Jan 17, 2013

Mau Marah Kemana ?

Banyak warga Jakarta korban banjir kesal dengan ulah mereka yang tinggal di bantaran sungai (river bank). Dicurigai mereka lah yang membuang sampah langsung ke sungai tiap hari yg berakibat banjir di musim hujan. Mereka merusak dinding bantaran sungai dan membiarkan tanah/lumpur mengendap di sana. Pinggiran sungai menjadi dangkal dan bentang sungai pun menyempit karena sampah yg terperangkap, memunculkan undukan tanah baru yg konon bisa ditumbuhi pohon pisang :-)

Geram pastinya rumah terendam air atau terperangkap macet buatan banjir. Ingin order alat-alat berat untuk menggusur penduduk pinggir sungai saat ini juga. Bakar, robohkan, ratakan dengan buldoser dan ancam mereka yg mau kembali ke sana.

Tapi, mereka yang jadi korban di sekitar 30 lebih kecamatan di Jakarta tiada satupun yg berani mengusulkan itu, karena mereka pun sadar PUNYA andil besar dalam banjir tahunan ini. Seperti ?

  • Gemar buang sampah sembarangan meski tak langsung ke sungai
  • Tak sejengkal pun ruang hijau dibiarkan di sekitar rumah
  • Membiarkan selokan dekat rumah mampet (malas kerja bakti)
  • Membangun rumah/ruko tanpa peduli dapat meruntuhkan selokan yang ada
  • Menutup permanen bagian atas selokan agar mobil mereka bisa parkir
  • Membiarkan orang lain menyampah tanpa menegur atau memberikan solusi.

Mnrt saya itu saja daftar kesalahan (berulang-ulang) warga yg bukan penghuni bantaran sungai. Andaikan kita sadar bahaya nya sampah yg menimbulkan banjir atau genangan air kotor yg membawa penyakit, mungkin sudah layak kita perlakukan hukum jalanan (baca: gebuk di tempat) para pelaku buang sampah sembarangan layaknya seorang copet atau maling sandal. Seenaknya saja buang plastik gorengan dari dalam mobil yg melaju. Meninggalkan dengan sengaja koran-koran bekas alas sujud. Menyarap dengan santainya plastik-plastik bungkusan "sisa dagang" ke got/jalan di dalam pasar/kakilima/warung tenda dll. Sangat besar kerugian akibat air bah tsb !

Dimana salahnya ? Tambah banyak warga yg berpendidikan koq sampah makin banyak ?

*****

Untuk mendidik DuoS sejak dini (bahkan sebelum milad pertama), mereka sudah diperkenalkan dan alhamdulillah gemar sekali mendengarkan lagu TSP dari VCD Jagalah Hati.

T = Tahan buang sampah sembarangan
S = Simpan sampah pada tempatnya
P = Pungut sampah, insya Allah sedekah

TSP rumus kebersihan kita ... (lucu deh melihat kepala mereka angguk-angguk mengikuti irama lagu)

Namun kalau hanya sebatas himbauan pada lagu atau teori di dalam kelas yang didengar anak didik -- tanpa praktek langsung dibimbing guru, ortu, melihat contoh dlm keseharian -- maka kecil sekali manfaatnya. Rumus itu hanya jadi bingkai di dinding kelas dan banjir tetap hadir tiap tahun untuk mengingatkan. Apa bedanya warga Jakarta dan bayi kembar DuoS dalam menyikapi pesan dalam lagu TSP tsb ?

Lebih besar dari itu adalah pekerjaan rumah pemda. Manajemen sampah, limbah air, daerah resapan air, taman kota, penggundulan hutan, izin mendirikan bangunan adalah hal-hal besar yg tak mungkin diurus rakyat. Perlu masterplan, ketegasan, aksi nyata, dan pengawasan kontinu. Rakyat minta pada pemerintah dengan uang pajak yg sudah dibayar bertahun-tahun agar masalah ini teratasi atau lebih ringan.

  • Tegas menolak pemukiman warga di bantaran kali.
  • Mengawasi pendirian/renovasi bangunan yg perlu memikirkan saluran air, resapan air, dan tidak merusak SDA air tanah
  • Kordinasi lintas kabupaten/provinsi untuk membasmi pemukiman/bangunan yang mengacau ketentraman jalur air.
  • Membangun situ, taman kota, kanal banjir, memperbaiki gorong-gorong di dalam kota dan memastikan kontinuitas air sampai ke laut secepat mungkin.


1 comment:

  1. biar gak sering banjir yg sangat merepotkan,pencegahannya bisa (buka)Sampah Salah Satu Biang Banjir

    ReplyDelete