May 10, 2015

Jaminan yang tak berlaku surut

Bagi yang membaca terjemahan al-Quran pertama kali ayat al-Maidah 69 [QS5:69]:

Sesungguhnya orang-orang Mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

atau yang senada dengan nya pada al-Baqarah 62 [QS2:62]:

“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (di antara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”

mungkin merasa ada yang aneh pada kedua ayat tsb. Dibaca lagi dan lagi, memang itu artinya, bahkan jika diterjemahkan memakai al-Quran yang memiliki arti kata per kata.

Saya pun demikian. Pertama kali yang benar tertanam di ingatan adalah saat saya ada hafalan ayat dan arti dari al-Imran 19 di kelas 2 SMA bahwa “Sesungguhnya agama yang diridhai di sisi Allah hanyalah Islam.” dan dipertegas lagi pada al-Imran 85 “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi.”

Pada dasarnya kedua pasang ayat ini tak bertentangan. Memahami terjemahan al-Quran memang tak bisa diambil sepotong-sepotong. Tak bisa diambil satu ayat lalu dijadikan hujjah (alasan yang valid / landasan berlogika) bahwa ayat itu memang dapat dipakai sendiri / tunggal.

Pada dasarnya agama samawi yang diwahyukan di bumi ini adalah satu. Semuanya mengilahkan Allah Swt yang esa, semua nabi dan rasul yg diutus kepada manusia mendakwahkan hal yang sama, apapun nama ajarannya. Tersebutlah tiga yang terkenal, yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam. Yahudi dan Nasrani amat panjang sejarahnya sebagaimana yg diceritakan dalam al-Quran. Bahkan orang-orang Shabi'in yang ada pada masa itu, yg mgkn mereka hanya mengikut "agama Ibrahim as" dari tatacara yg mereka tahu dari orang-orang tua mereka tentunya ada yg beramal shalih.

Jaminan dari Allah Swt untuk keselamatan para pemeluk agama yang taat (orang-orang shalih) adalah benar. Di tiap masa para pengikut setia nabi/rasul akan diselamatkan dan hidupnya tak akan merugi kelak di akhirat. Ini sesuai janji di QS5:69 dan QS2:62 tadi. Siapa mereka ?

******

Saat al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, umat yang mengaku beragama Yahudi dan Nasrani sudah seperti yang kita kenal saat ini...
Sudah ada yang punya Tuhan (Thagut) yg lain.
Sudah ada yg punya konsep anak Tuhan dan penebusan dosa.
Sudah ada trinitas.
Sudah ada yang mengacau atau mencampuradukkan isi kitab suci.
...

Namun ada satu perbedaan, di masa itu di jazirah Arab, masih ada para rabbi/pemuka agama dan pengikut setia yang masih "beriman" dengan ajaran yang benar, bertauhidkan Allah Swt yang satu. Contoh yang jelas dalam sejarah ada dua orang. Satu adalah pendeta Nasrani Buhaira (yg menasehati paman nabi Abu Thalib agar menjaga baik-baik Muhammad kecil dari tangan kaum Yahudi) dan seorang lagi adalah sepupu ibunda Khadijah ra (istri pertama Rasulullah Saw) yg merupakan pendeta Nasrani bernama Waraqah bin Naufal yang banyak memahami tanda-tanda kenabian yg diutus sepanjang sejarah.

Artinya memang ada segolongan orang Yahudi dan Nasrani shaleh yang digambarkan sesuai QS5:69 tadi.
(1) Tidak mendustakan dan membunuh para nabi dan rasul mereka, QS5:70.
(2) Tidak mengatakan bahwa Allah adalah alMasih putra Maryam, QS5:72.
(3) Tidak mengatakan bahwa Allah adalah salahsatu dari yang tiga, QS5:73.
(4) Tidak durhaka dan berlebih-lebihan dalam menistakan agama, , QS5:77-78.
(5) Tidak membiarkan tindakan munkar, QS5:79.
Mereka beriman pada ayat-ayat Allah Swt yg dibawakan nabi mereka di masa itu dan beramal shalih.

Nah bagaimana nasib golongan-golongan lain yang ingkar dengan membunuh para nabi, membuat versi kitab suci baru, atau membuat thagut sesembahan yang baru ? Jelas mereka adalah sesat dan dihukumi kafir.

Lalu bagaimana relevansi nya QS5:69 dan QS5:62 ini dengan kondisi saat ini ?

Dengan kehadiran dua ayat pamungkas nan tegas pada QS3:19 dan QS3:85 maka tertutuplah "jalan-jalan kebenaran lain menuju Allah Swt" selain Islam. Mereka yang hadir / hidup pada saat Rasulullah Muhammad Saw telah diangkat menjadi rasul, "confirmed" harus "convert" alias bersyahadat menjadi seorang muslim. Jaminan keselamatan sesudah munculnya dua ayat dalam surat ali Imran di atas tak kan lagi berlaku surut. Artinya tiada lagi janji Allah Swt bagi pemeluk keimanan Yahudi dan Nasrani sesudah lengkapnya al-Quran sebagaimana tertulis dalam QS5:69 atau QS2:62.

Jadi berislamlah dengan baik dan benar bagi siapapun yang mengaku sebagai mahluk berakal di muka bumi ini.

Mentahlah argumen bodoh kaum pluralis untuk membenarkan paham pluralisme. Mereka menyatakan, bahwa dua ayat ini menyatakan dengan sangat jelas, bahwa Islam mengakui kebenaran agama-agama selain Islam, bahkan mereka juga memiliki kans yang sama untuk masuk ke dalam surganya Allah swt. Baca di situs ini.




No comments:

Post a Comment