Dec 30, 2006

Harimau Harimau

Setiap orang wajib melawan kezaliman di mana pun juga kezaliman itu berada. Salahlah bagi orang memencilkan diri, dan pura-pura menutup mata terhadap kezaliman yang menimpa diri orang lain ... besar kecil kezaliman, atau ada dan tak adanya kezaliman tidak boleh diukur dengan jauhnya terjadi dari diri seseorang.

Manusia di mana juga di dunia harus mencintai manusia, dan untuk menjadi manusia haruslah orang terlebih dahulu membunuh harimau di dalam dirinya.

Untuk membina kemanusiaan perlulah mencinta, orang sendiri tak dapat hidup sebagai manusia.

Oleh Mochtar Lubis

Dec 15, 2006

Durian - Padang the 2nd

03.12.06 07:13

Lebih baik 3 menit (1h09m34s),
Lari dalam tim campuran (IFAP COM Blazer),
Nomor 3 dalam tim,
Posisi 3608 dari 5131 peserta pria 10km :-(

Nov 30, 2006

Front end, Back end



In the semiconductor industry all the process steps a wafer undergoes are called the front-end process, i.e. lithography, diffusion, ion implantation and applying the wiring levels. A wafer may pass through some stations several times, covering a distance of several kilometers in its up to seven-week odyssey. In the end the individual process steps may number as many as 500, all taking place in the front-end production hall, casually referred to simply as the front-end fab.

Front-end fabs are very capital-intensive. Furthermore, automation has reached a high degree. That’s why the labor cost does not make so great an impact on the manufacturing costs and front-end fabs are often also operated in high-wage countries.

Once the wafer has left the front-end fab, it goes to an intermediate storage facility, known as the “die bank”, and from there to the back-end fab. Here the second part of the chip manufacturing process begins. In the back-end process – taking one to two weeks – the wafer is cut up into individual ICs using lasers or dicing saws with diamond blades. They’re tested, assembled, re-tested and at the end they’re packed ready for dispatch.

Compared to front-end fabs, the labor cost in back-end fabs accounts for a larger share of the manufacturing costs. The machines are not as expensive and the proportion of manual work is higher. That’s why back-end sites are mostly located in low-wage countries.

Companies who have specialized exclusively on the front-end process are called foundries. The largest are TSMC, UMC (both in Taiwan), Chartered Semiconductor (Singapore) and SMIC (China).Companies who have specialized exclusively on the back-end process are called back-end subcontractors. The largest are Amkor (USA), ASE, Siliconware Precision (both Taiwan). There the specialization has already progressed to such a stage that some do only the testing and others only the assembly and packaging.
Mastery of front-end and back-end processes alike belongs to the concept of an IDM (Integrated Device Manufacturer). Infineon is an IDM of this kind. What’s more an IDM doesn’t just manufacture its chips, it also develops and markets them itself.

(extracted from IFX Emag 29 Nov 2006, Joe corner)

Nov 23, 2006

Syukur Tanpa Henti

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT,
Salam dan salawat semoga selalu tercurah bagi idola setiap muslim, Rasulullah SAW.

Tak dapat dinafikan lagi itulah dua kalimat yang perlu terus mengalir dengan sadar di dalam hati sanubari dan pikiran umat Islam. Tak terhitung nikmat Allah yang telah kita terima hingga detik ini dan begitu besar kasih sayang Rasulullah SAW dalam menuntun umatnya untuk dapat mengerjakan amal ibadah di dunia ini dengan benar, ikhlas, namun tetap menjaga martabat sebagai manusia sang khalifah di muka bumi.

Kemarin malam saya begitu terheran dan berucap kali mengucap "naudzubillaahi min dzalik" dari acara dokumenter yang membuat berdiri bulu roma (bukan merek biskuit) dari tv lokal. Selepas acara tsb -- mungkin dapat membuat sebagian pemirsa pingsan atau memilih pindah ke saluran acara lain -- saya begitu dalam mencerna "mengapa saya harus bersyukur (lagi) terlahir sebagai seorang muslim di tengah keluarga dan masyarakat muslim yang "insya Allah" sedang menjalankan syariat Islam dengan benar:

  • Lebih umum terlahir sebagai seorang muslim di Indonesia -- yang bagi sebagian orang di dunia dikatakan memiliki ciri khas pemeluk Islam moderat.
  • Lebih khusus hidup di tengah lingkungan keluarga dan masyarakat yang terlindung dari kejahiliyahan, kurafat dan tahayul yang terbawa dari tradisi nenek moyang.

Ada tiga waktu/peristiwa umum yang dapat kita perhatikan mengapa umat manusia di alaf 21 (abad ke 21) ini menjadi gila, aneh, dan tidak sadar statusnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.

1. Ritual dalam agama (sekte/cult), nikah, kematian, menebus dosa, dan masuk usia dewasa

Banyak dapat diamati bagaimana ritual2 yang tidak masuk akal dilakukan para pemeluk agama/kepercayaan. Agama mengatur tatacara ibadah kepada Tuhan, namun apabila ritual tersebut sampai memaksa pengikutnya untuk melukai diri atau orang lain, menyengsarakan mahluk lain, kesurupan, mabuk (karena makan atau minum yang tidak baik), dll tentunya sudah tidak masuk akal (baca: mengerikan, menjijikkan) dan tak dapat dipertanggungjawabkan.

Itu sisi sekte yang amat mengerikan, namun jangan salah ada juga yang menganggap ringan ritual "ibadah" di dalam kepercayaan mereka. Ibadah menjadi terkesan main-main dan hanya dipakai untuk pelampiasan rasa bersalah untuk beberapa saat saja. Model kepercayaan seperti ini pun banyak bermunculan baik di negara terbelakang atau di negara maju sekalipun. Mana ada untuk menebus dosa atau menolak bala, lalu pengikutnya bertindak aneh yang cenderung membuat dosa lagi (seperti melampiaskannya pada orang/mahluk lain dalam upacara sesajen atau korban) atau justru minta ampun via manusia lain (dan menimpakan dosa itu ke manusia lain yang sudah mati).

Jangan heran bila sekte atau aliran agama yang sudah teramat jauh meninggalkan akal pikiran sehat pengikutnya ini dapat menghimpun dana super yang digunakan untuk membuat megah tempat ibadah mereka dengan emas, berhala2 raksasa, dan bangunan2 bisu yang menjulang tinggi. Sementara itu di lain pihak: umat mereka begitu miskin, pendeta2 mereka [diajari] mengemis, dan isi ritual tiada lain hanyalah tahayul semata. Naudzubillaahi min'dzaliik.

Ritual yang berakar dari tradisi jahiliyah ini juga merasuk ke acara2 lain seperti perhelatan nikah dan penyelenggaraan kematian. Amat janggal rasanya keluarga miskin yang terpaksa mencari utangan di sana sini demi mempersiapkan upacara2 adat yang amat mahal dan mubazir. Malah anggota keluarga mereka rela berkorban nyawa demi kemuliaan keluarga besar mereka. Belum lagi acara duka yang harus diperingati tiap hari/bulan/tahun keramat oleh ahli waris secara besar2an. Pada akhirnya yang menikmati memang masyarakat sekitar sana juga ... makan gratis, mabuk sepuasnya, berjudi, dll. Belum lagi ahli waris yang dibebani biaya2 selanjutnya untuk membangun kubur (kadang sampai butuh nisan raksasa atau dibawa ke bukit/gunung tinggi untuk menyimpan si mayit) dan merawatnya sampai bangkrut.

Nah berangkat ke ritual lain yaitu penebusan dosa. Setelah menyaksikan beberapa tayangan di tivi (Irak, India, Meksiko, Filipina), sepertinya ada benang merah yang mirip. Para penganut agama atau sekte menganiaya dirinya sendiri (atau dengan bantuan orang lain, yang amat mungkin anggota keluarganya sendiri) dalam rangka "membebaskan" diri dari "dosa di dunia dan akhirat" Mungkin pemeluk agama lain merasa "lebih cerdas dan manusiawi" karena cukup dengan pengakuan dosa saja maka dosa2 nya terampuni. Koq rasanya mudah sekali orang2 itu melepaskan dosa dan mungkin melakukannya lagi di kemudian hari. Namun memang, membebaskan dosa dengan menganiaya diri adalah lebih konyol !

Terakhir yang tak kalah gilanya adalah upacara di saat seorang laki-laki memasuki usia dewasa. Nah ada satu dokumenter berasal dari Papua New Guinea. Mereka mempercayai bahwa nenek moyang mereka adalah buaya. Di saat seorang pria memasuki usia dewasa, sekurang2nya satu kali dalam hidupnya (antara usia 18 - 35 tahun), mereka perlu melalui upacara "mengukir kulit" yang membuat kulit mereka bersisik seperti buaya dewasa. Jelas saja itu akan banyak mengeluarkan darah dan menyakitkan, namun mereka percaya bahwa darah itu adalah darah yang mengalir ke dalam tubuh seorang lelaki saat ia berada dalam rahim ibunya. Darah tersebut adalah darah wanita dan harus dibuang, sehingga sisa darah yang tinggal nanti adalah "murni" darah laki-laki. Laki-laki yang sukses melalui upacara ini adalah pria sejati yang sanggup mengarungi kehidupan tanpa gentar. OMG !

2. Tidak puas akan fitrah

Apa yang dapat seseorang lakukan apabila ia sudah tidak rela melihat fitrahnya. Frustasi dan lari dari kenyataan. Bunuh diri atau melawan kodratnya. Bunuh diri sudah amat sering beritanya. Ada satu trend edan abad ini yaitu transformasi wanita menjadi pria secara permanen (Female-To-Male transgender). Ini bukan sembarangan karena transformasi adalah permanen, bukan sekadar menjadi waria di malam hari atau di tempat kerja saja (salon, butik, penata gaya, dll). Sampai mana proses permak ini dapat dilakukan ? Tentunya tergantung modal (baca: uang, pengetahuan, dan sarana/tenaga ahli) dan keberanian si pelaku. Ini jelas suatu tindakan berbahaya yang mahal, menyakitkan (sekurang2nya jasmani yang merasakan) , dan beresiko fatal.

Seorang profesor antropolog Kristen ortodoks mengatakan hanya orang2 yang tak percaya agama dan hari akhir saja yang nekad berbuat macam ini. Bayangkan tubuh sehat begitu koq yach dipermak (baca: dibuang bagian2 yang "tak" perlu nya). OMG!

3. Menyikapi kegagalan hidup

Rasulullah SAW pernah bersabda kira2 macam ini: "Sungguh unik urusan orang yang beriman itu. Semua urusannya, baik baginya. Jika ia memperoleh kegembiraan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ditimpa kesulitan, dia bersabar, dan itu baik baginya" (HR Muslim).

Nah kurang apalagi petuah Rasulullah bagi orang beriman. Hadapi dengan positif sisa usia ini. Jangan mudah menyerah dan bekerjalah untuk ridha Allah yang luasnya seluas alam semesta ini. Hanya kepada Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kita percayakan sebagai tempat mengadu segala kesedihan dan problematika hidup dan kepada Nya jualah kita berbagi kebahagiaan.

Namun ada kalanya kita kurang sabar dan ingin segala sesuatunya terjadi secepat yang kita mau. Tanpa mau mengikuti sunnatulah dan proses, inilah yang menyebabkan banyak pecundang2 di kalangan orang Islam sendiri. Terlampau banyak bermimpi tanpa mau memperbaiki diri dan belajar dari pengalaman.

Masa jahiliyah
Dari tiga pokok bahasan di atas, nyata bagi kita bahwa tak peduli bahwa saat ini zaman sudah berubah namun kejahiliyahan tetap wujud. Bentuknya saja yang berganti-ganti namun esensinya sama. Kejahiliyahan yang menyebabkan manusia lupa siapa ia sebenarnya dan mengapa ia dilahirkan ke dunia ini. Lupa akan akal yang telah dianugerahkan pada dirinya dan tak mau mengakui kekuatan super yang mengatur kehidupan di alam semesta ini. Mengapa manusia modern masih mau percaya (dan takut) pada dukun, ramalan nasib, zodiak, dll. Mengapa surga itu begitu mudah dibeli hanya dengan pengampunan dosa dan mengapa neraka itu mereka anggap tak ada dan malaikat penunggu neraka dapat disogok agar hukuman menjadi ringan ? Mengapa masih perlu memanggil arwah orang mati untuk "meluluskan" keinginan, mengapa masih percaya akan jimat, mengapa perlu menyogok hantu lapar dengan buah2an dan kue yang asam dan tidak enak, mengapa perlu membakar mobil kertas dan uang kertas untuk arwah di alam baka, ... ?

Lambat laun, generasi baru pun lahir. Mereka heran dengan ritual2 tak masuk akal ini, mereka berontak, dan meninggalkan segala ritual tradisi ini. Mereka akan bergabung dengan sekte2 baru yang juga tak akan memberikan solusi selain kepahitan hidup di saat depresi. Organisasi2 semacam free-thinker, freemasonry, dan faham pluralisme adalah contoh2 kebablasan di zaman modern ini.

Tulisan ini dibuat untuk membuka mata kita sebagai seorang muslim. Ini hanya mengingatkan kita untuk tak segan bersyukur di tiap saat. Kita tak perlu menertawakan pihak manapun yang masih berkubang dalam kejahiliyahan. Malahan kita perlu mendoakan agar Allah membukakan pintu petunjuk dalam hati mereka.

Nov 11, 2006

Lima Ketangguhan

Singapura
(Sansekerta lit. Singam=singa, Puram=kota)
Temasek
(Jawa lit. kota laut)

Red dot
Negeri titik merah tempat kami tinggal saat ini sebenarnya hanyalah sebuah pulau seluas 697 km2 (2004) -- tak lebih besar dari kota Jakarta. Bayangkan dengan luas negeri ini saat melepaskan diri dari Malaysia (1964) , konon kabarnya hanya
581 km2 saja. Reklamasi pantai yang gila-gilaan memanfaatkan berjuta meter kubik pasir legal dan ilegal dari Indonesia telah membuat pulau ini mengembang 3 km2 per tahun !. Hal ini akan terus berlangsung, seperti diprediksikan hingga tahun 2030 luas Singapura akan bertambah 100 km2 lagi. Kalau perdagangan pasir dengan kepulauan Riau bersih tanpa kkn tentunya ini akan menjadi sumber pendapatan non-migas yang cukup untuk memperindah prasarana di provinsi yang baru resmi tahun 2004 dengan ibukota Tanjung Pinang itu.

Meski luasnya hampir setara dengan Jakarta kini, jumlah penduduk nya -- penduduk asli (citizen) + penduduk menetap (permanent residence) -- hanyalah setengah rakyat Jakarta yang tercatat di malam hari. Faktor utama sedikitnya jumlah penduduk adalah tingginya biaya hidup dan gaya hidup sebagai pecandu kerja (work alcoholic) yang cenderung mendahulukan karir dibanding berkeluarga.

Ketangguhan di segala aspek

Pertahanan Menyeluruh (PM) adalah terjemahan bebas Total Defence ke dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak dipaksakan juga kalau kita pakai istilah Pertahanan Bersepadu (Melayu) atau Pertahanan Komprehensif (
Engdonesia). PM diacu pada tahun 1984 dari konsep yang telah diterapkan lebih dahulu di beberapa negara kecil di Eropa seperti Swiss, Swedia dan Denmark.

Pada dasarnya PM membutuhkan partisipasi aktif setiap individu. PM mencakup segala aktivitas sehari-hari yang bertujuan untuk terus meningkatkan ketangguhan Singapura sebagai sebuah negara berdaulat. PM tidak hanya memikirkan ketangguhan sarana dan personil militer saja (baik tentara maupun dari rakyat sipil), namun sampai kepada hal-hal yang lumrah dan mungkin remeh (imho) seperti ikut serta dalam latihan keadaan siaga/darurat, meningkatkan kemahiran dalam bekerja, menekuni bidang baru, menjalin hubungan erat antar kaum dan agama, dan ... rasa bangga sebagai orang Singapura.

Alasan dibutuhkannya PM sederhana saja: (1) Negeri kecil yang baru melalui usia 4 dasawarsa ini tidak akan mampu hanya bertumpu dari angkatan bersenjata reguler yang siap tempur dalam jumlah besar. (2) Ini yang terpenting menurut saya: bahwa perang di zaman edan ini sudah tidak lagi terbatas pada peperangan terbuka antara dua kubu militer. Oleh karenanya seluruh rakyat harus dapat dimobilisasi untuk bela negara dan sikap siaga/waspada harus selalu hidup dalam sanubari tiap individu karena musuh saat ini dapat hadir dalam berbagai "rasa dan warna" yang mematikan -- tanpa perlu embel-embel militer sekalipun.









  1. Ketangguhan militer
    Tidak dapat dinafikan ini adalah arti sejati ketangguhan negara secara fisik terhadap ancaman dari dalam ataupun serangan dari luar wilayah kedaulatan. Mempersiapkan aspek personil dan aspek sarana dalam menghadapi agresi militer maupun ancaman non-konvensional seperti terorisme, pembajakan, perang dunia maya (cyberwar), perang kimia/biologi/sinar-kosmik, dll. Angkatan bersenjata (SAF) dan gerakan wajib militer (NS) adalah dua tulang punggung aktif sektor ini.
  2. Ketangguhan sipil
    Sektor ini memiliki tugas melayani penduduk sipil di saat serangan meletus, kondisi siaga, bencana alam, dll. Memberikan pertolongan pertama, tindakan penyelamatan, dan evakuasi korban adalah tugas pokok sektor ini. Di masa tenang, mereka punya tugas lain yang tak kalah penting, yakni mendidik masyarakat awam dalam menghadapi situasi gawat seperti memberi brosur, latihan massal, menginformasikan tempat2 darurat semacam "shelter" perlindungan, sumber air/makanan/darah dll.
  3. Ketangguhan ekonomi
    Membangun perekonomian yang kuat adalah modal penting untuk kelangsungan hidup negara di saat senang ataupun sulit. Ekonomi yang morat-marit akan mudah memicu konflik sosial dalam negeri dan sikap anti-pemerintah. Pemerintah, pengusaha dan serikat buruh bahu membahu untuk menciptakan pondasi ekonomi yang kuat yang tidak mudah goyah di kala krisis, menciptakan program2 antisipasi (contingency plan), dan "menimbun" sumber2 daya vital yang amat berguna. Di saat tentara dan penduduk sipil dikerahkan untuk membela negara, kantor dan pabrik harus tetap dapat berjalan normal. Masyarakat pun selalu diingatkan untuk terus meningkatkan ilmu pengetahuan dan menekuni kemahiran2 baru yang membuat mereka tetap "layak" dipekerjakan di era globalisasi ini (kata kunci: belajar seumur hidup dan siap dilatih lagi kapan pun).
  4. Ketangguhan sosial
    Mengupayakan keharmonian antar ras dan agama adalah hal penting untuk menciptakan kedamaian dan stabilitas di dalam negara. Tiap anggota masyarakat digalakkan untuk sadar dan dapat memahami perbedaan tradisi dan budaya etnis lain di sekeliling mereka. Memupuk kepekaan sosial terhadap mereka yang kurang beruntung (dari segi jasmani, keuangan, dll) dan keinginan membantu sesama tanpa memandang ras, bahasa atau agama.
  5. Ketangguhan jiwa
    Bangga, setia dan bersedia berjuang demi negara. Tiap individu menjadi bagian penting untuk mempertahankan dan melindungi apapun yang dimiliki terutama menyangkut kedaulatan dan kemerdekaan. Tujuan bersama, kebulatan tekad, dan keteguhan adalah faktor utama yang membuat bangsa ini tidak mudah menyerah dan menggapai sukses.

Bagaimana dengan konsep Islam

Kelima pilar ketangguhan yang diulas singkat tadi cukup lengkap untuk kelangsungan dan keutuhan sebuah negara. Konsepnya mudah dipahami namun dibutuhkan keseriusan dan kedisiplinan untuk terus mengasah dan mengujinya dari generasi ke generasi. Apa yang dapat menjaga agar semangat menjaga kelima pilar tadi tetap berkobar sepanjang zaman ?

Sejarah Islam menunjukkan bahwa konsep2 diatas bukanlah sesuatu yang baru. Rasulullah dan generasi pemerintahan di masa sahabat telah mampu membawakan Islam sebagai sebuah tatanan hidup lengkap (syumul), yang tak memiliki batas ruang dan waktu. Tatanan hidup yang memiliki landasan kokoh (al Quran dan as Sunnah) dan satu tujuan utama (ikhlas mencapai keridhaan Allah SWT). Metode pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masa/tempat/generasi dan tak terkesan otoriter sehingga Islam wujud sebagai rahmat bagi alam semesta (manusia dan alam seisinya):

  • menghindari penindasan antar sesama
  • saling menghormati hak dan amanah menjalankan kewajiban.
  • kesetaraan manusia sebagai mahluk hamba Allah.
  • mengutamakan musyawarah/mufakat di atas suara terbanyak.
  • mengatur pendistribusian kekayaan sehingga tiada istilah jurang kekayaan/kemiskinan.

Islam memberikan solusi kompak di atas pondasi kokoh universal, yang takkan lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, berupa al-Quran dan as-Sunnah. Al-Quran dan as-Sunnah menjadi pondasi kelima pilar pembangunan serta menjadi pedoman dalam pelaksanaan setiap unit kerja pada masing2 aspek.

Wallahu a'lam bis shawwab,

Catatan lepas:
(1) Informasi lebih lanjut dapat dijelajah di internet dengan kata kunci: departemen hankam (MINDEF), angkatan bersenjata (SAF), program wajib militer (NS), layanan sipil (SCDF), prasarana tempur (DSTA, Singapore Technologies).

(2) Total Defence diperingati tiap tahun pada tanggal 15 Februari (bertepatan dengan hari penyerahan Singapura pada tentara Jepang di tahun 1942).

Nov 5, 2006

Jemputan Aidil Fitri

Alhamdulillah setelah sekian lama tidak berhari raya di Singapura, kini kesempatan itu datang kembali. Merayakan aidil fitri bersama keluarga "asli" Singapura. Kebetulan dekat tempat tinggal kami di Bedok memang ramai keluarga Melayu. Menyapa makcik dan pakcik, jemputan makanan khas ala Melayu Singapura, baju hari raya seragam sekeluarga, bersilaturahmi hingga malam hari, lampu hias berkelap kelip di sekeliling flat, bagi-bagi salam tempel untuk si kecil, dan berhari raya hingga sebulan lamanya.

Acara wajib tentunya mengunjungi nenek kakek kami sendiri (+ anak , menantu dan cucu + cicit nya) yang tinggal di Tampines Street 83. Nenek dan kakek ini bukanlah kandung dari orang tua di Jakarta, namun dari struktur adat/keluarga masih ada pertalian darah. Mereka sudah lama merantau di Singapura, sekitar 30 tahun lebih dan sudah menjadi warga Singapura. Ada 3 anak perempuan dan 2 anak lelaki yang juga sudah menikah dengan warga di sini juga.

Jemputan selanjutnya tentulah mengunjungi rumah oom dan tante tadi. Syukur juga tempat tinggal mereka berdekatan di kawasan timur saja, dimulai dari Chai Chee, Bedok, Tampines, dan Pasir Ris.

elwis-iman, saleh-nelly, mohd-za, marshal-lina, mazlan-fitri elis-elsa, elvi-eliana, diana-marissa, tina-masyitha

Oct 24, 2006

Amanah Kang Ibing

Allaahu akbar (3x) ... walillaahilhamd.

Gema takbir menggema syahdu di awal pagi hari 24 Oktober 2006 ini. Alhamdulillah cuaca hari ini amat bersahabat: sejuk dan kadar kabut (PSI) sudah jauh berkurang. Pembacaan
PSI hanya di bawah 50 dan terus merosot. Allah memudahkan langkah muslimin dan muslimat untuk bergegas menyambut shalat idul fitri, khususnya lagi bagi kami yang diberi kesempatan berhari raya di KBRI Singapura pagi itu. Semoga langit kembali cerah dan terus cerah di rantau nusantara ini.

Shalat Ied dipimpin imam IndoSing -- asal asli Indonesia namun sudah beken di Singapura -- yaitu HM Noor Tijany dan khatibnya Drs. Kusmayatna -- atau yg lebih dikenal dengan Kang Ibing. Iya beneran, ini adalah Kang Ibing, pelawak legendaris dari grup d'Bodors yang cukup kondang di era 1980-1990an. Saat ini Kang Ibing (60 tahun) tampil "tenang dan berisi" selayaknya ustadz. Buat jamaah yg mendambakan sosok nge-bodor beliau saat khutbah tadi tentunya kecewa deh :-) Mantan pemeran Kabayan yang dulu suka tampil dengan muka mengantuk, baju hitam, sarung di selempangkan ke pundak, dan peci butut saat ini adalah ustadz dan pembina dari pesantren modern Baiturrahman Bandung yang sudah punya bbrp cabang di Jawa Barat, Riau, dan Kendari.


Tema sentral yang diangkat adalah Ramadhan menghasilkan pribadi yang mampu memegang erat amanah (maaf yach ... dicari yg agak mirip, lupa versi aslinya). Dimulai dengan kutipan akhir ayat Al Baqarah 185 " ... Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur".

Mencukupkan hari puasa adalah wajib, namun yang lebih penting lagi adalah apa yang telah kita peroleh pasca-Ramadhan ini. Tentunya kita berharap agar puasa ini tidak hanya "latihan" menahan lapar dan haus saja kan ... Apa esensi yg terkandung dalam aktivitas puasa tsb yg menjadikan kita muslim yg lebih baik ?

Kang Ibing mengambil satu kisah tauladan dari sahabat Rasulullah SAW bernama Khalid bin Walid (Saifullah Maslul - the Sword of Allah). Sahabat ini menjadi panglima perang yg amat digjaya dan disegani baik oleh kawan maupun lawan di masa khalifah Umar bin Khattab.

Kisah ini amat indah dan terkenal:
Di masa itu sang panglima Khalid sedang bersiap memimpin peperangan di Yarmuk. Sementara itu kekhalifahan baru saja beralih dari Abubakar ra kepada Umar bin Khattab ra. Namun tanpa diduga di tengah kesibukan persiapan tsb, datanglah utusan khalifah menyerahkan surat kepada Khalid. Isinya singkat dan tegas: (1) mengumumkan wafatnya Abubakar ra dan pengangkatan Umar ra sebagai khalifah dan (2) mencopot dengan hormat jabatan Khalid sebagai panglima perang.
Bagaimana sikap Khalid? Ia menerima pemberhentian tersebut dengan sikap ksatria, tidak sedikit pun kekecewaan dan emosi terpancar dari wajahnya. Ia segera menunjuk Abu Ubaidah bin Jarrah untuk menyerahkan kendali kepemimpinan sementara ia pulang menemui khalifah sebagai seorang prajurit yang taat. Khalid pun bertanya pada sang khalifah: (1) Apakah ada kesalahan yang ia perbuat krn itu ia diberhentikan ? (2) Apakah ada sikapnya yang tidak baik dan membuat tidak senang sahabat lain ? NOPE ! Tiada suatu alasan negatif pun yang melekat pada diri Khalid.
Ini membuat Khalid penasaran dan jauh ingin mengetahui apa sebabnya ia dipanggil pada masa keemasan karirnya tsb. Akhirnya khalifah buka kartu dan berujar legowo kepada Khalid: "Sebagai sahabat karib saya takut bahwa ketenaran dan kehebatan yang engkau miliki saat ini lambat laun membuat dirimu tinggi hati dan menjauhkan diri daripada Allah Yang Maha Besar". Khalid amat terharu dan sambil terisak dipeluknyalah erat-erat khalifah Umar. Khalid amat berterima kasih bahwa ia telah diingatkan dan dijauhkan dari ancaman masuk neraka di akhirat kelak.
Selepas peristiwa itu Khalid pun kembali ke medan tempur dan berperang dengan gigih dibawah komando "mantan anak buahnya". Banyak sahabat heran dan bertanya-tanya mengapa Khalid tetap masih mau bertempur pada posisi prajurit biasa padahal seharusnya ia kecewa berat ? Apa tanggapan Khalid: "
Aku tidak berperang untuk Umar. Aku berperang untuk Tuhannya Umar" .

Orientasi perjuangannya adalah Allah, bukan jabatan, ketenaran dan kepuasan nafsunya. Khalid mampu memegang amanah baik sebagai pimpinan maupun sebagai anak buah karena destinasi akhir sepak terjangnya di dunia ini adalah Allah !

Mampukah kita belajar dari kisah ini dan meluruskan kembali niat kita sebagai mahasiswa, pekerja, dll ? Mampukah kita mengemban amanah dengan jujur dimana dan kapanpun ?

Wassalam




Oct 21, 2006

Salam Idul Fitri 1427 H



21/10/06

Hari beranjak senja
Membiaskan rona jingga dibatas cakrawala
Mengakhiri rasa lapar serta dahaga
Mereguk nikmat sebulan penuh berpuasa
Semoga Allah mengijabah doa dan harapan,
serta menerima ibadah siang malam kita

Kini hari yang fitri telah tiba
Kami bawa hati khusyuk dalam do'a
Tolong maaf kan segala dosa dan alpa
Semoga bertemu lagi dengan Ramadhan berikutnya
Semoga selalu tercurah petunjuk dan rahmat Nya.

Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1427 H
Taqabbalallaahu Minna Waminkum
Washiyaamana washiyaamakum
Minal Aidin Wal Faidzin
Maaf Lahir dan Bathin


E l w i s I m a n
(S)460138
EidMubarak ! http://youtube.com/watch?v=0hote__S830

Oct 16, 2006

Rahasia Sehat ala Rasulullah SAW

Buka Bersama Aa Gym
Masjid An Nahdhah Singapura
15 Oktober 2006 (22 Ramadhan 1427 H)

Assalaamualaikum wr wb,

Senang sekali kami dapat berjumpa kembali dan mendengarkan tausiyah Aa Gym selepas shalat Ashr LIVE di mesjid termuda dan modern di Singapura ini. Aa Gym berbicara di dua kesempatan yaitu selepas Ashr dan selepas Isya sebelum tarawih dimulai. Berikut cuplikannya, semoga bermanfaat bagi yang membacanya.

Kesempatan langka untuk "bertemu" dengan Aa ini tentunya tidak disia-siakan oleh sebagian IMASers untuk mendapatkan siraman rohani dari kyai yang istiqamah dengan 3M nya ini. Bayangkan untuk mengundang Aa tampil di bulan Ramadhan bukanlah hal yang mudah, mengingat jadwal beliau yang teramat padat (mengutip pernyataan CEO An Nahdhah: "... Aa menerima jemputan untuk hadir di 2000 undangan untuk Indonesia saja"). Hmm ... sepertinya jamaah an-Nahdhah amat bertuah (beruntung) hari itu.

Sesi selepas Ashr
Dalam kesempatan pertama, Aa Gym duduk sebagai ahli panel bersama ahli kesehatan dr. Husaini Hafiz dan seorang mahasiswa lokal yang mempresentasikan kemudharatan Shisha.

Budaya menghisap asap tembakau lewat Shisa ini berakar dari India. Alat hisap ini akan mengalirkan asap tembakau dengan perantaraan uap air melalui pipa panjang ke mulut pemakai. Melalui medium air dan pipa panjang (kadang juga plus filter kapas di corong hisap), pengguna Shisha menganggap asap tembakau tsb sudah "dingin" dan zat-zat kimia berbahaya yang terkandung dalam asap sudah mengendap atau larut di dalam air tsb. Tak mengherankan jika banyak yang beranggapan bahwa Shisha lebih aman dibanding rokok sigaret. Tiadanya larangan yang jelas menyebabkan anak di bawah umur pun (18 tahun -red) merasa aman dan "diperbolehkan" mengkonsumsinya. Padahal menurut penelitian, Shisha ini lebih berbahaya dibanding rokok (100x volume racun yang dikonsumsi rokok biasa) karena volume gas tiap hisapan jauh lebih banyak. Kenyataan yang diungkapkan pak dokter Hafiz ini didukung oleh data dan fakta yang tentu saja akurat.

Nah beralih ke materi dari Aa sekarang ...
Seperti biasa materi yang dibawakan Aa ringkas dan langsung tembak sasaran. Dalam tempo 30 menit Aa menerangkan tentang panduan ideal (goal) bagi seorang muslim. Keenam goal tersebut adalah:

  1. Iman, sebagai tujuan hidup tertinggi seorang muslim. Tanpa iman tiada arti hidup ini.
  2. Sehat, hilang kesehatan berarti hilangnya banyak kesempatan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan.
  3. Rukun (harmonis, persahabatan, dan memperbanyak kawan bukan lawan)
  4. Manfaat, manusia mulia adalah yang paling bermanfaat bagi sekitarnya (manusia, mahluk lain, lingkungan)
  5. Qalbun salim (hati yang bersih), jauh dari iri dengki dan penyakit hati lainnya.
  6. Husnul khatimah, meninggalkan dunia fana dalam kondisi baik.

Dalam konteksnya dengan kesehatan, Aa merangkai tujuh pola hidup sehat yang Islami:

  1. Hiruplah udara bersih.
  2. Menuruti sunnah Rasul dalam diet sehari2: 1/3 untuk air, 1/3 untuk air, dan 1/3 untuk makanan.
  3. Makanan dan pola makanan seimbang (halalan thayyiban , sementara lazatan hanyalah optional).
  4. Tidur cukup: mempercepat tidur malam hingga dapat bangun awal.
  5. Olahraga teratur.
  6. Manajemen Qalbu: hati yang bahagia memicu hidup sehat (beri kemudahan pada siapapun dan tebarkan kabar gembira)
  7. Memperbanyak amal shaleh: senang menolong, memberi sedekah, dll.

Sesi selepas Isya
Aa menceritakan dua kisah yang memberi teladan bagi kita betapa berbahagianya orang yang memakmurkan masjid di akhir hidup mereka.

Kisah pertama

Bermula pada saat kubur seorang lelaki dibongkar karena akan dipindahkan lokasinya. Betapa terkejut ahli keluarga dan para pekerja yang membuka kubur tsb saat melihat kain kafan sang mayit tetap putih bersih tanpa kotoran tanah sedikitpun yang melekat dan tali ikatan kafan tetap utuh seperti saat orang tua tsb mati 26 tahun yang lalu. Aa bertanya kepada anak perempuan lelaki tsb tentang amalan utama apa yang biasa dilakukan almarhum. Aa menerangkan bahwa sang ayah adalah orang yang amat cinta memakmurkan masjid. Hampir separuh hartanya dihabiskan untuk beramal bakti terhadap masjid dan kemanapun ia pergi selalu masjid yang menjadi tujuan utamanya.

Kisah kedua

Kejadian sekitar bulan Ramadhan di tahun 2002 lalu. Kala itu seorang janda berusia 75 tahun dan tidak memiliki anak, mendatangi DT dan menyatakan kesediaannya untuk menyerahkan seluruh hidupnya berkhidmat di lingkungan masjid DT. Tanpa diupah sepeserpun, nenek tsb amat rajin membersihkan masjid. Cita-cita beliau hanya satu yaitu meninggal di dalam rumah Allah. Keinginannya terkabul, di suatu siang nenek tsb pingsan dan tergeletak di masjid hingga menemui ajalnya. Hal-hal menarik terjadi secara berurutan:

  • Di dekat lokasi tsb ada pula orang lain meninggal (sebutlah namanya si Fulan) dan masjid sudah bersiap-siap untuk mengkafani dan menyalatkan Fulan. Namun tanpa ada skenario sebelumnya Fulan tidak jadi dibawa ke masjid tsb, padahal kain kafan dan pengurus jenazah sudah siap. Alhasil, nenek perawat masjid itulah yang dibungkus dengan kain kafan -- yang sudah tertata rapi di masjid -- tersebut. Orang pun tak henti-hentinya berdatangan untuk meshalatkan sang nenek.
  • Di hari yang sama ada jenazah lain yang ingin dikuburkan di TPU tsb. Lobang sudah tergali dan petugas pun sudah siap memasukkan jenazah ke lahat. Namun tanpa ada skenario sebelumnya, jenazah tadi batal dikuburkan di sana. Alhasil, nenek perawat masjid itulah yang mendapat "hak" untuk masuk ke dalam liang lahat yang sudah siap menerima jasad nya tsb.

Benar-benar kuasa Allah, segalanya telah Ia persiapkan untuk menyambut pelayan-pelayan terbaik rumah Nya. Bilamana saja orang-orang baik di lingkungan Anda telah begitu santun menjamu Anda saat bertamu ke rumahnya, apatah lagi ini Allah (sang pemilik alam semesta) yang akan menjamu dan menyambut kepulangan Anda ke dalam genggamanNya.

Semoga kedua kisah ini memberi banyak pelajaran bagi kita, bahwasannya menjadi ahli masjid dan ahli sedekah (baik ilmu, tenaga, harta) adalah dua amal mulia di sisi Allah. Banyak bersedekah bukan akan "mengurangi" harta Anda, bahkan ia akan terus bertambah dan bertambah. Ini semua adalah janji Allah dan semoga kita dapat beribadah dengan keyakinan.

Wassalaamualaikum wr wb,

p.s Tak lengkap rasanya tanpa kenangan bersama Aa Gym. Foto-foto dapat diakses di http://www.flickr.com/photos/iman_elwis. Maaf bagi yang terjepret saat gayanya kurang OK :-)

Aug 8, 2006

Ilmu Pembersih Hati

Ada sebait do'a yang pernah diajarkan Rasulullah SAW dan disunnahkan untuk dipanjatkan kepada Allah Azza wa Jalla sebelum seseorang hendak belajar. do'a tersebut berbunyi : Allaahummanfa'nii bimaa allamtanii wa'allimnii maa yanfa'uni wa zidnii ilman maa yanfa'unii. dengan do'a ini seorang hamba berharap dikaruniai oleh-Nya ilmu yang bermanfaat.


  1. Apakah hakikat ilmu yang bermanfaat itu?
    Secara syariat, suatu ilmu disebut bermanfaat apabila mengandung mashlahat - memiliki nilai-nilai kebaikan bagi sesama manusia ataupun alam. Akan tetapi, manfaat tersebut menjadi kecil artinya bila ternyata tidak membuat pemiliknya semakin merasakan kedekatan kepada Dzat Maha Pemberi Ilmu, Allah Azza wa Jalla. Dengan ilmunya ia mungkin meningkat derajat kemuliaannya di mata manusia, tetapi belum tentu meningkat pula di hadapan-Nya. Oleh karena itu, dalam kacamata ma'rifat, gambaran ilmu yang bermanfaat itu sebagaimana yang pernah diungkapkan oleh seorang ahli hikmah. "Ilmu yang berguna," ungkapnya, "ialah yang meluas di dalam dada sinar cahayanya dan membuka penutup hati." seakan memperjelas ungkapan ahli hikmah tersebut, Imam Malik bin Anas r.a. berkata, "Yang bernama ilmu itu bukanlah kepandaian atau banyak meriwayatkan (sesuatu), melainkan hanyalah nuur yang diturunkan Allah ke dalam hati manusia. Adapun bergunanya ilmu itu adalah untuk mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kesombongan diri.
  2. Ilmu itu hakikatnya adalah kalimat-kalimat Allah
    Sungguh tidak akan pernah ada satu pun makhluk di jagat raya ini yang bisa mengukur Kemahaluasan-Nya. Sesuai dengan firman-Nya, "Katakanlah : Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (dituliskan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)." (QS. Al Kahfi [18]: 109).
    Adapun ilmu yang dititipkan kepada manusia mungkin tidak lebih dari setitik air di tengah samudera luas. Kendatipun demikian, barangsiapa yang dikaruniai ilmu oleh Allah, yang dengan ilmu tersebut semakin bertambah dekat dan kian takutlah ia kepada-Nya, niscaya "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." (QS. Al Mujadilah [58] : 11).
    Sungguh janji Allah itu tidak akan pernah meleset sedikit pun! Akan tetapi, walaupun hanya "setetes" ilmu Allah yang dititipkan kepada manusia, namun sangat banyak ragamnya. Ilmu itu baik kita kaji sepanjang membuat kita semakin takut kepada Allah. Inilah ilmu yang paling berkah yang harus kita cari. Sepanjang kita menuntut ilmu itu jelas (benar) niat maupun caranya, niscaya kita akan mendapatkan manfaat darinya.
  3. Sebaik-baik ilmu adalah yang bisa membuat hati kita bercahaya
    Imam Syafii ketika masih menuntut ilmu, pernah mengeluh kepada gurunya. "Wahai Guru, mengapa ilmu yang sedang kukaji ini susah sekali memahaminya dan bahkan cepat lupa?" Sang guru menjawab, "Ilmu itu ibarat cahaya. Ia hanya dapat menerangi gelas yang bening dan bersih." Artinya, ilmu itu tidak akan menerangi hati yang keruh dan banyak maksiatnya. Karenanya, jangan heran kalau kita dapati ada orang yang rajin mendatangi majelis-majelis ta'lim dan pengajian, tetapi akhlak dan perilakunya tetap buruk. Mengapa demikian? itu dikarenakan hatinya tidak dapat terterangi oleh ilmu. Laksana air kopi yang kental dalam gelas yang kotor. Kendati diterangi dengan cahaya sekuat apapun, sinarnya tidak akan bisa menembus dan menerangi isi gelas. Begitulah kalau kita sudah tamak dan rakus kepada dunia serta gemar maksiat, maka sang ilmu tidak akan pernah menerangi hati. Bila hati kita bersih, ia ibarat gelas yang bersih diisi dengan air yang bening. Setitik cahaya pun akan mampu menerangi seisi gelas. Walhasil, bila kita menginginkan ilmu yang bisa menjadi ladang amal shalih, maka usahakanlah ketika menimbanya, hati kita selalu dalam keadaan bersih. Hati yang bersih adalah hati yang terbebas dari ketamakan terhadap urusan dunia dan tidak pernah digunakan untuk menzhalimi sesama.

Semakin hati bersih, kita akan semakin dipekakan oleh Allah:

  • Untuk bisa mendapatkan ilmu yang bermanfaat darimana pun sumbernya.
  • Untuk menolak segala sesuatu yang akan membawa mudharat.

    Oleh karenanya, kita wajib menuntut ilmu sekuat-kuatnya yang dapat membuat hati bersih, sehingga ilmu-ilmu yang lain (yang telah ada dalam diri kita) menjadi bermanfaat. Bila mendapat air yang kita timba dari sumur tampak keruh, kita akan mencari tawas (kaporit) untuk menjernihkannya. Demikian pun dalam mencari ilmu. Kita harus mencari ilmu yang bisa menjadi "tawas"-nya supaya kalau hati sudah bening, ilmu-ilmu lain yang kita kaji bisa diserap seraya membawa manfaat. Mengapa demikian? Sebab dalam mengkaji ilmu apapun, kalau kita sebagai penampungnya dalam keadaan kotor dan keruh, maka tidak bisa tidak ilmu yang didapatkan hanya akan menjadi alat pemuas nafsu belaka. Sibuk mengkaji ilmu fikih, hanya akan membuat kita ingin menang sendiri, gemar menyalahkan pendapat orang lain, sekaligus aniaya dan suka menyakiti hati sesama. Demikian juga bila mendalami ilmu ma'rifat. Sekiranya dalam keadan hati busuk, jangan heran kalau hanya membuat diri kita takabur, merasa diri paling shalih, dan menganggap orang lain sesat. Oleh karena itu, tampaknya menjadi fardhu ain hukumnya untuk mengkaji ilmu kesucian hati dalam rangka ma'rifat, mengenal Allah.

    Datangilah majelis pengajian yang di dalamnya kita dibimbing untuk riyadhah, berlatih mengenal dan berdekat-dekat dengan Allah. Kita selalu dibimbing untuk banyak berdzikir, mengingat Allah dan mengenal kebesaran-Nya, sehingga sadar betapa teramat kecilnya kita ini di hadapan-Nya. Kita lahir ke dunia tidak membawa apa-apa dan bila datang saat ajal pun pastilah tidak membawa apa-apa. Mengapa harus ujub, riya, takabur, dan sum'ah. Merasa diri besar, sedangkan yang lain kecil. Merasa diri lebih pintar sedangkan yang lain bodoh. Itu semua hanya karena sepersekian dari setetes ilmu yang kita miliki? Padahal, bukankah ilmu yang kita miliki pada hakikatnya adalah titipan Allah jua, yang sama sekali tidak sulit bagi-Nya untuk mengambilnya kembali dari kita?

    Subhanallaah! Mudah-mudahan kita dimudahkan oleh-Nya untuk mendapatkan ilmu yang bisa menjadi penerang dalam kegelapan dan menjadi jalan untuk dapat lebih bertaqarub kepada-Nya

    Aa Gym (dikutip dari eramuslim.com)


  • May 25, 2006

    Adakah Perlu Sistem Ekonomi Islam

    Tulisan ini disarikan dari presentasi Dr. Aznan bin Hasan

    (Head, Dept. of Islamic Law, Int'l Islamic University Malaysia)
    dalam Forum Umum Penguasaan Ekonomi dari Zaman Rasulullah SAW hingga ke Masa Kini
    (Anjuran Masjid An-Nahdhah, 20 Mei 2006, Auditorium Politeknik Singapura)

    (1) Kesalahpahaman terhadap konsep harta
    Sebagian besar umat Islam masih beranggapan bahwa memiliki harta banyak adalah sebuah masalah yang harus dielakkan. Harta hanyalah kenikmatan di dunia yang sementara sehingga tak perlu kita bersusah payah mengumpulkannya dan cukuplah sekadarnya. Pemateri membawakan dua hadits dha'if yang biasa dipakai oleh golongan ini:
    • Nabi SAW berdoa agar dihidupkan dalam keadaan miskin, mati dalam keadaan miskin, dan di padang mahsyar nanti juga dibangkitkan bersama orang-orang miskin.
    • Nabi SAW mengatakan bahwasannya orang-orang kaya itu lambat masuk syurga karena mereka harus menjawab pertanggungjawaban atas harta mereka, contohnya adalah Nabi Sulaiman a.s dan sahabat rasulullah yaitu Abdurrahman bin Auf yang memasuki surga dengan merangkak kepayahan.

    Hal ini, disadari atau tidak, justru memburukkan ekonomi umat Islam karena kita tidak tahu bagaimana mengelola harta kekayaan yang telah dilimpahkan Allah kepada kita. Lebih buruk lagi, umat Islam menjadi malas bekerja keras untuk mencari rezeki (uang dan ilmu), akhirnya menjadi umat yang tidak produktif, konsumtif, dan terbelakang dalam aspek-aspek kehidupan.

    (2) Perspektif Islam terhadap ekonomi dan kekayaan
    Bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap kedua hal yang erat hubungannya ini ?

    • Islam adalah cara hidup yang komprehensif.
      Manusia diberi tugas untuk menjadi khalifah, bertugas sebagai badan perwalian yang amanah mengelola rezeki yang telah dianugerahkan Allah (trustee concept) (QS 7:32).
    • Segalanya diciptakan di muka bumi untuk manusia dan dilarang mengharamkan yang halal.
      QS 2:29 "Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu ..." ,
      QS 31:20 "Tidakkah kamu perhatikan sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi ..." ,
      QS 5:87-88 " Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu ... ".
    • Harta yang baik adalah apabila ia berada di tangan orang yang baik.
      Salah satu anugerah yang diberikan Allah kepada manusia adalah harta. Namun, harta sangat berpotensi dalam menimbulkan fitnah, sebagaimana diterangkan Allah dalam QS At-Taghabun 15: "Sesungguhnya harta-harta dan anak-anakmu adalah fitnah (cobaan bagimu); dan pada sisi Allah-lah pahala yang besar". Dalam hal ini ada dua jenis fitnah yang bertolak belakang tergantung bagaimana pengelolaan harta tsb: ia dapat menjadi asset (fitnah yang baik) apabila harta mampu dikelola secara profesional atau menjadi liabilitas (fitnah yang buruk) apabila kita tidak mampu mengelolanya secara proporsional (serakah, kikir, boros, dll).
    • Mencari rezeki adalah wajib dan bernilai ibadah
      QS 62:10 " ... dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung".
      Hadits: "Apabila kau tahu esok hari akan tiba kiamat, sementara di tanganmu ada sebiji benih tanaman, maka tanamlah benih itu, karena dengan demikian ia akan mendapatkan pahala.." (HR Anas r.a)
      Hadits: Suatu ketika, dalam ibadah haji ada seorang ahli ibadah yang sangat kuat beribadah. Tidak ada waktu lowong kecuali berzikir kepada Allah. Umar r.a yang mendengar kesalehan sang ahli ibadah lalu bertanya, “Siapa yang mengurus barang-barangnya?” Seseorang anggota rombongan sang ahli ibadah lalu menjawab, “Kamilah yang mengurus semuanya.” Spontan Umar r.a berkata, “Engkau lebih mulia dari pada orang yang kamu muliakan itu.” 3
    • Sistem ekonomi Islam adalah gabungan fardhu 'ain dan fardhu kifayah.

    (3) Mengapa Sistem Ekonomi Islam Diperlukan
    Sistem ekonomi adalah termasuk bagian dari solusi total (part and parcel) Islam terhadap dunia. Keperluannya dapat dianalisa baik secara makro maupun mikro, diantaranya:

    • Berasaskan keadilan.
    • Bertujuan untuk memakmurkan seluruh penghuni bumi.
    • Mempertemukan antara pihak yang memerlukan dan pihak pemilik uang.
    • Memberi arahan dalam berusaha/mencari harta yang berpandukan syariah Islam .

    (4) Apa itu sistem ekonomi Islam
    Sistem ekonomi Islam adalah sistem terpadu (keuangan, etika, moral, dan syariah) yang memiliki tujuan mulia untuk kesejahteraan hidup seluruh manusia. Sistem ini tidak sekedar pemenuhan konsep wealth creation and distribution saja, meskipun sekilas tampak mirip metode konvensional Barat (mis. sewa, jual beli).

    (5) Tujuan Sistem Ekonomi Islam
    Dalam presentasi disebutkan tiga tujuan utama:

    • Memenuhi kepentingan atau aspek sosial di tiga kategori:
      (1) Daruriyat/Asasi (necessities) seperti mempertahankan agama, kehidupan, ilmu, kepemilikan, keturunan,
      (2) Hajiyat/Keperluan (desperate needs), dimana gagal memenuhinya akan menimbulkan kesengsaraan atau keputusasaan.
      (3) Tahsiniyah/Penyempurnaan (suplementary benefits), meningkatkan kualitas kehidupan dan penyempurnaan tabiat.
      Ketiga aspek ini juga dibahas dalam
      http://www.islamset.com/env/princip.html
    • Menyadari kenyataan limited resources and unlimited human desires, yang berakibat munculnya perlombaan atau persaingan dalam pemuasan hawa nafsu dalam mengejar sumber daya yang terbatas.
    • Equitable distribution of wealth.
      Islam menganjurkan umatnya untuk bekerja profesional untuk berlomba memperoleh hasil yang terbaik, dan di saat yang sama Islam mewajibkan umatnya untuk berzakat dari sebagian rezekinya.
      Konsep ini menjunjung tinggi asas keadilan: sistem ini bukan Sosialis (tiap individu memperoleh bagian yang sama, tanpa memandang usahanya) dan jauh dari sistem Kapitalis (individu dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai hasil maksimal dan penyalahgunaan kekuasaan rentan terjadi terhadap yang lemah).


    Jan 13, 2006

    The rationale of chip production… or the way the cookie crumbles


    At first glance the baker’s trade doesn’t have much to do with manufacturing microchips. Yet a closer look at the utilization of the prime production area – here the baking tray, there the wafer – reveals quite a few areas of common ground. The semiconductor industry definitely has the edge though.

    Analysis of the baking process shows a high percentage of fixed production costs. These are accounted for firstly, of course, by the bakehouse premises (we would say fab) and secondly by the mixing and kneading machines and ovens (we say equipment). The variable costs for eggs, flour and grain (in our case wafers, gases, electricity, water) are negligible. So the machinery is in place, it just needs to be used as efficiently as possible. Optimization of the saleable products per baking tray is the name of the game.

    The crux of the matter is to increase the number of cookies per oven charge. To achieve this, a first step would see simply placing the cookies closer to one another, concealing virtually the entire baking tray. We try to do that, too. The individual chips are so close together as to allow only the diamond saw-blade or laser beam to pass through. This scoring line between the chips – the so called kerf – is today only about 50 micrometers wide (about the thickness of a human hair).

    A second step would see increasing the number of cookies by downsizing them – at the same selling price, of course. This recommendation would work as long as the customer still recognizes the cookies as such and accepts them. Increasing the number of chips at the expense of size is common practice. It’s called “shrinking” the chips. And here semiconductor technology has a peerless advantage over all other worldly goods: the smaller chip functions just as well as its larger precursor. When it comes to the enclosed end product you can’t even tell the difference between the two versions and so they can command the same price. (At least in theory. If the customer is aware that the chip is smaller and was therefore manufactured more economically, he’ll try to beat down the price). This pattern of chip evolution, that the smaller and cheaper (i.e. the chip proper and ultimately the transistors) fill the bill just as well as - and often better than - the larger and more expensive, was once dubbed “God’s gift to man” by the scientist Yuan Taur. No other technology has undergone shrinkage on anything like this scale, and by no means over a period spanning more than four decades. Were the cookies to have been systematically downsized over this length of time, their nutritional value would meanwhile be infinitesimal.

    Once the exercise of downsizing the cookies has reached the crunch point, the third stage of optimization would be introduced: larger trays and perforce larger ovens. The step to a larger wafer is witnessed about every five to seven years. A larger wafer accommodates a higher number of chips. This is so firstly because it is simply larger. Secondly, the chips can fill the peripheral area better due to the reduced curvature. The changeover to larger wafers calls for new machinery all down the line, entailing significant investment.

    The final tip: twenty-four-seven baking for better utilization of the machinery and ovens. This is a step the baker reluctantly accepts. Needless to say though, production in the chip industry operates in shifts, day and night. Economic reasons dictate that the multibillion-dollar machinery must not be left idle at any time.Getting to grips with the immense fixed costs hence requires vast quantities. It is imperative to use the most precious commodity, the wafer surface, as efficiently as possible. Therefore it is not without good reason that it’s occasionally also referred to as ‘real estate’.At ground-root level many of our colleagues are doing nothing other than the baker next door: baking smaller and smaller cookies to increase the output per tray. It just remains to be hoped that they’ll also sell like hot cakes!

    (copy-paste from internal IFX emag: Joe corner)