikendalikannya dari rumah. Sebab itu, bila anak itu telah hilang dari rumah putuslah pertaliannya dengan orang tuanya.

Jun 15, 2011

Pendakian dan Penurunan

Pertengahan tahun, cuti panjang sekolah, dapat kesempatan menemukan karya-karya sastra Indonesia tempo dahoeloe lagi di perpusatakaan. Satu buku yang menambah lagi wawasan dan kekayaan pengalaman menjadi nakoda rumah tangga dalam mengarungi kehidupan dan mensyukuri segala nikmat Nya. Dituliskan dengan teramat indah dan menyentuh hati oleh seorang ulama, pendidik, dan penulis yang terkenal di tanah air, HAMKA. Buku yang sarat dengan pengalaman kehidupan dan nasehat, seolah-olah membawa pembaca mengikuti langsung peristiwa dalam buku Merantau ke Deli ini.

Berikut cuplikannya, semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Pertimbangan yang ditempuhnya amat hebat, peperangan di antra pertimbangan dan perasaan. Pertimbangan mengatakan jangan, perasaan mengatakan terimalah.

* * * * *

Karena siapapun perempuan, bagaimanapun hinanya, buruk dan baiknya adalah kepandaian lelaki memegang, lain tidak.

* * * * *

Di antara begitu mahluk yang percaya akan kekayaan Tuhan, memang bumi membuahkan padi dan tanah menghasilkan emas, yang tidak putus asa, yang percaya bahwa selama nyawa dikandung badan, rezeki telah tersedia, adalah terdapat kedua-dua suami istri itu, keluar dengan hati yang gembira, percaya akan pertolongan Tuhan, dan yakin akan perhubungan yang ada dalam sanubari mereka sendiri, yaitu cinta suami istri yang sejati.
Majulah ke muka, tempuhlah lautan Baharullah yang luas itu, beranikan hati menghadapi gelombang yang bergulung-gulung. Karena dengan bermain ombak dan membiasakan menempuh gelora itulah makanya penyakit mabuk laut akan hilang. Pada tiap-tiap bertemu dengan suatu kesusahan dan suatu halangan dalam bahtera rumah tangga, itu adalah ujian; bila sampai ke sebaliknya tertegak pulalah sebuah tiang yang teguh dan sendi yang kuat, untuk membina rumah kecintaan itu. Di manakah letaknya keberuntungan kalau bukan di dalam hati ???
Bolehkah keberuntungan itu dinamakan kepada uang yang berbilang dan emas berkarung-karung ? Bukan, bukan dari sana asal mulanya, sebab banyak orang dilingkungi oleh kebahagian dunia, tetapi hatinya senantiasa kesal.

* * * * *

Sekarang bertemu pulalah kesulitan dari gelombang yang lain. Karena sudah demikian mestinya hidup itu, habis kesulitan yang satu akan menimpa pula kesulitan yang lain. Kita hanya beristirahat buat sementara, guna mengumpulkan kekuatan untuk menempuh perjuangan yang baru. Sebab itulah maka tak usah kita menangis di waktu mendaki, sebab di balik puncak perhentian pendakian itu telah menunggu daerah yang menurun.

Hanya satu yang akan kita jaga di sana, yaitu kuatkan kaki, supaya jangan tergelincir. Dan tak usah kita tertawa di waktu turun karena kita akan menempuh pendakian pula, yang biasanya lebih tinggi dan menggoyahkan lutut daripada pendakian yang dahulu. Dan barulah kelak di akhir sekali, akan berhenti pendakian dari penurunan itu, di satu padang yang luas terbentang, bernama maut. Di sana akan bertemu alam datar, tak berpendakian, tak berpenurunan lagi.

* * * * *

"Ah, jawabmu hanyallah meninggikan tempat jatuh saja, Leman. Sekarang baru orang merasa berfamili dengan engkau, yakni setelah engkau berada, beruang. Dahulu orang tidak ingat engkau. Dahulu familimu hanya Poniem sendiri saja, engkau jatuh dia yang menyambut, engkau karam dia yang menyelami."

Karya-karya Hamka


Mengherankan memang buku-buku bagus dari HAMKA ini justru terbit dan dicetak ulang di Malaysia. Secara teratur sejak tahun 2000 an Pustaka Dini Sdn Bhd mengeluarkan kembali buku-buku beliau, sementara di tanah air amat sulit menemukan edisi barunya. Mungkin jika rajin survei ke pasar buku loak atau mengontak langsung penerbit Panjimas, nah mungkin bertemu. Saat di tanah air dulu banget, waktu SD kelas 6 saya baru membaca satu karyanya yaitu Tenggelamnya Kapal van der Wijk, lalu di rumah ortu juga ada karya-karyanya yang lain seumpama Pelajaran Agama Islam, Tasawuf Modern atau Tafsir al-Azhar. Baru di Singapura kami sadar karya beliau itu banyak sekali, seperti tiga judul yg dipinjam di perpus saat ini atau ada juga yang sudah diterbitkan di sini untuk anak-anak yaitu kisah nabi Muhammad SAW yang terdiri dari beberapa seri. Ada juga buku2 yg merupakan koleksi referensi disimpan di perpus pusat sehingga tak dapat dipinjam ke rumah.

Untuk yang tertarik mengenai karya-karya beliau dalam ulasan ringkas dapat di baca di jurnal UKM ini. Selamat membaca karya-karya Hamka dan mendapatkan manfaat besar dari sana !

Jun 9, 2011

Philips FC8348 Beyond Repair

It had been 5+ years, so far there was nothing serious. The load was always 50-70% (never set to maximum speed), time per usage was never more than half an hour and we might use it barely once in a two weeks. In short, this dust sucker was really having good life and proper maintenance in our place. No vast amount of dust or particles needed to vacuum daily.

Until one afternoon it started to give unfaimilar screeching noise and silly odour like something burning. It still sucked dust or small particles in normal speed but it had sluggish sound like interupted rotating machine, sometimes fast then slow, on and off. If speed is increased then not much sucking power gained. Only fumes that clog our breath, constantly getting more filled up the space. Oh no ! Turned on and off the machine, nothing changed. I just stopped the machine.

Be positive. I was still went and buying new dust bag and replaced all the filters that came with the package. Maybe it was just dirtiness problem since its filter or the bag never got replaced from day one. See what I'd said ... even the dust bag never became full ... or it maybe we just recycled it over and over after emptying it (lol). The last thing I saw before this machine broke was a wood satay skewer (tusuk sate) poked through the dust bag :-(

Till after some days I had one relax day to disassemble it. Not too difficult, just with one + screwdriver.

How to dismantle Philips FC8348 vacuum cleaner
1. Open the two screws on top, near the carriage handle.
2. Open the two screws below its belly.
3. Open the rear filter cover (in our case it is yellow color).
4. Remove the top part of the body ... yeah the yellow cover.
5. Unplug the white cable from the socket (this cable is connected to speed dial).
6. Remove the housing of the power cable (black) roll. It is latched to the inner compartment near the left wheel.
7. Unplug the red-white cable that is connected to the socket.
8. Remove the four screws for the motor housing.
9. Voila! Lift up the vacuum motor now.

Observing the motor phisicially, looks to me there was nothing wrong. Just a bit dusty and could be wiped off with tissue paper. No signs of burning, shortcuts, in my naked eyes. But that was all, what I could see as non-motor expert :-) No clues.

One or two weeks later I brought the unit to the service center here. Pleasant morning, no visitor crowd, there was only me with big plastic bag carrying the sucker. The CS (customer service) lady asked what kind of machine I brought, what model, what symptom, ... while keyed in the information on her system. She was not considering to let me demo to her, and quickly gave answer "Sir, your model is five years old plus and we do not carry any more spare parts for this. We can just give you a discounted coupon (staff price) to buy new models *only* in our shops here. Or if you can wait in about two weeks there will be carnival sale for our products here with more offers". By the time she finished with that "uninteresting" offer I managed to demo the problematic machine. She just said the motor got problem and the cost "just to analyse" the "sooo-obvious" problem would be $30. Seems one third price of a new one.

Huh..huh...

By that time I realised no point of arguing more. Wraped up back the machine inside the bag and went off after collecting the "staff-price-offer" paper that she passed to me. I spent ten minutes inside the shop to see what kind of best deals I could get but really felt not to buy anything there.



It is really amazed. How come this product has very short life though first I think this sucker is very simple and does its job well. Yeah 3 years is average, 5 years is luck anyway, for any electronics stuff. Maybe this is one of expensive home appliance I ever have ... $79 in 5 years or even more [sigh]. My wife warned me, never buy this vacuum brand anymore ! Why ? Why ? It is designed in Holland, but made in ***n* (you know where). Of coz, otherwise it can't be cheapo right !

You can hear similar sound that I encountered here.

DIY @ Home (2)

Si penjaga keamanan ini sudah melalui masa lima tahun mengabdi. Mungkin jauh lebih lama dari itu mengingat saat kami menempati tempat ini, ia sudah bertengger di situ. Tak pernah diganti. Renta dimakan usia. Sudah tak mempan dilumasi minyak mesin dan tetap ngadat meski sudah turun mesin dua tiga kali.

Semakin sulit dioperasikan dan membuat pemakaianya
ngeri membayangkan terkunci di luar atau di dalam (ini masih lebih baik karena masih dapat dioprek), spt ancaman mak Murphy yg terkenal itu ... "everything that can go wrong will go wrong".

Senja Minggu lalu ia terpaksa dibebastugaskan dengan hormat. Diganti oleh penerusnya yang baru dan jelas lebih lincah. Modalnya hanya $49.90 saja, diharapkan dapat berbakti untuk lima tahun atau lebih lama lagi. Memasangnya free dengan semangat DIY kami yg selalu tinggi untuk urusan semacam ini. Memberdayakan sel-sel otak untuk mempelajari hal-hal baru dan ... pastinya lebih hemat $70 lah ... Kata si penjual kunci, ongkos pasang baru itu $120 (minimum). Apalagi kalau kasusnya semisal terkunci di malam minggu ... ini mah boleh ditagih $200++ :-(

Untuk sebuah penjaga keamanan yang setia membayar $50 tiap 5 tahun atau katakan $150 untuk masa yg sama tidak ada artinya dibandingkan kemanfaatannya. Itukan baru $10 setahun atau 30 sen sehari :-)