Oct 21, 2010

Harimau Koq Bersayap kata AirAsia

Dua bulan terakhir ini maskapai penerbangan murah Harimau yang saham terbesarnya dimiliki oleh Singapore Airlines (SQ) sedang kelabakan menghadapi kepercayaan pemakainya. Banyak penumpang kesal dengan maskapai ini karena semakin sering penerbangan dibatalkan (kadang hanya bbrp hari sebelum berangkat) dan sering terjadi penundaan berjam-jam (bahkan hingga 18 jam). Empat puluh penerbangan sudah dibatalkan sampai dengan 28 September dengan alasan yang sama yaitu pesawat tak layak terbang karena faktor teknis dan ada bbrp pesawat yang terpaksa masuk rumah sakit (grounded).

Sekitar libur idul fitri bulan lalu, dua orang kawan kami (sekeluarga) terpaksa menerima berita penundaan keberangkatan saat sudah antri check-in di bandara Sukarno Hatta. Mereka hanya dapat kompensasi ongkos taksi untuk pulang ke rumah dan tak ada informasi kapan mereka akan diberangkatkan ke Singapura. Parah nggak tuh !! Kalau saja ada karyawan yang harus berangkat kantor esok harinya tentu harus bolos (tanpa dibayar) akibat penundaan ini.

Alhamdulillaah pengalaman kami dengan Tiger ini tidak jelek-jelek amat. Sejak jadi pelanggannya mulai 2007, kami cukup puas, baik untuk rute ke Jakarta atau ke Padang. Paling ada juga keterlambatan 30-40 menit yang dapat dimaklumi :-) Ya, destinasi Padang adalah favorit kami dan orang2 yg juga merindukan hadirnya penerbangan langsung SIN-PDG dengan harga terjangkau. Tiket ke JKT atau PDG paling murah pernah kami peroleh hanya $50 pp per orang. Di masa lebaran, rute SIN-PDG ini memang murah kalau berhasil dapat tiket promosi. Bahkan ada rekan2 dari BTH (Batam) atau Malaysia (masih sekitar Johor) yang nekad "masuk" Singapura dulu untuk memperoleh tiket murah tsb. Seperti saya pernah tulis sebelumnya, tiket dalam negeri naik harga mengikuti toeslag di masa lebaran. Sementara bagi orang yang tinggal di sekitaran Johor, datang ke KL sama jauhnya dengan ke SIN. Yeah ... it was history now, on October 2009 Tiger ceased his flight to Padang, right after the great Padang quake.

*****



Namun di awal Juli 2010 lalu kepercayaan kami mulai pudar. Pesawat yang seharusnya take off 18:25 ditunda keberangkatannya tanpa ada pemberitahuan mengapa dan sampai kapan kami harus menunggu di Budget Terminal Changi Airport tsb. Penumpang sudah berjejer di antrian pintu keluar menuju landasan pesawat setelah menyerahkan boarding pass kepada ground staff di sana. Waktu makin mendekati 18:30 namun tak tampak tanda-tanda pengumuman utk naik ke pesawat. Sepuluh menit berlalu, 20, 30 menit, penumpang masih bersabar, tetap mampu berdiri ngobrol , main HP, atau tertawa (memang harus berdiri sih, karena di lajur antrian ini sudah tak ada bangku disediakan, berbeda jauh dengan ruang tunggu di terminal non-budget 1/2/3).

Namun semakin lama, semakin meletihkan karena tak ada kepastian. Pegawai di ruang tunggu itupun tak tahu apa yang terjadi. Hujan rintik-rintik di luar sementara waktu magrib sudah masuk. Sekitar 1/2 jam menunggu, masuk kapten dan kopilot dengan muka ditekuk tanpa basa basi sedikit pun membawa satu folder dokumen tebal dari pesawat. Satu dua penumpang sudah gusar. Yang penat terutama wanita, orang tua, dan anak2 sudah mulai merapat ke lantai :-) Terdengar juga ribut-ribut di belakang antrian karena sebagian penumpang pria sudah emosi. Saya pakai saja waktu tunggu yang tak menentu ini untuk menunaikan shalat Maghrib, toh kita tak mungkin ditinggalkan. Alhamdulillah saat itu ada kawan lama kami "yang kebetulan bertemu kembali setelah hampir 3 tahun" mas Pribadi dan istrinya Ema. Kami bergantian pergi ke mushalla di dekat sana.

Tak lama setelah semua shalat baru muncul harapan. Pengumuman...pengumuman... silakan para penumpang untuk menaiki pesawat, kalau tak salah jam sudah hampir menunjukkan jam 8 malam. Wah lumayan kalang kabut juga saat itu karena penumpang sudah tak beraturan berdirinya dan barang bawaan mereka pun sudah simpang siur bercampur dengan barang penumpang lain. Ada penumpang yang ngotot dicekal petugas karena kedapatan membawa barang ke kabin dengan ukuran berat melebihi yang seharusnya. Ada pria yang tak puas dengan kondisi pelayanan buruk ini dan marah-marah terus kepada pelayan di darat. Pokoknya a bit chaotic lah.



AirAsia pesaingnya di kawasan terbang yang sama yaitu Asia Tenggara. Tiger dan AirAsia bersama melayani rute2 di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Di awal minggu, AirAsia melancarkan iklan promosi kreatif yg ditayangkan satu halaman penuh berwarna di dua surat kabar besar negeri Singa ini. Isinya sedikit banyak membuat panas kompetitornya :-) Obviously AirAsia mereguk keuntungan nomplok dari kekacauan Tiger tsb. Banyak calon penumpang baru ataupun calon penumpang yang gagal berangkat dengan Tiger harus pindah menumpang AirAsia.

AirAsia memang punya strategi lebih hebat, ia menjalin kerjasama baik dengan operator di negara lain yang juga dinamai mirip yaitu Thai-AirAsia dan Indonesia-AirAsia. Dengan begitu ia mendapat dukungan pelayanan penuh di kedua negara tsb dan yang pasti turut mencicipi keuntungan dari ramainya penerbangan domestik di sana. Bila Tiger hanya punya 19 pesawat, armada AirAsia ini jauh lebih banyak yaitu 103 pesawat, sehingga tak heran destinasinya jauh lebih banyak. Bahkan sampai ke lokasi jauh semacam London, Teheran, dan Tokyo pun ikut dihampirinya. Seperti dikatakan seorang eksekutif senior AirAsia: "Tiger isn’t our biggest rival. We took this opportunity to come up with something fun and cheeky with clever and innovative marketing. We did not intend to be hostile. Marketing has no boundaries. If you want to be shy, you will not get business. If Tiger Airways think that they have good marketers, let them take us on!”.

Mudah2an layanan keduanya bertambah baik dan penumpang yg beroleh keuntungan dari penerbangan berbiaya murah ini.

No comments:

Post a Comment