Semuanya berpangkal pada hukum ekonomi, mencapai hasil sama dgn biaya serendah mungkin. Tiket sudah dipesan jauh2 hari agar efek murahnya terasa, tanpa bumbu curiga atau khawatir bakal ada seteru bendera ulah KKP vs tukang ikan. Bayangkan terbang bolak balik berdua harganya sama dgn terbang sendiri sekali jalan ! Kalau begini urusannya, tentu akal sehat berkata, Nasionalisme Nomor Dua ... Ribu Sepuluh dah !
Fakta di monitor laptop berbicara: SIN-JKT pp atau SIN-KUL pp hampir sama mahalnya, satu juta rupiah lebih dikit. Itu harga untuk dua orang plus 15kg bagasi, saat saya tengok harga di website Lion atau AirAsia di awal April 2010. Sementara harga KUL-PDG pp utk dua orang naik AirAsia juga satu juta rupiah lebih dikit. Bayangkan dgn harga pesawat dari JKT-PDG di hari2 sekitar lebaran (H-7 or less), satu juta rupiah itu baru utk satu orang satu kali terbang. Pakai kalkulator sayur juga langsung ketahuan, terbang lewat negeri jiran Msia itu sungguh paket hemat mudik, dua juta banding lima juta rupiah mann ! Capek nya sama karena harus ganti pesawat, angkat-angkat kopernya sama karena beda terminal, dan suasananya pun sama alias ramai menjelang lebaran.
Mungkin ada opsi lain yg sptnya agak menarik, dgn menyeberang pakai feri via Batam, namun ini juga buang waktu dan tenaga. Perlu tiga mode transportasi: laut, darat, udara, total waktu hampir sama juga karena pesawat yg akan menjemput dari BTH ke PDG baru terbang insya Allah pukul 3 sore (kalau cuaca baik dan tidak ada delay karena jadwal penerbangan yang padat menjelang lebaran). Total biaya pun tidak menarik sama sekali karena penerbangan dalam negeri sudah memakai tarif toeslag (ferry pp 600 ribuan, plus taxi 300 ribuan, dan pesawat 4 jutaan dalam rupiah).
Salah sendiri ya kenapa harus mudik ke PDG he...he...
Kami memilih memberikan seluruh uang jalan mudik tahun ini pada perusahaan jiran AirAsia. Mengapa ? Karena mereka punya solusi lengkap tersebut. Dari KUL si Airbus gemuk yang sudah dicelup warna merah putih bercoretkan AirAsia itu terbang langsung ke 11 kota di Indonesia. Tidak ada satupun maskapai penerbangan ibu pertiwi yg berani dgn terobosan macam begini. Padahal kita tahu ada kurang lebih 2 juta WNI di Msia dan lebih 100 ribu WNI di Singapura yg senang pulang kampung. Lion, Mandala, Sriwijaya baru berani trayek langsung SIN-JKT, sementara the big brother Garuda lebih legowo terbang langsung dari SIN ke JKT/JOG/DPS. Porsi terbesar kue penerbangan tiga negara ini justru lebih dinikmati oleh pemain2 luar, ada SQ dan SilkAir yang mahalan, ada AirAsia yang sangat agresif, ada ValueAir yang ikut mencicipi jalur metropolitan JKT/MES/SUB/DPS, dan si Tiger yang masih malu-malu harimau beraninya melompat ke JKT saja.
Koq bisa ya si AirAsia itu seenaknya merangkul erat pundi-pundi uang pahlawan devisa negara kita ? Pegawai bandara, satpam bandara apalagi staf AirAsia ... pilot, pramugari, pramugara, dan ground staff semuanya tersenyum senang, target 100 juta penumpang selama 10 tahun terbang rasanya bukan mimpi :-)
Saat menjejakkan kaki di terminal murah meriah LCCT Kuala Lumpur, sudah tampak umat berbondong-bondong dengan wajah gembira, tak sabar utk segera bertemu sanak saudara di nusantara, sambil bercengkerama dengan kolega memakai bahasa Indonesia atau bahasa daerah (yg pasti bukan Tagalog, Tamil apalagi Thai). Mereka berangkat dgn memenuhi bangku2 pesawat gemuk A320 produksi anyar 2006-2007 dengan tarif paling ekonomis yang pas dengan kantong masing2. Yeah ... now everybody can fly, everybody gets the seat, and enjoy the trip. Mau Selamat, Murah Juga Harus Bisa !
Pada intinya saya mau penerbangan langsung dari SIN/KUL ke kota2 besar di tanah air itu diramaikan oleh sayap-sayap besi ibu pertiwi (langsung, bukan transfer di CGK yang membuat waktu terbuang dan badan capek). Harga sejuta rupiah pp utk sebuah penerbangan kurang dari 2 jam rasanya reasonable. Biarlah no freebies, asalkan nyaman dan tepat waktu. Garuda saja sudah promosi SIN-JKT S$150 pp (all inclusive) bbrp kali meski pilihan itenary nya terbatas. Tak heran kalau AirAsia atau Mandala berani tekan harga sampai S$59 pp in normal or peak season as long as offered seat available.
Harga lebih murah dari sejuta rupiah itu bukan sulap oleh para pemilik budget airlines, toh mereka juga manggunakan armada2 baru sekelas A320 atau 737-900. Hitung2 an pajak, harga avtur, sewa landasan (yg sama2 pakai terminal 1 di Changi), dan gaji pilot/pramugari semuanya mirip lah.
Ayo Maskapai Kita Juga Boleh :-)
p.s BTH (Batam), PDG (Padang), MES(Medan), SUB(Surabaya), DPS (Denpasar), JOG (Jogja)
*diperkaya dari posting asli di milis gajahkotasinga dan FB
Fakta di monitor laptop berbicara: SIN-JKT pp atau SIN-KUL pp hampir sama mahalnya, satu juta rupiah lebih dikit. Itu harga untuk dua orang plus 15kg bagasi, saat saya tengok harga di website Lion atau AirAsia di awal April 2010. Sementara harga KUL-PDG pp utk dua orang naik AirAsia juga satu juta rupiah lebih dikit. Bayangkan dgn harga pesawat dari JKT-PDG di hari2 sekitar lebaran (H-7 or less), satu juta rupiah itu baru utk satu orang satu kali terbang. Pakai kalkulator sayur juga langsung ketahuan, terbang lewat negeri jiran Msia itu sungguh paket hemat mudik, dua juta banding lima juta rupiah mann ! Capek nya sama karena harus ganti pesawat, angkat-angkat kopernya sama karena beda terminal, dan suasananya pun sama alias ramai menjelang lebaran.
Mungkin ada opsi lain yg sptnya agak menarik, dgn menyeberang pakai feri via Batam, namun ini juga buang waktu dan tenaga. Perlu tiga mode transportasi: laut, darat, udara, total waktu hampir sama juga karena pesawat yg akan menjemput dari BTH ke PDG baru terbang insya Allah pukul 3 sore (kalau cuaca baik dan tidak ada delay karena jadwal penerbangan yang padat menjelang lebaran). Total biaya pun tidak menarik sama sekali karena penerbangan dalam negeri sudah memakai tarif toeslag (ferry pp 600 ribuan, plus taxi 300 ribuan, dan pesawat 4 jutaan dalam rupiah).
Salah sendiri ya kenapa harus mudik ke PDG he...he...
Kami memilih memberikan seluruh uang jalan mudik tahun ini pada perusahaan jiran AirAsia. Mengapa ? Karena mereka punya solusi lengkap tersebut. Dari KUL si Airbus gemuk yang sudah dicelup warna merah putih bercoretkan AirAsia itu terbang langsung ke 11 kota di Indonesia. Tidak ada satupun maskapai penerbangan ibu pertiwi yg berani dgn terobosan macam begini. Padahal kita tahu ada kurang lebih 2 juta WNI di Msia dan lebih 100 ribu WNI di Singapura yg senang pulang kampung. Lion, Mandala, Sriwijaya baru berani trayek langsung SIN-JKT, sementara the big brother Garuda lebih legowo terbang langsung dari SIN ke JKT/JOG/DPS. Porsi terbesar kue penerbangan tiga negara ini justru lebih dinikmati oleh pemain2 luar, ada SQ dan SilkAir yang mahalan, ada AirAsia yang sangat agresif, ada ValueAir yang ikut mencicipi jalur metropolitan JKT/MES/SUB/DPS, dan si Tiger yang masih malu-malu harimau beraninya melompat ke JKT saja.
Koq bisa ya si AirAsia itu seenaknya merangkul erat pundi-pundi uang pahlawan devisa negara kita ? Pegawai bandara, satpam bandara apalagi staf AirAsia ... pilot, pramugari, pramugara, dan ground staff semuanya tersenyum senang, target 100 juta penumpang selama 10 tahun terbang rasanya bukan mimpi :-)
Saat menjejakkan kaki di terminal murah meriah LCCT Kuala Lumpur, sudah tampak umat berbondong-bondong dengan wajah gembira, tak sabar utk segera bertemu sanak saudara di nusantara, sambil bercengkerama dengan kolega memakai bahasa Indonesia atau bahasa daerah (yg pasti bukan Tagalog, Tamil apalagi Thai). Mereka berangkat dgn memenuhi bangku2 pesawat gemuk A320 produksi anyar 2006-2007 dengan tarif paling ekonomis yang pas dengan kantong masing2. Yeah ... now everybody can fly, everybody gets the seat, and enjoy the trip. Mau Selamat, Murah Juga Harus Bisa !
Pada intinya saya mau penerbangan langsung dari SIN/KUL ke kota2 besar di tanah air itu diramaikan oleh sayap-sayap besi ibu pertiwi (langsung, bukan transfer di CGK yang membuat waktu terbuang dan badan capek). Harga sejuta rupiah pp utk sebuah penerbangan kurang dari 2 jam rasanya reasonable. Biarlah no freebies, asalkan nyaman dan tepat waktu. Garuda saja sudah promosi SIN-JKT S$150 pp (all inclusive) bbrp kali meski pilihan itenary nya terbatas. Tak heran kalau AirAsia atau Mandala berani tekan harga sampai S$59 pp in normal or peak season as long as offered seat available.
Harga lebih murah dari sejuta rupiah itu bukan sulap oleh para pemilik budget airlines, toh mereka juga manggunakan armada2 baru sekelas A320 atau 737-900. Hitung2 an pajak, harga avtur, sewa landasan (yg sama2 pakai terminal 1 di Changi), dan gaji pilot/pramugari semuanya mirip lah.
Ayo Maskapai Kita Juga Boleh :-)
p.s BTH (Batam), PDG (Padang), MES(Medan), SUB(Surabaya), DPS (Denpasar), JOG (Jogja)
*diperkaya dari posting asli di milis gajahkotasinga dan FB
No comments:
Post a Comment