Nov 15, 2010

Complacent vs Vigilant, what's in it for ME ?

Gambar pertama

Diambil sebelum US1 Obama mendarat di Halim PK minggu lalu (09 November 2010). Petugas keamanan paman sam, yang sudah jauh lebih dulu tiba di Jakarta, melakukan pemeriksaan terakhir senapan2 yg dipakai untuk memberi tembakan sambutan saat presiden kulit hitam pertama US itu mendaratkan kakinya di Jakarta.


Gambar kedua

Diambil kamera polisi (tersembunyi) yang mengamati respon para pejalan kaki yang sibuk lalu lalang terhadap sedan biru yang diparkir di sana. Sedan istimewa ini mengepulkan asap putih yang tiada henti meski mesinnya sedang mati. Dari kaca jendela penumpang bisa terlihat jelas (dari dekat tentunya) sebuah tabung gas (LPG) kecil yg terhubung dengan kabel dan peralatan lain seolah2 b0m rakitan.

Pada simulasi b0m m0b1l yang dilakukan di sembilan tempat Sin9apura awal November lalu itu, polisi sengaja menguji sikap awas dan kepedulian dari orang2 di sekitar tempat tsb terhadap peristiwa yang tidak biasa. Sembilan sedan sengaja diletakkan kurang lebih selama 12 jam (08-19) di daerah sibuk Orchard, Shenton Way, dan Marina Bay. Dipilih waktu2 jam sibuk: saat masuk kantor, makan siang, dan pulang kantor. Tidak tahu juga persisnya apa sedan yang sama terus menerus berada di sana, ngepul kontinu 12 jam tsb :-)


Hasilnya, seperti dugaan banyak pembaca surat kabar, tak efektif !

Di negeri yang aman dengan tingkat kriminalitas rendah, situasi seperti ini hampir tak mungkin terjadi. Ini sudah tertanam di syaraf tak sadar sehingga amat kurang membangkitkan naluri waspada masyarakat. Dari 7200 orang yang lalu lalang di dekatnya (jarak 10 meter dari sedan) hanya 260 orang yang menaruh perhatian (kurang dari 4%). Diantaranya 52 langsung menelepon polisi (on-the-spot), 97 akan menelepon setelah menjauh dari tempat itu, dan 44 orang tak melakukan apa-apa.

Sikap lena karena sudah merasa aman (complacent) , terjamin di tangan pemerintah dan tenaga keamanan memang bertolak belakang dari sikap waspada (vigilant) yang diharapkan pemerintah. Ini sudah menjadi tabiat manusia yang terbiasa hidup aman, nyaman, dan teratur. Apalagi di masa kini, dimana email berita2 palsu (hoax), SMS kaleng, acara2 candid camera spt "Just for Laugh" yang sengaja menampilkan kekonyolan wajah orang2 yang panik karena terkena jebakan menjadi sesuatu yang lumrah hadir di tengah2 kesibukan kerja yang amat padat.

Pernah kejadian nyata tahun lalu, beberapa kotak pos Singpos yang ada di pinggir jalan "dijahili" seolah2 jadi korban vandalism corat coret grafiti. Pelakunya memakai topeng dan berbaju hitam pekat atas hingga bawah. Masyarakat yang melihat peristiwa tsb menelpon polisi, polisi datang, dan hanya utk memberitahu bahwa kegiatan tsb adalah salahsatu kampanye yang dilakukan kantor pos Sin9apura sendiri ! Yang sudah menelepon tentunya be-te dan kesal banget dong karena ternyata itu aksi candid saja.

Mayoritas orang2 yang lalu lalang di daerah sibuk (CBD area) di atas adalah pekerja. Waktu adalah Uang, semua tak mau terlambat, bagai robot yang sudah diprogram bekerja sejak jam 9 hingga 5 sore. Mana ada waktu, mana ada rasa ingin tahu untuk mengamati hal-hal sepele yang taken-for-granted nggak bakal ada apa-apanya itu.

Sin9apura negeri super aman dengan cctv dimana2 dan prosedur imigrasi yg super ketat didukung teknologi pamungkas paripurna abad 21. Memang bukan salah para pekerja itu, toh mereka sudah terpaksa banting tulang tiap hari dan bayar pajak ke negara tiap tahun untuk survive di negeri yg aman ini.

Faktor lain yang juga relevan adalah apa untungnya secara materi buat saya ? Selama bukan saya korbannya yach bukan urusan saya. Itu kerjaan satpam dan polisi. Sifat sukarela juga bukannya tanpa tanggung jawab: perlu menelepon aparat keamanan (Hellooo, berapa nomor telponnya 911, 995, 999 ?), siapa yang bayar pulsanya, lokasi tepatnya dimana ? (saya juga orang baru di sini lhoo), nanti dijadikan saksi ditanyai macam-macam, ... arrggh dan presentasi dengan klien pagi ini, terlambat rapat dengan boss besar ?!#$*! ... siapa yang peduli kalau deadline saya kacau semua.

Hal ini jelas jauh berbeda dengan petugas keamanan, intelijen, polisi, pasukan khas dll yang memang digaji untuk tugas2 tsb. Menyadap saluran komunikasi, penjinak b0m, scanning bagasi, mensterilkan lokasi tertentu sebelum kedatangan tokoh penting, memecah sandi rahasia, mengantisipasi serangan dll. Itu memang tugasnya, prestasi nya, dan perniagaannya :-)

Cerita lucu segarnya dari TKP.

Ada beberapa orang yang lalu lalang di sana justru memanfaatkan momen yang jarang terjadi tersebut dengan berpose ... cheezz ambil foto di sana dengan berbagai gaya. Dengan latar belakang beneran, untung2 masuk koran atau TV besok pagi juga. Mgkn karena sedan berasap itu lama sekali mogok di sana dan just nothing happened, who cares :-)

Ide saya utk latihan simulasi ke depannya:
  • Pilih sedan atau kendaraan lain yang bertampang lebih sangar, menakutkan, dan penyok sana sini.
  • Asap yang dipakai harus punya bau keras yg menyesakkan plus suara2 ledakan kecil dari dalam.
  • Sedan jangan diparkir pada posisi rapi, buatlah seolah2 sedan sedang melompat trotoar atau menabrak tiang listrik.

Ada ide lagi ?

Namun dibuat ekstrem begini, orang pun akan berfikir lain: lalai sekali aparat keamanan di sini. Apa kamera-kamera cctv yang dipasang di sekitar tempat tsb tak berfungsi ? Jangan2 ini memang simulasi lagi, koq orang2 lain cuek-cuek saja. Lha ... itu pak satpam dari tadi masih santai di posnya, buta apa ? Me, ... hmm I am not a fool, I will not be conned again by another candid camera :-)

X: Dude, see there is Prada handbag in that mysterious smoky car !
Y: Are you sure, it is a very obvious article, don't play-play ?
X: OK, come here lah and check. Explosive thing inside maybe.
We must be vigilant all the time, remember low crime doesnt mean no crime.
Y: All right, I'll check it. If nothing suspicious, I will grab the bag [giggling]
X: Cool, phone your gf to make sure it is not imitation :-)


No comments:

Post a Comment