Alhamdulillah doa kami diijabah Allah Swt, melewati usia enam bulan Sakinah, kami dapat pulang kampuang lagi. Perjalanan pertama si bungsu ke tanah kelahiran mama nya ini memang penuh liku. Alhamdulillah baby Sakinah sehat dan tidak rewel dalam perjalanan Rabu 15 Oktober lalu. Jenis transport, waktu, dan stress nya. Dapat dibayangkan jika perjalanan yg semestinya dapat ditempuh dgn penerbangan langsung sekitar 1 jam kini harus ditempuh lima jam lebih lama untuk naik turun berganti moda angkutan.
Berangkat pagi yg dijadwalkan 08:10 molor karena Comfort maxicab yg telah dipesan sehari sebelumnya kabur tanpa menelepon terlebih dulu. Memang kami jg terikat di rumah pagi itu krn DuoS mendadak mulas sakit perut dan BAB keduanya. Malah uni S dua kali. Saya baru bisa keluar rumah 08:05 dan mendapati SMS dari operator bahwa taksi nya sudah pergi :-( Mgkn salah kami juga krn biasanya taksi seperti ini datang lebih awal dan nongkrong di tempat parkir ... tapi ini koq tidak menelepon HP saya padahal sudah ada info tsb. Menghubungi operator di pagi hari jam kerja bukan hal mudah, apalagi meminta taksi besar tujuh kursi tsb. Baru sekitar 08:35 ada konfirmasi akan ada maxicab lain yg bersedia datang. Dlm waktu menunggu sekitar 15 menitan itu sempat jg dimanfaatkan mama Sakinah menyelesaikan "urusan di rumah" dan juga ni Ji yg terpaksa menumpang di tempat mak Cik untuk "urusan" yg sama :-)
Satu koper besar, empat koper kecil, dan stroller DuoS akhirnya masuk taksi 08:40 dan kami berenam siap menempuh perjalanan timur ke selatan di pagi itu. Kami sudah pasrah tak akan dapat mengejar waktu check-in Wavemaster 09:50 pagi itu. Perjalanan ke Harborfront sekitar 16 km dan minimal perlu 20 menit untuk sampai. Kemarin petugas Wavemaster telah memberi tahu via email bahwa minimum check-in time is 45 minutes to collect boarding passes and imigration clearance.Kasus terburuk kami akan ambil ferry lain seperti Batamfast untuk mengejar Citilink QG920 13:20 WIB. Saya mencoba untuk menelepon Wavemaster untuk membatalkan naik ferry 09:50 juga tak berhasil.
Pagi itu jalanan cukup bersahabat, terbantu terowongan MCE yg baru itu ... kami tiba 09:15. Bergegas menurunkan barang dan menuju lift ke lantai dua untuk menurunkan barang di lantai keberangkatan dan saya lanjut ke lantai tiga ke counter ferry untuk mencoba peruntungan setelah Elwis melihat bahwa status Wavemaster kami masih boarding alias belum ditutup. Alhamdulillah, sekali lagi, counter ferry masih menerima check in kami berikut bagasi yg akan dibawa. Selepas imigrasi ternyata di lantai dasar penumpang ferry masih menunggu, ada telat 15 menit dari jadwal :-)
Uni Shalihah kurang sehat setelah insiden BAB dua kali di rumah tadi. Di ferry mau juga ia disuapi beberapa kali sebelum akhirnya DuoS tertidur pulas digoyang riak riak ombak. Sejam lebih sepuluh menit tiba di pelabuhan ferry Batam kami bergegas menuju imigrasi Indonesia dan mengambil barang. Kemenakan kami Angger rupanya sudah menunggu di pintu kedatangan sejak tadi. Kali ini memang masih cukup banyak waktu sebelum check-in Citilink terakhir 12:20 WIB. Namun benarkah demikian ... ?
Perhitungan saya masih ada waktu dua jam sebelum 12:20. Rencana awal saya perlu membeli rupiah dan membungkus makan siang. Lokasinya cukup di mall besar seberang pelabuhan Batam Center. Namun terjadi perubahan rencana sehingga kami akhirnya makan siang di mall tsb bukan membungkusnya. Shalihah mau makan sekarang setelah mogok makan sejak di rumah. Suasana sepi di resto yg nyaman dan sajian nya yg nikmat, alhamdulillah :-) Selesai makan, waktu hampir 12:20 dan Angger perlu bergegas krn perjalanan normal ke bandara perlu 20 menitan. Mau ngebut juga tak mudah krn kondisi jalan yg cukup ramai saat itu. Avanza berwarna gelap itu pun dipacu berkelok kelok di sepanjang jalan. Di depan Angger duduk bersama Razin sementara di baris kedua saya duduk bersama Shalih, Elwis dengan Sakinah, dan Jihan bersama Shalihah. Malang tak dapat ditolak, di tengah aksi bergegas itu, saat mendekati belokan terakhir memasuki bandara, Shalihah muntah :-( Kasihan, apa yg sudah dimakannya di restoran tadi tertumpah semua di dalam mobil, mukanya pucat sekarang. Semoga penyakit juga keluar ya nak.
Tiada yg mustahil bagi Allah Swt dengan keridhaanNya mengawal perjalanan kami pagi itu. Hanya berbekal doa dan semangat kami memberanikan diri untuk menerobos kerumunan calon penumpang dan pengantar yg bergerombol menghalangi pintu masuk bandara Hang Nadim pada tenggat waktu yg mungkin kurang dari 30 menit dari jadwal terbang. Saya pasrah, tak berani melihat jam tangan lagi. Maju terus dengan trolley bagasi, sementara Jihan mendorong stroller Duos, kondisi terburuk maka saya akan ambil keputusan bayar denda dan ikut penerbangan berikutnya jam 3 sore. Mata saya mencari-cari mana counter Citlink untuk ke Padang, dan ternyata memang masih buka dan ... calon penumpang masih antri di sana ... antrian yg pendek namun tetap tak tenang krn mungkin mereka antri ke destinasi lain atau utk penerbangan berikutnya.
Sedikit memaksa dan memohon maaf kepada seorang Bapak di antrian saya mengambil alih posisinya setelah antrian di depannya selesai. Saya sodorkan kertas tiket dan identitas kami berenam kepada petugas counter. Alhamdulillaah masih diterima. Ooh blessing in disguise, this is Indonesia, my country, we just saved by the bell in the name of *delays due to slow system, peak passengers, network congestion etc* .... sehingga tanpa harus bersitegang meminta hak, kami pun dilayani sebagaimana biasa. Confirmed with seat numbers ! Selanjutnya adalah mengejar boarding ke pesawat. Selepas check in sebenarnya dapat ditempuh dengan cukup nyaman namun krn waktu yg tersisa mungkin hanya 20 menitan ... sport betis lagi. Benar saja kami adalah enam penumpang terakhir yg ditunggu di pesawat. O.. ya ada insiden kecil jg krn saya lupa menemukan dimana boarding pass baby Sakinah (indeed she did not get her own seat yet), padahal ianya ditempel bersama boarding pass saya dan petugas pemeriksa tadi tak melihatnya jg :-( Hah yg penting amazing race ini hampir berakhir dan kami naik pesawat. Pesawat tinggal landas tepat waktu, penerbangan menyenangkan, dan anak anak tidur dgn lelap. Shalih dgn saya, Shalihah duduk di tengah antara mamanya dan Jihan, sementara Sakinah terlelap di pelukan mamanya.
Tepat sejam kemudian kami mendarat di BIM dalam cuaca cerah. Setelah mengambil bagasi kami dapat segera bertemu keluarga yg datang menjemput, ada uni Des dan uni Is yg siap sejak tadi setelah pulang dinas. Mengingat perjalanan ke Bukittingi masih perlu waktu sekitar 2 jam an dan anak-anak terlihat masih capek, kami sempatkan untuk shalat Zuhur dengan jama' taqdim Ashr saja di mushalla bandara. Dan akhirnya kami berangkat pulang lepas azan Ashr sehingga para penjemput pun dapat shalat Ashr dulu.
Berangkat pagi yg dijadwalkan 08:10 molor karena Comfort maxicab yg telah dipesan sehari sebelumnya kabur tanpa menelepon terlebih dulu. Memang kami jg terikat di rumah pagi itu krn DuoS mendadak mulas sakit perut dan BAB keduanya. Malah uni S dua kali. Saya baru bisa keluar rumah 08:05 dan mendapati SMS dari operator bahwa taksi nya sudah pergi :-( Mgkn salah kami juga krn biasanya taksi seperti ini datang lebih awal dan nongkrong di tempat parkir ... tapi ini koq tidak menelepon HP saya padahal sudah ada info tsb. Menghubungi operator di pagi hari jam kerja bukan hal mudah, apalagi meminta taksi besar tujuh kursi tsb. Baru sekitar 08:35 ada konfirmasi akan ada maxicab lain yg bersedia datang. Dlm waktu menunggu sekitar 15 menitan itu sempat jg dimanfaatkan mama Sakinah menyelesaikan "urusan di rumah" dan juga ni Ji yg terpaksa menumpang di tempat mak Cik untuk "urusan" yg sama :-)
Satu koper besar, empat koper kecil, dan stroller DuoS akhirnya masuk taksi 08:40 dan kami berenam siap menempuh perjalanan timur ke selatan di pagi itu. Kami sudah pasrah tak akan dapat mengejar waktu check-in Wavemaster 09:50 pagi itu. Perjalanan ke Harborfront sekitar 16 km dan minimal perlu 20 menit untuk sampai. Kemarin petugas Wavemaster telah memberi tahu via email bahwa minimum check-in time is 45 minutes to collect boarding passes and imigration clearance.Kasus terburuk kami akan ambil ferry lain seperti Batamfast untuk mengejar Citilink QG920 13:20 WIB. Saya mencoba untuk menelepon Wavemaster untuk membatalkan naik ferry 09:50 juga tak berhasil.
Pagi itu jalanan cukup bersahabat, terbantu terowongan MCE yg baru itu ... kami tiba 09:15. Bergegas menurunkan barang dan menuju lift ke lantai dua untuk menurunkan barang di lantai keberangkatan dan saya lanjut ke lantai tiga ke counter ferry untuk mencoba peruntungan setelah Elwis melihat bahwa status Wavemaster kami masih boarding alias belum ditutup. Alhamdulillah, sekali lagi, counter ferry masih menerima check in kami berikut bagasi yg akan dibawa. Selepas imigrasi ternyata di lantai dasar penumpang ferry masih menunggu, ada telat 15 menit dari jadwal :-)
Sebagian pengantar Sakinah di dalam Wavemaster |
Perhitungan saya masih ada waktu dua jam sebelum 12:20. Rencana awal saya perlu membeli rupiah dan membungkus makan siang. Lokasinya cukup di mall besar seberang pelabuhan Batam Center. Namun terjadi perubahan rencana sehingga kami akhirnya makan siang di mall tsb bukan membungkusnya. Shalihah mau makan sekarang setelah mogok makan sejak di rumah. Suasana sepi di resto yg nyaman dan sajian nya yg nikmat, alhamdulillah :-) Selesai makan, waktu hampir 12:20 dan Angger perlu bergegas krn perjalanan normal ke bandara perlu 20 menitan. Mau ngebut juga tak mudah krn kondisi jalan yg cukup ramai saat itu. Avanza berwarna gelap itu pun dipacu berkelok kelok di sepanjang jalan. Di depan Angger duduk bersama Razin sementara di baris kedua saya duduk bersama Shalih, Elwis dengan Sakinah, dan Jihan bersama Shalihah. Malang tak dapat ditolak, di tengah aksi bergegas itu, saat mendekati belokan terakhir memasuki bandara, Shalihah muntah :-( Kasihan, apa yg sudah dimakannya di restoran tadi tertumpah semua di dalam mobil, mukanya pucat sekarang. Semoga penyakit juga keluar ya nak.
Tiada yg mustahil bagi Allah Swt dengan keridhaanNya mengawal perjalanan kami pagi itu. Hanya berbekal doa dan semangat kami memberanikan diri untuk menerobos kerumunan calon penumpang dan pengantar yg bergerombol menghalangi pintu masuk bandara Hang Nadim pada tenggat waktu yg mungkin kurang dari 30 menit dari jadwal terbang. Saya pasrah, tak berani melihat jam tangan lagi. Maju terus dengan trolley bagasi, sementara Jihan mendorong stroller Duos, kondisi terburuk maka saya akan ambil keputusan bayar denda dan ikut penerbangan berikutnya jam 3 sore. Mata saya mencari-cari mana counter Citlink untuk ke Padang, dan ternyata memang masih buka dan ... calon penumpang masih antri di sana ... antrian yg pendek namun tetap tak tenang krn mungkin mereka antri ke destinasi lain atau utk penerbangan berikutnya.
Sedikit memaksa dan memohon maaf kepada seorang Bapak di antrian saya mengambil alih posisinya setelah antrian di depannya selesai. Saya sodorkan kertas tiket dan identitas kami berenam kepada petugas counter. Alhamdulillaah masih diterima. Ooh blessing in disguise, this is Indonesia, my country, we just saved by the bell in the name of *delays due to slow system, peak passengers, network congestion etc* .... sehingga tanpa harus bersitegang meminta hak, kami pun dilayani sebagaimana biasa. Confirmed with seat numbers ! Selanjutnya adalah mengejar boarding ke pesawat. Selepas check in sebenarnya dapat ditempuh dengan cukup nyaman namun krn waktu yg tersisa mungkin hanya 20 menitan ... sport betis lagi. Benar saja kami adalah enam penumpang terakhir yg ditunggu di pesawat. O.. ya ada insiden kecil jg krn saya lupa menemukan dimana boarding pass baby Sakinah (indeed she did not get her own seat yet), padahal ianya ditempel bersama boarding pass saya dan petugas pemeriksa tadi tak melihatnya jg :-( Hah yg penting amazing race ini hampir berakhir dan kami naik pesawat. Pesawat tinggal landas tepat waktu, penerbangan menyenangkan, dan anak anak tidur dgn lelap. Shalih dgn saya, Shalihah duduk di tengah antara mamanya dan Jihan, sementara Sakinah terlelap di pelukan mamanya.
Tepat sejam kemudian kami mendarat di BIM dalam cuaca cerah. Setelah mengambil bagasi kami dapat segera bertemu keluarga yg datang menjemput, ada uni Des dan uni Is yg siap sejak tadi setelah pulang dinas. Mengingat perjalanan ke Bukittingi masih perlu waktu sekitar 2 jam an dan anak-anak terlihat masih capek, kami sempatkan untuk shalat Zuhur dengan jama' taqdim Ashr saja di mushalla bandara. Dan akhirnya kami berangkat pulang lepas azan Ashr sehingga para penjemput pun dapat shalat Ashr dulu.
Sakinah yang masih kelelahan di mushalla BIM |
No comments:
Post a Comment