Feb 29, 2012

Dakwah 140 Huruf

Kicau tweet Aa Gym
Di zaman sekarang orang berlomba cepat. Mau hasil bagus dalam waktu cepat kalau perlu tanpa belajar dan tak payah pembelajaran (lesson learned). Candu instan untuk segala sesuatu. Sampai-sampai metode dakwah pun sudah perlu dibungkus dalam kata-kata penuh makna tak lebih dari 140 huruf … ya tak lebih dari tiga baris kalimat bila ditulis. Merangkum hikmah dalam sebuah tweet atau memenggalnya dlm beberapa tweet post menjadi menantang bagi sang pembagi hikmah. Menata untaian hikmah agar maknanya tak hilang sementara tetap berkesan gaul (baca: menjaring minat pecandu instan) utk para follower. Para ustadz di era social networking versi 2.0 membuat halaman pendukung (fan page) di Facebook, akun mikroblog Tweeter (spt mas Salim A Fillah, Gus Mus, Aa Gym dan lain-lain), sembari tetap mengelola tulisan bermutu panjang dan dalam di blog mereka (spt rekaman kuliah di Majelis Jejak Nabi, saung Gus Mus, ust Cahyadi Takariawan). O..ya mereka juga penulis buku-buku serial agama/motivasi best seller yg dirindukan para pencari hikmah di nusantara.

Hal di atas menunjukkan bahwa para ustadz masa kini melancarkan berbagai cara dalam dakwah bil kalam. Ada segmen pemirsa yg suka dengan cara klasik dalam menyerap ilmu lewat tulisan yaitu baca buku, ada yg ingin baca buku namun segan beli buku maka ia akan mencari e-book “gratisan” untung-untung bukan bajakan, ada yg ingin baca via blog karena terarsip rapi dan disertai ilustrasi, sementara tipe terakhir adalah mereka yg tak punya waktu banyak utk membaca di atas kendaraan atau istirahat. Sebenarnya ini sejalan dengan variasi di dalam ayat-ayat al-Quran atau hadits Rasulullah Saw yg juga memiliki pesan-pesan singkat dan bermakna ini. Hit the nail right on the head !

Semua tercapai ? Tentu belum. Tingkat penetrasi smartphone (BB, iPhone, Android, Nokia) termasuk tablet (iPad, Tab) di Indonesia akhir tahun 2011 masih kurang dari 40% (Nielsen AC) dari seluruh pemakai telepon seluler (Mei 2011 sekitar 125 juta orang). Katakan 80% dari pengguna smartphone itu muslim dan aktif mengakses internet via smartphone berarti baru ada 40 juta muslim yg menjadi follower hikmah dunia maya tadi.

Jelas masih banyak yg belum menikmati keinstanan tsb !

Artinya buku dan ceramah di darat (TV, mesjid, radio dll) masih tetap media yg populer dan dapat diikuti siapa saja. Belum lagi koneksi yg lemotsaat pita 3/3.5G begitu padat pengguna pada jam-jam sibuk. Boro-boro menikmati link tausiyah via youtube atau audio streaming :-)

Satu hal yg perlu direnungkan adalah, sepandai-pandainya para ustadz/motivator/trainer mengkompres (memadatkan) pesan hikmah tsb dalam satu atau beberapa tweet 140 huruf itu, pelaksanaannya scr fitrah sunnatullah tetap tidak mudah. Sebagai pengingat memang efektif, namun utk istiqamah sebagaimana pesan tsb tetap perlu perjuangan. Kan tidak mungkin untuk belajar sabar, bersyukur, menerima musibah, cukup hanya dengan satu bunyi beep BBM di BB Anda. Apalagi kalau pesan-pesan itu diterima tiap hari, menumpuk menjadi gudang hikmah di memori handphone tanpa mampu melaksanakannya satu persatu.

Generasi penerus zaman sekarang hadir dengan tantangan yg unik pula. Informasi begitu banyak, sangat cepat, dan mudah dicari (utk yg satu ini saya akan buat satu tulisan tersendiri) namun ternyata mereka rentan menghidap penyakit candu instan yg mungkin disebabkan oleh keseringan bermain pc/video game:

not good performing ... restart the game
not enjoy ... change the game
not easy ... change level

Lah macam gini tentu belum siap menjadi manusia yg diplot sebagai khalifah di bumi. Amat diperlukan kesabaran dan militansi/istiqamah dalam menjalani amanah, suka duka kehidupan untuk menjadi hamba Allah terbaik di muka bumi sebagaimana seorang ahli di bidangnya yg minimum perlu 10000 jam (teori mas Gladwell dalam Outliers). Di dalam ranah kehidupan nyata, tiap pemimpin ini perlu lebih dari itu, untuk menjadi orang yg bermanfaat sambil tetap bersabar dan syukur.

Tulisan terkait: AIDA dan jendela Johari.



Menulis Lebih dari 140 Huruf

Lebih 30 tahun yang lalu saat masih duduk di bangku SD kami biasa mendapat tugas mengarang 100-150 kata pada saat ulangan/ujian bahasa Indonesia. Lalu kebiasaan ini berlanjut di SMP dengan jumlah kata yang lebih banyak 300 kata atau lebih. Kemampuan mengarang ini pun diuji saat ujian akhir (Ebtanas). Peserta ujian diberi kesempatan untuk memilih satu dari tiga judul untuk dikembangkan menjadi sebuah karangan dengan jumlah kata minimum yg harus dipenuhi. Seingat saya pada waktu Ebtanas SMA, karangan yg akan dibuat sudah ditentukan tipenya: narasi, deskripsi, argumentasi, atau persuasi. Diharapkan objektif dari tes semacam ini adalah untuk menilai kemampuan siswa menuliskan idenya dalam beberapa paragraf yang runtun (pembuka, isi, penutup), tertib tata bahasa dan EYD, memenuhi kriteria tipe yg telah ditentukan, dan mencukupi dari sisi jumlah kata. Jangan mengabaikan soal mengarang di dalam ujian karena bobot nilainya lumayan besar !

Mengarang cerita 300 kata itu cukup menantang di saat SMP/SMA. Judulnya ditentukan, tata bahasa mesti benar, cerita masuk akal sesuai tipe yg ditentukan dan waktu nya mepet (karena biasanya saya mengerjakan tugas karangan ini di akhir waktu setelah soal-soal tipe lain sebelumnya diselesaikan). Jadi terbayang saja harus berfikir jernih di saat kesempitan waktu. Tiga ratus kata disusun dalam tiga paragraf, masing-masing paragraf berisi 100 kata, kira-kira 8-10 baris tulisan seperti ini. Di masa SMA mengarang dalam bahasa Inggris pun dimulai. Terasa manfaatnya saat kuliah atau melamar ujian beasiswa ke luar negeri yg mensyaratkan nilai TOEFL/IELTS.

Pesan moral: Jangan abaikan tugas menulis saat belajar di kelas, nikmati !

Di masa non-ujian, siswa diajak menulis dalam suasana yg kurang formal. Bisa jadi memang ada tugas mengarang dari guru bahasa Indonesia misalnya laporan setelah darmawisata ke museum, kebun binatang, dll atau resensi buku roman. Ini modal dasar menulis yang paling baik menurut saya karena memadu pengamatan, ingatan, dan menuangkannya dalam tulisan yang benar dan baik. Ada juga tugas dari guru-guru pelajaran lain yang meminta siswa mengumpulkan tulisan tentang hal-hal yg spesifik dengan bab pelajaran yg sedang dibahas. Siswa akan studi literatur, kliping koran/majalah, internet dll. Di sini siswa meramu informasi dari berbagai sumber tsb dan menggabungnya di dalam beberapa halaman kertas A4 lengkap dengan gambar, tabel, foto. Tugas dari guru bahasa Indonesia merangsang kreatifitas anak untuk menulis hal-hal yang orisinil dari otak siswa sementara pada tugas pelajaran lain apa yg lebih dipentingkan adalah terkumpulnya informasi yg relevan sesuai permintaan. Tidak jarang tugas studi literatur ini adalah kerja kelompok, hasilnya cukup satu laporan untuk 5-6 orang siswa. Siapa yang rajin menulis, dialah yg kebagian tugas oleh teman-temannya untuk mengetik, sementara yg lain numpang nama :-)

Pyuuuh menulis tiga paragraf sebanyak 400 kata ini saja makan waktu 20 menit sampai sini. Mengapa perlu 20 menit untuk menulis 400 kata saja ? Kecepatan ini jelas tidak ada apa-apanya dibanding seorang penulis cerita atau blogger yang produktif. Namun ada yang mengherankan dalam seminggu ini saya tak mampu menulis panjang. Mengapa ya ? Ternyata setelah diingat-ingat mungkin ada sebab utamanya. Beberapa hari ini saya rutin mengikuti dinamika thread di milis alumni. Ramai bersahut-sahutan, egaliter lintas angkatan dan jurusan, serbaneka topik macam pasar waralaba (supermarket), dan sebuah subjek asli dapat bercabang beranak pinak dan berkembang menjadi beberapa subjek lain dengan tingkat keseriusan/kehumoran yang berbeda. Amat dinamis dan tumbuh cepat, pernah ditinggal satu jam, muncul dua ratus email baru di beberapa thread sekaligus.

Padahal yang ramai tembak-tembakan email itu paling 30 orang (less than 2% of total member) alias kontribusi tiap orang 7 - 8 email / jam. Dan itu pada jam kerja alias siang hari ! Akselerasi trafik email meningkat pesat pada waktu sore hingga larut malam. Para peserta milis baru atau mereka yg pasif akan berteriak karena tak sanggup menerima banjir bandang tsb, email penting tertimpa yg baru, kecepatan mobile internet yg lelet atau memakai email client apa adanya tanpa membuat filter yg tangguh :-) Hingga pengurus alumni merasa perlu membuat sebuah grup milis baru yg lebih adem, respected dan moderated sehingga trafik cukup 35 email per hari saja (this is less than 2% traffic of the old unmoderated group) he..he..

Mengapa bisa sekencang itu ? Jawab mudahnya, bersahutan satu baris (one liner alias SOL). Dengan mesin spt BB, smartphone, tablet mengetik satu baris itu tentu sangat cepat. Paling serius mungkin tiga baris atau concise ala twitter 140 huruf. Padahal zaman sekarang bukan zaman telegram dimana pengirim berita harus membayar tiap huruf yg diketikkan. Menulis di internet tak dibatasi spt SMS/Tweet dgn 160/140 huruf. Membaca tiap thread bisa dilakukan sangat cepat krn email yg “berisi” hanya thread starter email di awal saja, selebihnya apresiasi, bumbu, dan kelucuan yg berkicauan.

Lalu apa hubungannya SOL/S3L dengan menurunnya kemampuan menulis ? Saya berpendapat ini disebabkan menulis/menjawab gaya SOL itu sangat mudah, instan, tak perlu banyak pikir. Mayoritas reply-ala-SOL membelok dari isi awal thread atau bahkan melintir jauh sekali. Tak jarang, semakin konyol SOL, semakin ramai followernya :-) Sedangkan utk menulis spt di blog perlu sersan – serius tapi santai – perlu waktu merenung, merangkai ide, membaca sumber lain, atau membatalkan yg sudah dimulai. Pengalaman pribadi nih … jangan didebat ya he..he.. Nah terlalu lama mengikuti thread yg melompat-lompat, sahut menyahut yg berakibat info penting terlibas, membuat pola pikir kacau. Mgkn saya yg tak meletakkan prioritas mana yg mau dibaca atau otak saya yg lamban mengikuti kecepatan percakapan maya. Short memory effect or short attention span ? Keasyikan ? Saya merasa budaya menulis instan dan dangkal ini cenderung mengabaikan fungsi otak yg sebenarnya.

Jelas saya menikmati diskusi SOL dan bahkan kadang menjadi peserta aktifnya di kala luang. Namun porsi waktunya perlu dibatasi mengingat gejalanya yg kurang baik pada kemampuan menulis yg detail dan panjang. Menulis yg bermakna kadang Sebagaimana ada yg menikmati tentu ada pula peserta milis yg sakit hati. Pesan saya bagi pembenci SOL ada tiga:
  1. Jika Anda tak tahan volume milis, silakan baca dalam digest mode atau pindah.
  2. Bosan dengan subjek-subjek yg ringan dan mau serius, silakan buat subjek baru dan filter lah subjek yg membosankan tsb.
  3. Tak tahan sarkasme di subjek yg sedang diikuti, solusinya hindari emosi, bring topic on track again, dan kalau perlu ban sementara akun si pembuat onar.
Ada fenomena yg dikenal dgn istilah “minoritas yg menindas mayoritas” . Sebenarnya istilah ini tak perlu dimunculkan asalkan kita mampu berkomunikasi dengan sehat dan memahami keanekaragaman latarbelakang peserta diskusi. Tak perlu meladeni dengan emosi karena di dunia nyata mungkin orang-orang yg kita tak senang bahasanya di milis itu sebenarnya tak begitu. Silaturahim adalah nomor satu. Kita tak mungkin benar sendiri. Istilah pepatah: kamu pintar kami tak kan bertanya, kamu kaya kami tak kan meminta.

Hidup adalah pilihan namun tiap manusia ada keterbatasan: sempit waktu, tak punya dua BB, tak punya batere HP cadangan, tak tahu mengeset option di mailing list, mau akrab tapi salah atau mati gaya, budaya instan ingin lekas menyimpulkan drpd menggali beratus email-email pembukaan, membuka milis di tempat dan saat yg tidak tepat misal sedang letih otak, ketawa sendiri saat istri/pacar di samping Anda, atau banyak masalah dll jadi mood akan sangat menentukan aksi dan reaksi :-)

Sejak dini asah kemampuan menulis panjang untuk menyampaikan ide dengan jelas dan terstruktur. Setelah itu coba menulis pesan ringkas, padat dan tetap sopan dalam media spt BBM/SMS/chat/FB status dengan bahasa manusia dan bukan bahasa 4L4y. Kombinasi keduanya amat diperlukan meski prioritas tetap pada tulisan panjang berisi. Kita tak ingin anak-anak, kembali ke zaman doeloe, yg hanya mampu jadi tukang ketik telegram saja (maksudnya BBM/SMS/Twitter/Chat/FB) !

Alhamdulillah ternyata hari ini saya masih bisa menulis panjang dan dalam. Jangan marah karena kurang berisi karena ini hanya catatan pribadi.

Bacaan menarik di sebelah: Twitter syndrome dan ini.


Feb 19, 2012

Membunuh dengan Bismillah

Menyembelih hewan yg halal untuk dimakan dimulai dengan Bismillah. Sebelum melepas anak panah, peluru, atau anjing, sang pemburu harus memulakan nya dengan lafaz Bismillah. Bila hewan buruan yg terkena panah/peluru tersebut didapatinya masih hidup maka wajib bagi sang pemburu untuk menyelesaikan ajalnya dengan tuntunan syariah: pisau yg dipakai tajam, menghadap ke kiblat, mengucap basmalah (al-An'am 118 dan 121), utk memastikan kerongkongan (jalur makanan), tenggorokan (jalur udara), dan urat nadi (jalur darah) di leher hewan tsb putus.

Ini sejalan dengan tuntunan Nabi Saw: "Sesungguhnya Allah mewajibkan untuk berbuat baik kepada sesuatu. Oleh karena itu jika kamu membunuh, maka perbaikilah cara membunuhnya, dan apabila kamu menyembelih maka perbaikilah cara menyembelihnya dan tajamkanlah pisaunya serta mudahkanlah penyembelihannya itu." (HR Muslim yg juga dikutip hadits arbain nomor 17).

Selama ini saya baru pernah praktek menyembelih ayam. Mungkin pernah dua kali saat membantu mama sebelum hari raya dulu-dulu sekali. Di waktu lain, saat berkurban di hari Ied, prosesi ini sudah "diwakilki" oleh pengurus masjid. Lalu hijrah ke luar negeri dimana pasar/supermarket tidak dibolehkan menjual unggas/ternak dlm keadaan hidup. Jelas makin tiada kesempatan utk memahirkan ketrampilan ini :-)

Namun ada satu hal baik yg dapat dihayati di sini yaitu MULAKAN pekerjaan dengan BISMILLAH meskipun untuk menghilangkan nyawa. Dimulai dengan basmalah dan dilakukan dengan syariah (benar dan baik). Rupanya praktek ini amat berkesan sehingga untuk memotong ikan pun saya mengucapkan basmalah dimana saya belum pernah berjumpa hadist/tuntunan nya. Meskipun yg memotong/menggetok kepala nya bukan saya. Maksudnya setelah ikan-ikan hidup tsb saya pilih dari kolam/kulah, diserahkan pada tukang ikan utk dipotong sekaligus dibersihkan sisiknya, saya akan berucap Bismillah dari tempat saya berdiri tsb menyaksikan si tukang ikan. Yah dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun kematian adalah sebuah kejadian luar biasa bagi tiap mahluk hidup. Tak pernah tahu dimana, kapan, dan dgn cara bagaimana kehidupan itu berakhir. Kita yg mengamati peristiwa tsb perlu mengimani taqdir tsb dan memudahkan/ mendoakan yg sedang menjalaninya (sakaratul maut) sesuai tuntunan syariah. Sakaratul ini sama akar katanya dengan sukara (sa-kara-ra) alias mabuk. Sebuah kondisi mabuk luar biasa yg tak dapat dirasakan saat nyawa masih menjalar di badan.

Hal yang sama dalam membunuh serangga perusak. Pernah bertemu nyamuk, lalat, laron, kumbang, kecoa, rombongan semut. Khusus utk kumbang tersesat akan saya halau keluar rumah atau utk iringan semut sedapat mungkin saya stop dengan kapur semut, genangan air, atau membelokkannya ke tempat lain :-) Namun utk serangga penggangu lain, Bismillah saya basmi saat itu juga. Kadang membunuh dalam jumlah besar spt "menampung" laron dalam baskom air, menyemprot sarang rayap dengan baygon, menghajar nyamuk dgn raket listrik, racun kecoa, menyiram rombongan semut dgn air dll. Mengapa harus diawali dgn basmalah ? Awalnya saya terpikir agar sabetan saya tepat sasaran, sekali tepuk mati tanpa menganiaya. Namun saya mengaji potongan ayat Allah dalam al-Isra 44 "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. ...". Nah bisa jadi saat akan mengeksekusi tadi, serangga-serangga tsb memang sedang berTASBIH, sementara apa hak saya memutus tasbih mereka ?! Tersentak dgn keyakinan tsb menyadarkan saya utk selalu ingat membaca basmalah sebelum membunuh mahluk-mahluk ciptaan Allah Swt tsb. Semoga Allah Swt ridha dgn tindakan tsb. 




Kebiasaan ini pun terbawa untuk "merenggut keindahan" sayur dan buah-buahan. Maksudnya dalam menyiapkan sayuran atau buahan spt mengiris, mengupas, membelah, dll membaca basmalah pun baik saat memulakan kegiatan. Rupa yg elok dari sayur yg hijau yg dipotong kecil-kecil, bunga brokoli yg harus dipatahkan tangkai demi tangkai, tomat memikat yg harus diiris, buah naga merah yg dibelah dadu, jeruk manis bulat padat yg dibagi enam ... semuanya ku minta izin kepada Sang Maha Pencipta Segala Sesuatu sebelum membantainya dgn pisau dapur. Tujuannya sudah jelas, memulai dgn basmalah itu ibadah, ikhlas saat mengerjakan, sehingga diharapkan rasa sayur/buah yg dipersiapkan tadi pas di lidah dan menyehatkan siapapun yg memakannya. Siapa yg dapat menerka rasa sayur/buah saat belum dibuka/dipotong ? Alhasil kuliner yg disajikan nikmat (semoga), coraknya indah, dan tidak ada kecelakaan dalam menyiapkannya (kisah wanita-wanita yg mengiris jari-jemari mereka saat melihat Nabi Yusuf a.s melintas di dekat mereka).

Yuk mulakan tiap kegiatan kuliner kita dengan basmalah !

Feb 16, 2012

Estafet Organisasi


Dinamika milis alumni kampus teknik terbaik di Bandung selama bbrp hari sebelum pelantikan pengurus pusat alumni (11-02-2012) memancing berbagai pendapat pro kontra mengenai agenda acara tsb. Volume email menggila dalam seminggu itu. Namun diantara ratusan email per hari yg berseliweran sembat dibaca atau langsung saya tendang ke tempat sampah, ada satu email menarik. Pengirimnya alumni TF79 yang menuliskan wacana hidup matinya organisasi yg amat ditentukan oleh lima pelakunya. Ia pertama kali mendengar petuah ini dari Bapak Kusmayanto Kadiman (KK), mantan rektor dan mantan menristek RI (2004-2009).

KK berpendapat bahwa dalam tiap organisasi biasanya hadir lima tipe orang sbb.:

  1. Aktivator, orang-orang di dlm organisasi itu yg menggiatkan dan menjalankan organisasi agar selalu maju.
  2. Katalisator, orang-orang di dlm organisasi itu yg suportif untuk mendukung pergerakan yg digagas oleh aktivator.
  3. Predator, orang-orang di dlm organisasi itu yang tidak ingin organisasinya maju, dan selalu ingin melumat gagasan-gagasan aktivator.
  4. Inhibitor, yaitu para penghambat, biasanya pengikut predator yg suka kusak-kusuk.
  5. Spektator, yaitu para pengamat dan melihat where the wind blow.
Organisasinya dapat hadir dlm bentuk apa saja: sosial, paguyuban alumni, partai, perusahaan, bahkan negara.

Selama ini saya baru belajar dalam organisasi sosial kemasyarakatan. Ada yang berlatarbelakang kesamaan asal sekolah, suku, ataupun agama. Keanggotaannya ada dari level puluhan hingga ratusan orang, ketiga jenis yg saya ikuti tsb berbasis sukarela (voluntarily based). Berdasarkan pengamatan, mayoritas massa organisasi adalah tipe kedua yaitu katalisator, lalu disususl spektator, dan aktivator. Alhamdulillah belum pernah saya temui "provokator" keburukan spt tipe predator dan inhibitor.

Amat disayangkan dgn minimnya jumlah aktivator, padahal sebuah organisasi perlu "permanent staff" dan motor penghasil ide-ide unik dan segar. Mendiskusikan ide dan mengeksekusinya. Aktivator atau pengurus dalam organisasi terkecil terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Semakin besar organisasi dan beragam kegiatan, maka perlu diangkat kordinator dan wakil kordinator (kowako) yg membidangi kerja-kerja khusus misalnya acara, pendidikan, sosial, publikasi, dll. Misi aktivator yg berhasil akan menggalang jumlah katalisator yg besar, didukung banyak pihak termasuk spektator yg ada di dalam organisasi maupun di luar. Manusiawi juga bila ada sekelompok orang yg malas, enggan menepati komitmen atau jobscope yg sudah disepakati, dan jika eksekusi ide tadi kurang sukses mereka akan cuci tangan atau justru menertawakan organisasinya sendiri. Sudah jelas kelompok tipe terakhir ini termasuk penghambat kemajuan organisasi.

IA ITB SIN JUL 2011 (sumber: FB)
Umumnya sukar mengumpulkan orang-orang untuk aktif dalam sebuah organisasi sosial. Biasanya di awal pembentukan, tahun-tahun pertama masih pada bersemangat. Namun dlm perjalanan waktu, dengan bertambahnya kesibukan di kantor, rumah, bisnis, komitmen tadi menurun. Disinilah pentingnya ada estafet kepengurusan, regenerasi, pengembangan bibit-bibit baru yg akan melanjutkan kepengurusan. Agar estafet tadi berjalan mulus maka diperlukan pionir/perintis organisasi yg solid meletakkan landasan awal organisasi. Para perintis pembuka jalan harus bekerja ekstra di awal untuk menyiapkan AD/ART pertama, menjalin hubungan mesra dengan institusi2 terkait, melengkapi template (hal-hal baku) yg diperlukan (utk korespondensi, laporan, dokumentasi, publikasi) dll. Tujuan utamanya adalah agar generasi penerima tongkat estafet tak perlu reinvent the wheel (belajar dari awal lagi bagaimana membuat hal-hal yg sudah baku tadi) dan fokus pada pengembangan (leveraging), generator ide/kegiatan baru, dan memperluas networking. Intinya menebar manfaat sebesar2nya kepada anggota dan masyarakat.

Di dalam jenis organisasi yg lain, semacam paguyuban elit, partai, atau perusahaan ceritanya bisa lebih kompleks. Semakin kuat aura perpolitikannya. Tiada kawan abadi, tiada lawan abadi, yg abadi hanyalah kepentingan meski harus melanggar aturan. Ada pihak-pihak yg bersekutu untuk suatu tujuan yg sering beradu dengan kepentingan kelompok lain (berkubu-kubu). Ada yg curang hingga berakibat perseteruan internal karena saling curiga, menganggap organisasi dapat dipakai sebagai kendaraan untuk mencapai kedudukan, uang, atau popularitas. Hmm ... dengan berbagai perbedaan latar belakang SARA, mengelola organisasi semakin tak mudah. Energi positif akhirnya lenyap karena ribut internal. Sopan santun bicara, kejujuran, dan etika bertindak sudah diinjak-injak. Pengurus digoyang dan tiap tindakannya rawan kritik oleh para anggota yg senang dgn tjap predator bin inhibitor. Mayoritas anggota pun hidup tak tenang dan sudah tak peduli dengan masa depan organisasi alias memilih jadi spektator. Hmm susah juga bersikap di milis yg bergolak tak tentu arah spt ini. Memang kembali pada niat awal kita berorganisasi, tanya hati !

Bagi saya kedewasaan berorganisasi itu perlu MEMBERI:
- Berusaha Memahami, spt hikmah dari Imam Syafii.
- Kendali EMosi, jangan lekas berfikir ini zone pribadi.
- Perlu Belajar utk kemajuan bersama.
- Egaliter namun tetap saling Respek (menghormati) .
- Menjadi solusI, bukan menunggu solusi.

Sehingga diharapkan sinergi antar anggota akan tercapai: mampu memanfaatkan perbedaan utk hasil positif, bekerja sama, berpikiran terbuka, dan selalu dapat menemukan cara-cara baru yg lebih baik.

Kira-kira dari lima tipe orang di atas, mana yang cocok mewakili sosok Anda ?  :-)


Feb 13, 2012

Safest Indonesian Airplane

Garuda at Sukarno-Hatta airport (JKT)
At least their pilots do not consume drugs :-)

I would say once you are flying in the Indonesian sky, it is relatively safe. Believe me, problems occur most of the time are on the ground such as delay, insufficient experience to handle surge of passengers at one time, dispute about booking confirmation, tout, bad luggage handling, no-show (late check-in that make you lost the right to fly), and other common airline/airport problems due to lack of information or miscommunication.

And talking about D.E.L.A.Y it is sometimes unavoidable because it is due to nature uncertainties. We can not blame anyone in this case, right ? Recently starting from 1 January 2012, based on Minister of Transport regulation number 92/2011 for all local carriers operating in Indonesian airports, stated that every unfortunate passenger can claim Rp 400,000 (around USD 45) for any departure delay more than 4 hours.

News in indonesian can be traced here.


Jangan Remehkan Lima Menit

Lima menit itu terlalu sebentar bagi yang menikmatinya, terlalu lama bagi yang tak sabar. Namun percayalah ia sungguh berarti bagi yg tidak ingin kehilangannya. Bulan Zulhijjah tahun lalu saya pernah tulis cerita mengejar shalat Iedul Adha dengan lima belas menit, nah kini mari bicarakan yg lebih kecil lagi, lima menit saja.

Di hari Sabtu usai makan siang (pukul 1-2 siang) umumnya adalah masa jalanan cukup padat di sini. Masih banyak orang yang baru pulang kerja (setengah hari) sehingga jalan-jalan relatif ramai atau dapat dikatakan macet di bbrp wilayah. Taksi sukar didapat karena berisi penumpang yg akan pulang kerja, makan siang, jalan-jalan keluarga, dll. Kejadian yg saya alami saat akan terbang di suatu hari Sabtu belum lama ini. Pesawat brkt pukul 14:50, hingga utk amannya saya check-in sebelum 13:50. Namun dgn keruwetan lalulintas tadi, saya tak dapat taksi. Jarak yg biasa ditempuh dalam 15 menit kini menjadi ajang amazing-race yg harus saya lalui memakai tiga sekawan: bus, MRT, dan skytrain (utk pindah terminal). Alhasil, total waktu (jalan cepat dan waktu tunggu antar kendaraan) adalah 31 menit. Tiba di checkin counter 13:57 alias 8 menit lagi loket ditutup !

Alhamdulillah Allah Swt mengizinkan saya berangkat siang itu. Sistem komputerisasi di loket checkin modern ini bagus. Tiada kesempatan bagi calo atau oknum tiket nakal utk menjual tiket yg "hampir" no-show karena sudah lewat dari "batas umum" yaitu sejam sebelum pesawat berangkat, NAMUN ... tiada pula kesempatan bagi yg telat krn telah melewati waktu checkin yg ditetapkan (Lion Air di Changi yaitu 45 menit) untuk merengek-mengiba meminta didaftarkan. Sistemnya sudah terkunci alias time-out/locked, tak dapat mengisi penumpang baru lagi. Saya hanya mampu mengejar ketinggalan dan berdoa dalam hati. Jika Allah suruh saya berangkat yach berangkat, jika tidak berarti harus batal waktu itu. Apapun pilihannya itu adalah takdir yg terbaik utk saya. Pasrah !

*****

Film kehidupan dimundurkan beberapa minggu. Kejadiannya saya ingin menghadiri perpisahan kawan. Saya sudah rancang utk ikut Magrib dulu di sebuah masjid. Niatnya baik dan ada keinginan "kalau dapat" berjamaah ! Namun tnyt kesempatan langka utk berjamaah magrib di masjid selama lima menit itu gagal saya dapatkan :-( Benar, hanya lima menit, dan makmum dapat 27x lipat kebaikan dibanding shalat sendiri.

Di atas Lion Air yang membawa saya ke Jakarta sore itu saya merenung. Ternyata utk urusan akhirat (ibadat/agama) sering saya belum memiliki tekad yg kuat. Tekad yg tak bulat menyebabkan kurang disiplin dan menunda-nunda, yang akhirnya saya "terpaksa" memaafkan diri sendiri (lagi). Jika Allah Swt menampakan betapa besar fadhilah (keutamaan) shalat berjamaah tadi, tentu "keberhasilan" saya mengejar pesawat di 5 menit terakhir itu tidak apa-apa nilainya. Paling apes, saya batal naik pesawat dan uang sejuta rupiah lenyap.

Di Singapura, lama perjalanan dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kendaraan umum terutama kereta (MRT) itu predictable alias dapat diprediksi lamanya. Kondisi luar biasa terjadi jika ada kecelakaan, namun hanya berapa kali kejadian ? Untuk bus, ada faktor kecelakaan dan jam sibuk juga sehingga jalanan lebih macet. Namun scr umum semua dpt direncanakan dgn baik. Jika kita tahu bakal perlu pindah dua kali bus berarti perlu sediakan buffer 2x5 alias 10 menit untuk menunggu. Jika tahu harus berjalan kaki dari stasiun MRT ke masjid selama 5 menit, maka tambahkan itu. Semua bisa dihitung, itulah salahsatu nikmat :-) Bayangkan shalat berjamaah Subuh atau Magrib itu umumnya tak lebih lama dari lima menit maka berjuanglah (rencanakanlah) dengan sebaik-baiknya :-)

... tambahan ...
Lalu bagaimana jika seorang jamaah tahu bahwa ia terlambat tiba saat imam sudah takbir dan sementara itu ia pun belum berwudhu ? Ada adabnya, jangan tergesa-gesa dan mengganggu jamaah lain ! Sempurnakan wudhu, berdoa usai wudhu, datangi tempat shalat dgn tenang, dan mulailah shalat. Hal ini sejalan dgn petuah Rasulullah Saw: Abu Qatadah ra mengisahkan; Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mendengar suara langkah-langkah keras dan hiruk pikuk. Lalu, selepas shalat Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian lakukan tadi?” Para sahabat menjawab, “Kami tergesa-gesa mengejar shalat.” Rasul bersabda, “Jangan kalian lakukan hal itu. Apabila kalian akan mendatangi shalat berjama’ah, maka datangilah dengan tenang. Apa pun yang kamu dapati dari imam, kerjakanlah. Dan apa yang tertinggal, sempurnakan.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad). Koleksi hadist lain yg senada juga dpt dibaca di sini. Ketergesaan hanya membuat kita tidak tenang dalam shalat karena diiringi degup jantung yg memburu dan hati yg belum penuh konsentrasi.


Feb 1, 2012

Yu Sheng Halal

Yu Sheng

Yu Sheng dalam bahasa Cina bermakna panjang umur dan murah rezeki adalah hidangan 'wajib' yang disediakan dalam perayaan Tahun Baru Cina khususnya di Singapura dan Malaysia (wiki). Yu Sheng tradisional adalah campuran sayur-sayuran berwarna-warni seperti kol merah, paprika merah, kol putih dan timun, yg disajikan segar atau sudah direndam jeruk. Bahan-bahan ini diiris halus dan diletakkan secara berkelompok dalam sebuah pinggan atau piring besar bersama kacang tanah yang ditumbuk, biji wijen, aneka crispy snack pelengkap,  dan irisan ikan mentah seperti ikan salmon, tuna ataupun ikan pedang. Disertakan pula minyak wijen dan saus plum sebagai perasa. Sebelum dimakan kesemua campuran tadi diaduk, lalu Yu Sheng dilambungkan setinggi mungkin dengan memakai sumpit (chopstick),  karena dipercayai sebagai meraih kebaikan. Kemudian
Yu Sheng akan dimakan bersama-sama rekan-rekan yg telah mengelilingi pinggan tsb (dengan memindahkannya ke piring-piring kecil). Setelah habis, lanjut ke menu utama, mana kenyang makan irisan sayur saja :-)

Lima tahun belakangan ini semakin mudah untuk mendapatkan Yu Sheng yg halal, baik itu dijual di supermarket dengan harga mulai dari belasan dolar (S$) atau yang disediakan di hotel/restoran dengan harga hingga ratusan dolar kerana memakai bahan-bahan yang eksotik seperti ginseng atau abalone. Yu Sheng "mudah" memperoleh sertifikat halal krn bahan utamanya berupa sayuran, kacang, dan ikan. Namun patut diperhatikan snack, minyak atau saus apa yg dipakai dalam persiapan.

Bagi masyarakat Cina, mahal ataupun murah, tujuan Yu Sheng adalah sama yaitu meraih kebaikan seperti kekayaan, perniagaan yang lebih maju, atau beroleh keturunan yang baik, sekaligus menyambut kedatangan tahun baru dalam kalendar Cina. Sebelum usai dari acara Yu Sheng di kantor biasanya boss menghadiahkan dua jeruk Lukan Mandarin dan satu amplop merah Hong Bao berisi uang kertas $2.

Beberapa restoran yang menyediakan Yu Sheng halal di Singapura:
- Carousel at Hotel Royal Plaza on Scotts, call 6589-7788
- Tiffany at Hotel Furama City Centre, call 6531-5366
- Aquamarine at Hotel Marina Mandarin, call 6845-1111
- Manhattan Fish Market
- Kintamani at Hotel Furama Riverfront, call 6739-6463

Ditambah dan diIndonesiakan dari Berita Minggu 22 Jan 2012.

Philips Blender

Blender Brothers
Six years ago we had a Philips Cucina HR1791 (blender + miller). The strange thing happened after we used the miller for just 3-4 months under normal kitchen usage. The motor (machine) became hot and smelly like something burning inside. I brought it to the Philips Consumer Care at Lor 1 Toa Payoh and got the news three days later that its motor was beyond repair. Since it was still under warranty they gave us a new model HR1797. It is a complete set from the box with new blender jar and mill becker of course :-) The motor and blender unit has been working perfectly till today as shown on the picture (the right unit with cream color). This MADE IN INDONESIA Cucina had a  long life, of coz due to stable electricity in our house and highly well maintenance done by my wife as well hu...hu. It roars to juice, grind, and blend everything until last month the mill becker blade gave up. The metal blade is broken after 5+ years spinning  happily while the motor and blender can still be used !


Yesterday the younger brother HR2021 came from Mustafa (yeah it is cheaper there then recommended retail price by more than 15%). It is MADE IN CHINA with light blue color and lower wattage (only 400W compared to the older brother 500W). If I remember correctly, the price between these two is about the same, even the older one maybe more expensive by two or three dollars (six years ago !). It is a fact that electronic consumer goods price never go inflation here against SGD :-) This is exactly same story like LCD TV I wrote here.

Let's pray (and maintain) that this young brother will survive for another six years. I am just a bit worried since I do not find a clause in the HR2021 user manual that mentions "The appliance is equipped with a motor protection device that will SWITCH OFF the motor in case of a motor jam (which might occur during heavy processing jobs or if the appliance is not used in accordance wih the instructions) ...", which is the killer feature (an outstanding feature as we experienced) in the older model.

Our tips for long life blender motor and blade:
1. Start with lower speed and accelerate.
2. Interval stop to prevent motor overheated (1-2 minutes periods).
3. Slice/cut the solid ingredients into smaller pieces, NO overload, and add water if required.
4. Avoid spillage from the jar/becker (always use the LID).
5. Clean all removable parts after use and let'em dry before storing it.