Feb 13, 2012

Jangan Remehkan Lima Menit

Lima menit itu terlalu sebentar bagi yang menikmatinya, terlalu lama bagi yang tak sabar. Namun percayalah ia sungguh berarti bagi yg tidak ingin kehilangannya. Bulan Zulhijjah tahun lalu saya pernah tulis cerita mengejar shalat Iedul Adha dengan lima belas menit, nah kini mari bicarakan yg lebih kecil lagi, lima menit saja.

Di hari Sabtu usai makan siang (pukul 1-2 siang) umumnya adalah masa jalanan cukup padat di sini. Masih banyak orang yang baru pulang kerja (setengah hari) sehingga jalan-jalan relatif ramai atau dapat dikatakan macet di bbrp wilayah. Taksi sukar didapat karena berisi penumpang yg akan pulang kerja, makan siang, jalan-jalan keluarga, dll. Kejadian yg saya alami saat akan terbang di suatu hari Sabtu belum lama ini. Pesawat brkt pukul 14:50, hingga utk amannya saya check-in sebelum 13:50. Namun dgn keruwetan lalulintas tadi, saya tak dapat taksi. Jarak yg biasa ditempuh dalam 15 menit kini menjadi ajang amazing-race yg harus saya lalui memakai tiga sekawan: bus, MRT, dan skytrain (utk pindah terminal). Alhasil, total waktu (jalan cepat dan waktu tunggu antar kendaraan) adalah 31 menit. Tiba di checkin counter 13:57 alias 8 menit lagi loket ditutup !

Alhamdulillah Allah Swt mengizinkan saya berangkat siang itu. Sistem komputerisasi di loket checkin modern ini bagus. Tiada kesempatan bagi calo atau oknum tiket nakal utk menjual tiket yg "hampir" no-show karena sudah lewat dari "batas umum" yaitu sejam sebelum pesawat berangkat, NAMUN ... tiada pula kesempatan bagi yg telat krn telah melewati waktu checkin yg ditetapkan (Lion Air di Changi yaitu 45 menit) untuk merengek-mengiba meminta didaftarkan. Sistemnya sudah terkunci alias time-out/locked, tak dapat mengisi penumpang baru lagi. Saya hanya mampu mengejar ketinggalan dan berdoa dalam hati. Jika Allah suruh saya berangkat yach berangkat, jika tidak berarti harus batal waktu itu. Apapun pilihannya itu adalah takdir yg terbaik utk saya. Pasrah !

*****

Film kehidupan dimundurkan beberapa minggu. Kejadiannya saya ingin menghadiri perpisahan kawan. Saya sudah rancang utk ikut Magrib dulu di sebuah masjid. Niatnya baik dan ada keinginan "kalau dapat" berjamaah ! Namun tnyt kesempatan langka utk berjamaah magrib di masjid selama lima menit itu gagal saya dapatkan :-( Benar, hanya lima menit, dan makmum dapat 27x lipat kebaikan dibanding shalat sendiri.

Di atas Lion Air yang membawa saya ke Jakarta sore itu saya merenung. Ternyata utk urusan akhirat (ibadat/agama) sering saya belum memiliki tekad yg kuat. Tekad yg tak bulat menyebabkan kurang disiplin dan menunda-nunda, yang akhirnya saya "terpaksa" memaafkan diri sendiri (lagi). Jika Allah Swt menampakan betapa besar fadhilah (keutamaan) shalat berjamaah tadi, tentu "keberhasilan" saya mengejar pesawat di 5 menit terakhir itu tidak apa-apa nilainya. Paling apes, saya batal naik pesawat dan uang sejuta rupiah lenyap.

Di Singapura, lama perjalanan dari satu titik ke titik lain dengan menggunakan kendaraan umum terutama kereta (MRT) itu predictable alias dapat diprediksi lamanya. Kondisi luar biasa terjadi jika ada kecelakaan, namun hanya berapa kali kejadian ? Untuk bus, ada faktor kecelakaan dan jam sibuk juga sehingga jalanan lebih macet. Namun scr umum semua dpt direncanakan dgn baik. Jika kita tahu bakal perlu pindah dua kali bus berarti perlu sediakan buffer 2x5 alias 10 menit untuk menunggu. Jika tahu harus berjalan kaki dari stasiun MRT ke masjid selama 5 menit, maka tambahkan itu. Semua bisa dihitung, itulah salahsatu nikmat :-) Bayangkan shalat berjamaah Subuh atau Magrib itu umumnya tak lebih lama dari lima menit maka berjuanglah (rencanakanlah) dengan sebaik-baiknya :-)

... tambahan ...
Lalu bagaimana jika seorang jamaah tahu bahwa ia terlambat tiba saat imam sudah takbir dan sementara itu ia pun belum berwudhu ? Ada adabnya, jangan tergesa-gesa dan mengganggu jamaah lain ! Sempurnakan wudhu, berdoa usai wudhu, datangi tempat shalat dgn tenang, dan mulailah shalat. Hal ini sejalan dgn petuah Rasulullah Saw: Abu Qatadah ra mengisahkan; Ketika kami sedang shalat bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami mendengar suara langkah-langkah keras dan hiruk pikuk. Lalu, selepas shalat Rasulullah bertanya, “Apa yang kalian lakukan tadi?” Para sahabat menjawab, “Kami tergesa-gesa mengejar shalat.” Rasul bersabda, “Jangan kalian lakukan hal itu. Apabila kalian akan mendatangi shalat berjama’ah, maka datangilah dengan tenang. Apa pun yang kamu dapati dari imam, kerjakanlah. Dan apa yang tertinggal, sempurnakan.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad). Koleksi hadist lain yg senada juga dpt dibaca di sini. Ketergesaan hanya membuat kita tidak tenang dalam shalat karena diiringi degup jantung yg memburu dan hati yg belum penuh konsentrasi.


No comments:

Post a Comment