Tetap ada hal-hal yang baik, umumnya mereka menaikkan penumpang di tempatnya meski turun bisa dimana saja, ngetem sebentar dan jalan lagi, taat berhenti sebelum garis zebra, tidak ada pengamen/pedagang asongan seliweran di dalam dan kondektur nya memberikan karcis setelah penumpang membayar tiket. Tiket nya ada yang masih manual alias disobek dari bundelannya dan ada pula yg sudah memakai mesin otomatis yang disandang kondektur di pundaknya. Pak kondektur akan mengetikkan nama halte tempat naik dan tempat turun tujuan nanti, lalu mesin tsb akan mengeluarkan struk/karcis yg sudah tercetak data2 tadi termasuk tanggal/jam dan ongkos.
Biarpun ongkos bus kelipatan aneh-aneh macam 3, 5, 9, 12 rupees untuk bus2 pemerintah versi "hard rock" tadi, namun kondektur selalu mengupayakan uang kembalian.
This ancient thing is still working amazingly.
We are not talking contactless payment card or magnetic card here ! .
Pengalaman macam ini hanya ada di bus2 tempo doeloe saat saya masih SD di Jakarta dan mgkn kini sekelas BUSWAY di Jakarta. O..ya sebelum lanjut saya batasi dulu pengalaman ini hanya utk bus di kota Bangalore saat ini (nov 2009).
Intinya adalah amanah menunaikan kewajiban. Supir dan kondektur adalah pegawai pemerintah. Mereka mengenakan seragam coklat susu atau warna putih (untuk bus yg mahalan macam Volvo Vajra) meski kota ini cukup panas di siang hari. Tidak ada istilah rapat belakang, supir tembak, atau supir yang memutuskan untuk memutar alias tidak melanjutkan perjalanan ke tujuan krn alasan macet dan penumpang di bus tinggal satu atau dua orang. Jika memang jadwal bus jam 6 pagi maka memang ada bus itu, bila malam harus menunggu jam 11 lewat alhamdulillah masih ada juga, padahal hotel tempat tinggal sekarang jauh dari kota.
Alhamdulillaah letak hotel dekat dengan persimpangan rute bus yang mau keluar daerah, HOPE FARM nama simpang itu. Umumnya bus yg akan menuju kota (ada tiga interchange besar di pusat BLR: K.R Market, Majestic, dan Shivajinagar) lewat sana. Pengalaman pulang malam hari, sekitar 11:30, juga masih ada si Volvo 335E dari Corporation menuju Ladang Harapan. Bayangkan malam begitu kalau naik Auto (bajaj) kena 200 an (tarif resmi, jika tarif tembak lebih mahal lagi) atau taxi yang susah mencarinya dengan harga dua kali lipat pula pyuuh.
Hard Rock Bus and Conductor
Kondektur memegang peran penting terutama utk menagih bayaran dan memastikan penumpang dapat turun di tempat yg diinginkan, maklum saja jalanan itu berisik banget, bus penuh sesak (meski tak harus bergelantungan di pintu), dan nama halte sukar dilihat. Ada satu pengalaman saya terlewat satu halte dan alhamdulillaah penumpang2 lain cukup care meski dgn bahasa inggris pas-pasan mereka membantu saya memberitahu sang kondektur utk turun di halte selanjutnya. Kondektur memastikan bahwa deretan kursi utk WANITA sekitar 3-4 baris di belakang supir, memang diduduki wanita. Kondektur membawa lengkap peralatan tempurnya: bundel karcis beraneka harga dan warna, tas selempang kulit kecil, pulpen, dan sempritan (pluit). Pluit ini amat berguna utk memberitahu supir memberitahu supir atau sebagai alat aba2 lain di tengah kemacetan.
Bus2 buatan Tata atau Ashok Leyland cukup terawat meski kumal/berdebu di dalam, kaca jendela yang kusam dan lebih sering sukar digeser, dan tiang besi berkarat nampak di sana-sini. Mesin bus/truk ini cukup tangguh, sejauh ini belum pernah lihat gajahsaurus jalanan ini terdampar mogok kepanasan/terbakar di jalan. Jika terjebak macet atau lampu trafik yang masih lama (mungkin 3-5 menit menunggu) para supir lebih suka mematikan kendaraannya. Start engine lagi, tak masalah, langsung vrrrooooam melaju tanpa harus kesulitan. Hebat juga kendaraan2 dua mata bertampang sangar ini :-)
23:33 BLR time.(Last Volvo Bus maybe, see ticket Rs 50)
Kesulitan yang terasa saat ini adalah jadwal bus yg tak dapat diprediksi. Kadang ngebut banget dan mengerem mendadak bila harus. Badan terlambung krn supir yg tak sempat mengerem di depan polisi tidur (humps). Gila ! Ini bus badan dan interior nya keras banget. Lain repotnya adalah jarak antar kursi yang sempit dan bus yg kurang bersih krn debu. Tambah lagi hingar bingar musik dan percakapan penumpang lain yg harus bercakap keras akan membuat tambah suntuk di tengah kemacetan kota.
Tarif bus
Tarif bus rakyat "really affordable" dari 3-12 rupees, no aircon, with ash dan dust and full house music. Tarif bus volvo ber AC mulai dari 10 - 50 rupees utk jarak maksimum 25 km (it is expensive but comfortable with most of the conductors know English, helpful, and know its route well). Pengalaman jadi turis selama ini memang lebih aman naik kendaraan umum macam bus atau kereta/metro/mrt krn insya Allah aman sampai tujuan dengan ancar-ancar daerah yg kita dapat baca dari peta.
335E Corporation to Ladang Harapan
Yang AC, Yang Lebih Baru dan Nyaman. Lebih sedikit penumpangnya karena jalurnya tertentu dan tarifnya hingga 3-4 kali lebih mahal (lihat gambar).
Penutup cerita, seperti dikatakan kawan2 di kantor sini, bus umum itu reliable dan aman sampai tujuan. Meski menunggu di malam hari sampai sekitar pukul 11-12 malam akan masih ada bus. Persoalannya berapa lama nunggu nya dan apakah bus itu menuju tempat yang diinginkan :-)
Interior di Vajra Volvo, pak kondektur dengan mesin karcis (lihat gambar)
Bonus gambar penutup, sebuah bus swasta: full color, full music, and sometimes with kalungan bunga di hidungnya (lihat gambar).
No comments:
Post a Comment