Pemandangan di salahsatu stasiun MRT di YCK pada Minggu 3 April. Stasiun ini memang relatif sepi apalagi hari Minggu. Sepanjang pengamatan selama 20 menitan di sana hanya ada dua anak usia SMP yg "beneran" memperhatikan kejadian pintu terbuka ini. Kebanyakan calon penumpang mengikuti prosedur baku: mengeluarkan tiket ez-link, melangkah pasti menuju pintu tiket, dan langsung naik eskalator menuju MRT.
Sepertinya memang tak ada yg sempat atau terfikir berbuat iseng. Pintu terbuka boleh disebut khilaf atau testcase yg disengaja he..he.. , mgkn tanpa disadari kamera cctv yg tersebar di stasiun memang sengaja menangkap candid yg terjebak di sana ... Oow kamu ketahuan :-)
Lagipula calon penumpang pasti berfikir lolos di sini belum tentu lulus di stasiun keluar nanti. Bisa ditangkap tangan atau tertangkap kamera cctv "melompati"gerbang tiket. Dendanya jauh lebih mahal drpd sekedar beli tiket $2 an.
Di tempat2 yg sudah jelas aturan mainnya spt ini maka orang sudah tahu kewajibannya. Amat kecil niat jahat menjadi ticket offender (tak bayar tiket) saat di MRT. Namun lain ceritanya dengan bus. Di saat jam-jam padat ada beberapa penumpang yg memanfaatkan keramaian untuk tidak men'tap' tiket nya saat memasuki bus atau naik dari pintu belakang tanpa bayar. Ada juga yg naik men'tap' di pintu depan dan di kemudian ia bergeser ke belakang dan men'tap' lagi padahal ia tidak turun di sana. Ini menyebabkan ia hanya membayar ongkos minimum dan tidak sesuai dengan rute yg ditempuh. Makanya di bus sering naik petugas pemeriksa karcis untuk menjebak orang2 ini. Tapi lagi-lagi ini sulit dilakukan di saat jam sibuk karena bus pasti penuh dan pemeriksaan akan berlangsung amat lambat, sementara si penumpang licik sudah turun duluan di halte terdekat :-)
Di stasiun MRT, aturan yg jelas itu memang di pintu gerbang tiket masuk/keluar saja, dimana penumpang tertib satu demi satu memasukinya. Namun saat akan memasuki MRT, weleh-weleh tidak ada antri, mendesak sikut kiri kanan, menghalangi orang yg akan keluar dari MRT dll. Padahal sudah begitu banyak courtesy campaign hingga hari ini, mgkn sudah lebih dari 10 tahun: penambahan garis antrian, kampanye melalui pamflet, tv, rekaman video/audio (Love Your Ride) yg selalu diputar saat MRT hampir datang dll... tidak banyak membantu. Di link video terbaru yg saya berikan tadi tampak ulah2 umum penumpang yg menyusahkan penumpang lain. Mgkn krn pesan pada poster/video nya hiperbolik sehingga terasa hampir tak masuk akal dan menganggapnya sekedar lucu he ...he.. (message not conceivable).
Memang saat ini jumlah penduduk sudah jauh lebih besar dari saat MRT dibuka lebih 20 tahun y.l. Tiap penumpang berusaha meraih kenyamanan utk dapat naik dan duduk menikmati sejuknya AC. Maklum saja menunggu MRT/Bus tiga menit saja sudah membuat berkeringat di pagi hari yg cerah. Nanti setelah di dalam MRT/Bus terjadi pula perebutan kursi. Ada yg tidak peduli dengan bus sesak sementara ia menguasai dua tempat duduk, ada yg tidak mau duduk di dekat jendela, ada yg tidak peduli dgn penumpang yg lebih memerlukan (manula, wanita hamil, orang sakit dll), ada yg tak mau bergeser ke dalam dan menghalangi antrian orang masuk dll.
No comments:
Post a Comment