Oct 7, 2012

PertamaKali: Membawa Stroller Naik Bus

TwinS pertama kali naik bus saat masih berumur kurang dari sebulan. Naik bus dekat saja, dua halte dari rumah untuk pergi cek kesehatan di Poliklinik Bedok. Karena masih mungil dan kurang 3 kg beratnya, mudah naik turun bus. Itupun pulangnya digendong berjalan kaki saja sekitar 15 menitan (pyuuhhh... gerah boo). Ada sekitar tiga kali kalau tak salah ingat naik bus, hingga keduanya mulai memakai stroller di usia 11 minggu.


Dengan pertambahan usia, keduanya makin berat, dan stroller pun perlu dipakai. Jadilah hari Senin 17 Juni 2012 itu pertama kali Goodbaby Twin Stroller (GTS) merah yg dipesan di Kiddy Palace Tampines dicoba untuk pertama kali. Hingga hari ini GTS sudah menemani kembar kemana-mana. Paling sering sebagai transporter dari rumah menuju taksi, di tempat tujuan, dan saat pulang dari turun taksi menuju rumah. Tak pernah lebih jauh kecuali dibawa berkeliling lingkungan flat kami di Bedok. O.. ya pernah sekali dua dibawa naik MRT :-)

Jadi mode transport yg paling sering membawa si kembar adalah taksi, bukannya Bus atau MRT. Padahal berkendara dengan bus dan MRT di waktu senggang cukup nyaman dan aman.Apalagi full-AC pula, si Shalih suka itu.

But riding bus strictly is strictly no way with open stroller
Ini seperti telah dituliskan di FAQ SBS bahwa meletakkan stroller dengan bayi di dalam nya adalah berbahaya. SBS pun membalas email saya yang menanyakan mengapa stroller tak boleh masuk dalam keadaan terbuka dengan menggunakan pintu tengah (only for exit) bus yang diperuntukkan pemakai berkursi roda tsb.:
Allow us to explain that it is for safety considerations that our Bus Captains requests our passengers to fold their prams before boarding. Furthermore, allow us to share with you that boarding at the exit doors is not encouraged as there are safety issues concerned and it is also going against the flow of alighting passengers. Moreover, the ramp is catered specifically for the needs of passengers in wheelchairs.
Hmm kalau begini kasihan mereka yg tidak memiliki teman/saudara atau asisten rumah tangga (PLRT) yg dapat menemani si ibu berpergian. Ujung-ujungnya naik taksi yang jelas tak ekonomis jika pergi sendiri. Belum lagi menunggu taksi, menggendong bayi, dan menaikturunkan stroller.

Berikut slide foto TwinS menumpang 168 dari terminal bus Woodlands. Langsung sampai halte depan rumah. Di dalam bus keduanya harus kami peluk dan GTS diparkir di area kursi roda. Sepanjang perjalanan memang kami amati bus berhenti di tiap halte, laju kencang di expressway, dan kadang2 berhenti mendadak atau menikung tajam. Hanya mendekati rumah baru TwinS baru saya letakkan di dalam stroller kembali. Itulah sebabnya stroller terbuka tak diizinkan :-)



Teringat kembali pengalaman hari Minggu 7.10 tsb, sangat tidak praktis dan beresiko menaikkan kembar ke atas bus. Ini masih untung dilakukan saat bukan jam sibuk, supir yg mau menunggu krn masih dalam terminal asal, dan stroller dapat "ditinggal" dulu di luar bus sementara saya menggendong Shalih untuk diantar kepada ibunya yg sudah duduk bareng Shalihah di dalam.


No comments:

Post a Comment