Dec 26, 2013

Memudahkan Tugas Istri

Hadits riwayat Muslim ini tentu sudah banyak yang mendengar. Namun bagi saya ada kekhususan tersendiri saat mendengarnya lagi dan lagi. “Satu dinar yang engkau infakkan di jalan Allah, satu dinar yang engkau infakkan untuk membebaskan budak, satu dinar yang engkau sedekahkan kepada orang miskin, dan satu dinar yang engkau nafkahkan kepada keluargamu (anak dan istri), pahala yang paling besar adalah dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu.” (HR. Muslim). Sedekah dalam konteks ini adalah nafkah lahir yang diberikan seorang kepala keluarga kepada anggota keluarga nya. Mencukupkan makan, minum, sandang (pakaian), dan papan (tempat tinggal) dengan sekuat kemampuan nya. Termasuk hal-hal lain yg sekunder dan dapat didiskusikan pemenuhannya seperti perhiasan, kendaraan, pengajaran anak, alat-alat rumah tangga yang dapat membantu, penyediaan khadimat (pembantu) dll.


Hadist di atas luar biasa. Saya rasakan sebagai motivator untuk bersikap setelah jadi bapak si kembar. Diganjar pahala luar biasa, yang lebih besar dibanding kemampuan bersedekah secara definisi umum. Saya menyimpulkan bahwa aplikasi hadits ini lebih luas lagi. Hadits ini memotivasi tiap suami untuk mampu menjadi supplier (penyedia) segala kebutuhan di atas baik untuk keperluan yang nyata (tangible) plus kebutuhan-kebutuhan lain yg tak berwujud (intangible). Sebagai suami, saya perlu sabar, telaten, cepat tanggap, berwawasan luas, mampu berfikir praktis dan cepat, dan pada saat yg sama harus siap mengatur intonasi suara dan menebar senyum dll. Tugas suami bukan sekedar memberi nafkah/sedekah.

Ini tak mudah !

Berulang kali gagal dan terlepas juga emosi sesaat dengan suara yang meninggi atau mata yang menatap tak suka/sependapat. Alasan utama, jelas karena capek dan kurang kompeten (tak berilmu cukup pada hal-hal yang sedang diperkarakan atau sekedar malas going for the extra mile). Padahal lawan main baru seorang: yaitu istri. Belum lagi nanti ada aktor-aktor cilik yang sudah bertambah besar :-)

Hadits yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah dan dicatatkan dalam HR Bukhari : "Berwasiatlah untuk para wanita karena sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk dan yang paling bengkok dari bagian tulang rusuk adalah bagian atasnya. Jika engkau ingin meluruskan tulang rusuk tersebut maka engkau akan mematahkannya, dan jika engkau membiarkannya maka ia akan tetap bengkok, maka berwasiatlah untuk para wanita" sungguh tepat menjadi pedoman seorang suami, dalam memperlakukan istri dan anak-anak yang masih dalam pengawasannya secara umum. Perlakukanlah mereka dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Berilah mereka ilmu dan berdialoglah dengan kasih sayang agar memudahkan tugas bersama dalam menjaga keutuhan bahtera rumah tangga.

Kadang dalam upaya bersabar ini saya merasa tiada apa-apanya dibandingkan khalifah Umar bin Khattab ra, seorang pemimpin umat yang sangat disegani. Kisah yg terkenal dan menjadi pengingat buat saya sepanjang masa, insya Allah, "Wahai saudaraku, saya tetap sabar atas perbuatannya, karena memang itu kewajiban saya. Isteri sayalah yang memasakkan makanan saya, membuatkan roti untuk saya, mencucikan pakaian, dan menyusui anak saya, sedang semua itu bukanlah kewajibannya. Disamping itu hati saya merasa tenang untuk tidak melakukan perbuatan haram. Karena itulah saya tetap bersabar atas perbuatannya itu”, jawab Khalifah".

Kesimpulan: Anda yang berpredikat suami jangan bangga dulu jika ternyata baru mampu menggemukkan rekening bank istri, memberinya kendaraan pribadi, dan menyediakan sejumlah pembantu untuk melayani keperluannya karena ternyata banyak faktor-faktor yg tak berwujud yg perlu dipenuhi hak nya ... tanpa bisa menunggu lama :-) Istri sewot, coba untuk memahami, ternyata banyak yang masih harus dipelajari.

No comments:

Post a Comment