Mukjizat terbesar Rasulullah Saw adalah al-Quran. Ini sesuatu yg kita ketahui sejak pertama kali belajar tentang rasul junjungan kita Muhammad. Tidak ada keraguan tentang hal tsb. Namun jika direnungkan lebih dalam, mukjizat terbesar atau terpenting yang Allah Swt berikan kepada beliau, adalah kemampuan Rasulullah Saw mentransformasikan nilai-nilai al-Quran kepada konteks manusia. "The ability of Prophet Muhammad Saw to change people, to produce a new man, a new personality, a new character and new quality of man. In other words it is the ability of Rasul Saw to transform the Quran into the human context. That is the great mukjizat, the real mukjizat."
Pada hari ini al-Quran pun bersama kita, di rumah-rumah, di mesjid-mesjid atau di perpustakaan, namun apakah kita mampu hingga saat ini membina masyarakat yang telah membangun peradaban Islam pertama di muka bumi spt di Madinah dan menghasilkan sahabat-sahabat hebat yg mampu (great companions) menyebarkan cahaya Islam ke seluruh penjuru negeri dan mendirikan pemerintahan Islam yg bertamaddun di masa-masa itu.
Seorang pendidik atau ahli jiwa memerlukan waktu yg lama, bertahun-tahun untuk menghilangkan sebuah sifat atau karakter buruk pada seseorang. Ini baru satu karakter pada satu orang dan bahkan mungkin puluhan tahun. Namun apa yg sudah Rasulullah Saw kerjakan adalah membawa perubahan menuju kebaikan bukan hanya pada satu orang namun kepada sebuah umat yg besar (ribuan pengikut).
Rasulullah Saw menghasilkan generasi para sahabat yg mampu mengubah sejarah, membangun peradaban, mengubah karakter masyarakat dari jahiliyah menjadi maju, mengubah persepsi yg salah tentang hidup, dll. Companions that change history, build civilization, and become well respected people such as great businessman, great judge, great scholar great da'i, etc. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Qs al-Imran 3:110 "Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. ...".
Teladan, kharisma, dan kebesaran pengaruhnya pada peradaban manusia di bumi telah menempatkan Rasulullah Saw pada posisi pertama dalam rangking orang-orang yg paling berpengaruh dalam sejarah: (1) dalam karya seorang astrofisik bernama Michael H. Hart (The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History) dan (2) kompilasi oleh Ulf Nilson yg bersumber dari 57 ahli sains/iptek dari Swedia yg bekerja sama dengan editor ensiklopedia Bra Böckers (De 50 som betytt mest - en mänsklighetens ranking list). Biarpun kedua hasil karya ini berasal dari non-muslim namun kriteria yg telah mereka tetapkan tak mampu berdusta bahwa Muhammad Saw memang layak dapat nomor satu.
Beberapa contoh yg dibawakan dalam presentasi Profesor:
(1) Kisah prajurit rendahan Rib'iy bin Amir yg datang menghadap Rustum (kaisar Roma di Persia) sebagai utusan pemimpin perang Sa'ad bin Abi Waqqash ra. Rib'iy bin Amir berpesan bahwa misi pasukan Islam bukan utk merampas kekayaan atau membinasakan kerajaan dan penduduknya, melainkan hanyalah membebaskan umat manusia di bumi daripada penyembahan kepada dewa-dewa, mahluk lain, atau manusia lain dan kembali menyembah Tuhan Yang Satu (Allah Swt). Kejadian tsb dicatat dalam tinta emas sejarah dunia dengan kata kunci Perang Qadissiyah (22 ribu pasukan muslim vs 200 ribu pasukan Romawi dengan senjata yg canggih dan lengkap). Beberapa sumber bacaan: wiki atau di sini.
(2) Pengakuan seorang wanita Ghamidiyah di hadapan Rasulullaah Saw bahwa ia telah berzina dan kini sedang hamil. Wanita tsb ingin dihukum rajam sebagaimana syariah Islam tanpa ia merasa perlu utk mendatangkan saksi. "A story involves a pregnant woman who also wanted to confess and receive punishment. Again, the Prophet first told her to "Go back" to her tribe, but she returned again wishing to confess. The Prophet told her to go back until the child was born. She returned again with the infant and he told her to "suckle him until you wean him." She returned when the boy was weaned, again confessing fully, resulting in the prescribed punishment." (HR Sunan Abu Dawud, No. 4428). Di masa sekarang mana ada pelaku zina yg ingin berterus terang mengakui perbuatannya dan bersedia dihukum. Sikap Rasulullah Saw ini dapat kita baca di sini.
(3) Kisah seorang pemuda yg mengatakan keinginannya di hadapan Rasulullah Saw bahwa ia akan berzina dengan banyak wanita. Para sahabat yg sedang berada di masjid bersama Rasul Saw saat itu sangat geram dan akan membelasah anak muda kurang ajar tsb, namun ditegah oleh Rasul Saw. Sambil duduk bersimpuh berhadapan dgn anak muda tsb (Nabi memperlakukannya dgn sungguh mulia) Rasulullah memberinya nasehat yg singkat dan mengena, "Bagaimana kalau yg ibu, anak perempuan, atau saudara perempuan engkau yg diperlakukan macam itu oleh orang lain, sudikah engkau ?". Isi pesan yg dalam menohok tsb membuat pemuda tadi tidak hanya urung melaksanakan niatnya, bahkan ia sangat ingin menghilangkan kosakata *zina* tsb dari otaknya :-) Baca kisahnya di sini dan Rasulullah Saw kemudian memegang kening pemuda tsb sambil mendoakannya sebagaimana diriwayatkan melalui hadits Imam Ahmad.
(4) Kisah Khalid bin Walid (Sang Pedang Allah yg selalu menang di setiap pertempuran) saat ia ikhlas melepas jabatan panglima besar di zaman khalifah Umar bin Khattab dan bersedia menjadi prajurit biasa dibawah pimpinan Abu Ubaydah bin Jarrah saat menyerbu Syams. Bandingkan jika seorang panglima tertinggi militer yg begitu banyak pendukung dan pemuja "diturunkan" jabatan begitu saja di masa kini ? Pasti akan terjadi kudeta atau kekacauan yg luar biasa. Hal ini pun sudah terjadi pada zaman 20-30 tahun sesudah masa khulafaur rasyidin.
Modal dasar apakah yg membuat para sahabat/sahabiyah r.a yg hidup pada masa itu memiliki sikap atau karakter yg mengagumkan ? Jawabannya adalah nilai Iman atau Tauhid yg tertanam di dalam sanubari mereka. Iman or Tauhid, which is the essence of religion Islam, can make little bigger, can make disunity unity, can make weakness power, can make mediocrity quality, can make all these changes without actually anything ...
Kini pertanyaannya adalah bagaimana Rasulullah Saw mampu menyampaikan ayat-ayat tsb menjadi nilai-nilai Iman/Tauhid yg dpt mereformasi pikir dan watak seseorang ? Memprogram ulang nalar, hati, pola pikir, dan indra yang menjadikan seseorang itu dinamis, efektif, positif, cinta ilmu, toleran, kasih sayang, adil, dll. Seorang filsuf India bernama Muhammad Iqbal (1873-1938) menuliskan dalam karya besarnya "Renewal of Religious Thought in Islam", mengapa al-Quran di masa Rasulullah Saw begitu hebat menjadikan manusia-manusia pemenang yg jauh berkualitas dibandingkan umat hari ini. Masalah yg beliau cermati adalah gejala semacam Split Personality yg melekat pada sebagian besar umat Islam ! Hari ini muslimin membaca al-Quran, shalat di mesjid, menitikkan air mata saat mendengar alunan merdu al-Quran, rintih doa, muhasabah/tafakur (kontemplasi) di dalam mesjid/shalat, namun kondisinya berbeda saat mereka keluar dari mesjid atau selesai dari shalat. One step out from the mosque look like we live in different world outside. Most of us don't follow the teaching: we are backbiting, cheating, dont respect others, etc. Why is it happening, why no impact or very little influence on us ?
Dalam sebuah sirah yg dikutip Iqbal: Ummul mukminum Aisyah r.a menceritakan "Di masa Rasulullah Saw tiap kali ayat al-Quran disampaikan, seolah-olah ayat tsb berkata langsung kepada tiap-tiap sahabat yg mendengarkan. Para sahabat akan berupaya menghafal, mengerti, dan mengimplementasikan ayat tersebut sebelum berpindah ke ayat berikutnya. Iqbal proposal is that if we want to review back the role of al-Quran in our contemporary time, what we need to do, is to read the quran look like it reveals to us now. Sungguh tepat Allah Swt menggambarkan sosok pengajar dan pendidik umat sejati nan agung sepanjang sejarah manusia ini sebagaimana dalam firman Nya Qs at Taubah 9:128 "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan [keimanan dan keselamatan] bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min."
Day-2 (26-Nov-2011, prelude to 1433 H )
Speech by Professor Abdel Aziz Berghout (Deputy Director of IIUM Msia), organised by Darul Arqam Singapore, DBS Auditorium@Shenton Way