Feb 16, 2012

Estafet Organisasi


Dinamika milis alumni kampus teknik terbaik di Bandung selama bbrp hari sebelum pelantikan pengurus pusat alumni (11-02-2012) memancing berbagai pendapat pro kontra mengenai agenda acara tsb. Volume email menggila dalam seminggu itu. Namun diantara ratusan email per hari yg berseliweran sembat dibaca atau langsung saya tendang ke tempat sampah, ada satu email menarik. Pengirimnya alumni TF79 yang menuliskan wacana hidup matinya organisasi yg amat ditentukan oleh lima pelakunya. Ia pertama kali mendengar petuah ini dari Bapak Kusmayanto Kadiman (KK), mantan rektor dan mantan menristek RI (2004-2009).

KK berpendapat bahwa dalam tiap organisasi biasanya hadir lima tipe orang sbb.:

  1. Aktivator, orang-orang di dlm organisasi itu yg menggiatkan dan menjalankan organisasi agar selalu maju.
  2. Katalisator, orang-orang di dlm organisasi itu yg suportif untuk mendukung pergerakan yg digagas oleh aktivator.
  3. Predator, orang-orang di dlm organisasi itu yang tidak ingin organisasinya maju, dan selalu ingin melumat gagasan-gagasan aktivator.
  4. Inhibitor, yaitu para penghambat, biasanya pengikut predator yg suka kusak-kusuk.
  5. Spektator, yaitu para pengamat dan melihat where the wind blow.
Organisasinya dapat hadir dlm bentuk apa saja: sosial, paguyuban alumni, partai, perusahaan, bahkan negara.

Selama ini saya baru belajar dalam organisasi sosial kemasyarakatan. Ada yang berlatarbelakang kesamaan asal sekolah, suku, ataupun agama. Keanggotaannya ada dari level puluhan hingga ratusan orang, ketiga jenis yg saya ikuti tsb berbasis sukarela (voluntarily based). Berdasarkan pengamatan, mayoritas massa organisasi adalah tipe kedua yaitu katalisator, lalu disususl spektator, dan aktivator. Alhamdulillah belum pernah saya temui "provokator" keburukan spt tipe predator dan inhibitor.

Amat disayangkan dgn minimnya jumlah aktivator, padahal sebuah organisasi perlu "permanent staff" dan motor penghasil ide-ide unik dan segar. Mendiskusikan ide dan mengeksekusinya. Aktivator atau pengurus dalam organisasi terkecil terdiri dari ketua, sekretaris, dan bendahara. Semakin besar organisasi dan beragam kegiatan, maka perlu diangkat kordinator dan wakil kordinator (kowako) yg membidangi kerja-kerja khusus misalnya acara, pendidikan, sosial, publikasi, dll. Misi aktivator yg berhasil akan menggalang jumlah katalisator yg besar, didukung banyak pihak termasuk spektator yg ada di dalam organisasi maupun di luar. Manusiawi juga bila ada sekelompok orang yg malas, enggan menepati komitmen atau jobscope yg sudah disepakati, dan jika eksekusi ide tadi kurang sukses mereka akan cuci tangan atau justru menertawakan organisasinya sendiri. Sudah jelas kelompok tipe terakhir ini termasuk penghambat kemajuan organisasi.

IA ITB SIN JUL 2011 (sumber: FB)
Umumnya sukar mengumpulkan orang-orang untuk aktif dalam sebuah organisasi sosial. Biasanya di awal pembentukan, tahun-tahun pertama masih pada bersemangat. Namun dlm perjalanan waktu, dengan bertambahnya kesibukan di kantor, rumah, bisnis, komitmen tadi menurun. Disinilah pentingnya ada estafet kepengurusan, regenerasi, pengembangan bibit-bibit baru yg akan melanjutkan kepengurusan. Agar estafet tadi berjalan mulus maka diperlukan pionir/perintis organisasi yg solid meletakkan landasan awal organisasi. Para perintis pembuka jalan harus bekerja ekstra di awal untuk menyiapkan AD/ART pertama, menjalin hubungan mesra dengan institusi2 terkait, melengkapi template (hal-hal baku) yg diperlukan (utk korespondensi, laporan, dokumentasi, publikasi) dll. Tujuan utamanya adalah agar generasi penerima tongkat estafet tak perlu reinvent the wheel (belajar dari awal lagi bagaimana membuat hal-hal yg sudah baku tadi) dan fokus pada pengembangan (leveraging), generator ide/kegiatan baru, dan memperluas networking. Intinya menebar manfaat sebesar2nya kepada anggota dan masyarakat.

Di dalam jenis organisasi yg lain, semacam paguyuban elit, partai, atau perusahaan ceritanya bisa lebih kompleks. Semakin kuat aura perpolitikannya. Tiada kawan abadi, tiada lawan abadi, yg abadi hanyalah kepentingan meski harus melanggar aturan. Ada pihak-pihak yg bersekutu untuk suatu tujuan yg sering beradu dengan kepentingan kelompok lain (berkubu-kubu). Ada yg curang hingga berakibat perseteruan internal karena saling curiga, menganggap organisasi dapat dipakai sebagai kendaraan untuk mencapai kedudukan, uang, atau popularitas. Hmm ... dengan berbagai perbedaan latar belakang SARA, mengelola organisasi semakin tak mudah. Energi positif akhirnya lenyap karena ribut internal. Sopan santun bicara, kejujuran, dan etika bertindak sudah diinjak-injak. Pengurus digoyang dan tiap tindakannya rawan kritik oleh para anggota yg senang dgn tjap predator bin inhibitor. Mayoritas anggota pun hidup tak tenang dan sudah tak peduli dengan masa depan organisasi alias memilih jadi spektator. Hmm susah juga bersikap di milis yg bergolak tak tentu arah spt ini. Memang kembali pada niat awal kita berorganisasi, tanya hati !

Bagi saya kedewasaan berorganisasi itu perlu MEMBERI:
- Berusaha Memahami, spt hikmah dari Imam Syafii.
- Kendali EMosi, jangan lekas berfikir ini zone pribadi.
- Perlu Belajar utk kemajuan bersama.
- Egaliter namun tetap saling Respek (menghormati) .
- Menjadi solusI, bukan menunggu solusi.

Sehingga diharapkan sinergi antar anggota akan tercapai: mampu memanfaatkan perbedaan utk hasil positif, bekerja sama, berpikiran terbuka, dan selalu dapat menemukan cara-cara baru yg lebih baik.

Kira-kira dari lima tipe orang di atas, mana yang cocok mewakili sosok Anda ?  :-)


No comments:

Post a Comment