Jun 27, 2011

Scriptures and Sculptures

[Pertanyaan]
Apakah "sculpture" dalam pengajaran agama berdampak positif bagi pemeluknya misalnya lebih paham, lebih tertanam pesannya, mudah dimengerti anak2) dibandingkan mengajarkan secara "scriptures" (lisan/baca/tulis) saja ?

[Baca terus ...]

Selintas fikiran di malam Minggu lalu saat kami menghadiri forum Isra' Mi'raj yang diadakan Jamiyah Singapura di stadion Bedok. Giliran penceramah kedua, seorang da'i populer dari negeri jiran Malaysia (Ust Badli Shah Alauddin), mencoba membandingkan kisah kehebatan/mujizat nabi-nabi zaman dahulu dengan kisah luar biasa Rasulullah SAW menempuh perjalanan kurang dari satu malam menuju terminal teratai (Sidratul Muntaha).

Ust Badli memulai ceramahnya dengan membawakan sebuah pertanyaan yang pernah diajukan seorang pemuka Yahudi kepada khalifah Umar bin Khattab ra tentang "Lima Makhluk yang Hadir ke Muka Bumi ini tanpa Ibu nya". Pemuka Yahudi tadi berjanji jika ia memperoleh jawaban dari pertanyaan tsb maka ia akan masuk Islam dan akan mengajak pula beratus pengikutnya memasuki Islam pula. Kalau kata orang Melayu, ini soalan pelik (
suseeh boo ... ), dan memang khalifah Umar ra pun merasa kesulitan. Beliau merasa perlu meminta seorang konsultan untuk menjawabnya :-) Datanglah sang "konsultan", si gerbang ilmu Ali ra, untuk melawan Yahudi ngeyel ini, dan alhamdulillah mampu menjawab pertanyaan tadi dengan baik. [terus baca untuk menemukan jawabannya] Ternyata setelah dijawab benar, Yahudi itu terus meminta Ali ra menjawab satu pertanyaan lagi ... satu pertanyaan lagi ... hingga berpuluh pertanyaan yang aneh bin ajaib tak masuk akal semua ditanyakan. Ustadz pun bercerita, bahkan hingga pertanyaan terakhir, yang semuanya dijawab BENAR, para Yahudi tadi tetap tak masuk Islam. Ngeyel kan, memang lidah mereka sulit dipercaya. Total ada sekitar 40-50 pertanyaan yang semuanya ditulis dalam Qishasul Anbiyaa pada kitab Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah. Isi kitab itu sudah pasti tulisan semua, tiada gambar yg aneh.

*****

Di hari Sabtu sore itu juga kami mengunjungi Haw Par Villa (HPV) di ujung Pasir Panjang (
West Coast). JJS bareng tetangga gitu judulnya, piknik murah meriah santai. Wong isinya kebanyakan alita dan balita :-) HPV ini memang tak pernah kesampaian niat mengunjunginya meski sudah sering bolak balik di depannya. Akhirnya sampai juga sore itu :-) Masuk tempat ini gratis lho, tapi kurang populer sepertinya krn memang isinya kebanyakan PERINGATAN :-)

Spot utama HPV adalah neraka dengan sepuluh ruang pengadilan (
court) di dalamnya. Mulai dari Hell-Court-1 hingga Hell-Court-10. Nah tiap pengadilan dibuatlah semacam diorama (sculptures, tableaus) yang menggambarkan bagaimana situasi di masing2 neraka plus daftar kejahatan apa yg membuat manusia masuk ke sana. Lulus penyiksaan maka akan ada *ruang pelupaan total* (terhadap siksa yg telah diterima) dengan diberi air suci dan manusia tadi siap reinkarnasi kembali ke dunia (dlm berbagai bentuk). Kisah sepuluh neraka tadi "diterjemahkan" dari legenda Budha yang berasal dari India di zaman dinasti Tang ...

[Jelas aja tempat ini nggak populer ya ... isinya peringatan dan ancaman saja
he..he..]

Nah di luar Ten-Hell-Courts, masih banyak diorama-diorama lain yang dibuat dari kisah-kisah populer yg terdapat dalam kitab suci orang Budha (Tripitaka?), legenda, mitos, cerita rakyat, tahayul dll yang menurut saya memang lebih banyak rekaan manusia saja. Buktinya ada mitos yang terbuat dari beberapa versi penulis, menunjukkan ketidakjelasan sanad dan matan menurut ilmu pengkoleksian hadits :-)

*****

Dari dua event di atas, saya membuat catatan. Begitu hebatnya kemampuan para artis non-Muslim (pengarang cerita, pelukis, pematung) dalam membuat
relic (suatu rekaan yang bernilai religi, sejarah, hikmah) dari masa lalu. Karya-karya ini jelas dpt disaksikan baik oleh Nasrani di Eropa, orang Hindu di Asia Selatan/Tenggara, dan orang Budha di Asia Timur. Semuanya diproyeksikan dari tulisan (seperti holy books or others), ke dalam dimensi dua atau tiga.

Sementara bagi muslim, hal ini amat dihindari. Karya-karya seni Islam yang bersifat 2D/3D lebih berada dalam nuansa alami seperti motif/geometri tanaman dan kaligrafi. Amat jarang saya melihat kisah2 mu'jizat ditampilkan dalam seni lukis dalam buku-buku.

Memang ada saat saya masih SD dulu, buku2 sewaan dengan judul surga-neraka, kisah nabi-nabi, yg semuanya edisi stensil murahan, tak lebih 50 halaman dan dibuat oleh penulis anonim. Itupun gambar-gambar di dalamnya penuh dengan gambar manusia normal tanpa tiba2 ada yg berkepala sapi, serigala, berbadan kura-kura2, atau bertangan laba-laba :-) Intinya,
semua normal dan tentunya plus jenis2 penyiksaannya bilamana berkisah tentang neraka. Bahkan para nabi pun tak ada yg berani melukis muka/tubuhnya.

Di masa sekarang juga sudah banyak VCD utk anak2 Islami tentang kisah nabi dan pengajaran agama meski masih jauh, baik dari sisi kualitas atau kuantitas, dibandingkan film-film kisah nasrani. Namun tetap tidak ada *upaya* merusak wujud manusia sebagai ciptaan Allah yang paling sempurna.

Islam lebih menekankan para pemeluk agamanya belajar dari tulisan atau mendengar langsung dari ulama/guru. Melukis mahluk hidup termasuk perbuatan yg dilarang apalagi berprofesi menjadi pematung/pemahat karya2 yang menyerupai ciptaan Nya. Mainan2 yg menyerupai hewan hanyalah cocok untuk anak-anak. Koleksi patung/simbol yg menjadi sesembahan umat lain adalah terlarang dll. Makanyahttp://www.blogger.com/img/blank.gif kami coba menghindari mengambil foto-foto rumah peribadatan atau kegiatan keagamaan non-muslim, sedemikian megah atau bersejarahnya sekalipun.

[intip jawaban]
Adam as, Siti Hawa, unta putih Shaleh as, ular dari tongkat Musa as, domba yg menggantikan Ismail as.

Cuplikan di internet:
Qishasul Anbiyaa dalam Fadha 'ilul Khamsah Minas Shihahis Sittah, tulisan As Sayyid Murtadha Al Huseiniy Al Faruz Aabaad
Situs lain tentang HPV silakan di gugel, salahsatunya di sini


No comments:

Post a Comment