Melanjutkan semangat tulisan sebelumnya "Karena Ingin Bersama ke Surga", di sini saya mengutip bagian tengah dari presentasi ibu Elly Risman yang sangat bagus disajikan oleh mbak Erin Yudha di blog nya, tentang misi penting persiapan anak. Saya amat yakin bahwa "mempersiapkan" anak itu merupakan tugas sepanjang hayat, bukan sekadar menumbuhkan fisik dan nalar nya saja. Jauh lebih mulia dari itu dan tantangan orang tua adalah bagaimana mempersiapkan hal tsb di tengah kesempitan waktu, keterbatasan usia/tenaga/ilmu yg dimiliki, menyampaikan nya dengan bil-hikmati-wal-mau'izzatil hasanatu (wal-fun) dan tekanan luar biasa dari pengaruh luar rumah yg senantiasa bertambah maju (advanced).
Genderang perang secara diam-diam sudah ditabuhkan para musuh yang tidak ingin melihat berseminya rumah tangga muslim yang harmonis. Mengutip catatan pribadi kawan saya di FB "Mengaku sajalah, bahwa kitalah yang telah kalah dalam pertarungan melawan jutaan anak panah multi media yang membidik anak kita dari berbagai penjuru.". Benar sekali yg menjadi sasaran panah pertama kali itu bapak dan ibu dr anak". Ada panah yg dpt ditangkis, ada yg lolos meski telah memasang badan sebagai perisai, dan banyak yg justru tepar duluan, sehingga anak" nya yg terpapar menjadi sasaran berikutnya.
Bicara teori mudah, namun menjalankannya jauh lebih tricky. Saya berangkat kerja anak" masih tidur (krn mgkn tidur kemalaman), saya pulang kerja hny ada waktu 2-3 jam bersama anak sbl mrk tidur. Malam hari juga sudah dipotong waktu makan malam dan ritual tak terduga lain. Jadi interaksi itu memang kurang. Makanya televisi dan gadget terpaksa mengalah, agar tidak merampok 2 jam yg saya punya itu.
Mengapa mereka perlu lebih baik
Yg pasti setiap muslim yg terlahir ke dunia memiliki satu tujuan yaitu menghamba kepada Allah SWT dengan taat dan ikhlas. Dengan perjalanan waktu yg dipersingkat, seorang bayi yang dilahirkan akan menjadi dewasa, menikah, dan akhirnya menjadi orang tua bagi anak-anak mereka pula. Artinya mereka perlu menjadi seorang pemuda atau pemudi yg profesional di dalam kesehariannya dengan tetap menegakkan dengan aqidah/akhlaq/adab yg Islami, lalu menjadi suami atau istri yg baik, dan kemudian menjadi ayah atau ibu yg baik dan bertanggung jawab sebagai:
Genderang perang secara diam-diam sudah ditabuhkan para musuh yang tidak ingin melihat berseminya rumah tangga muslim yang harmonis. Mengutip catatan pribadi kawan saya di FB "Mengaku sajalah, bahwa kitalah yang telah kalah dalam pertarungan melawan jutaan anak panah multi media yang membidik anak kita dari berbagai penjuru.". Benar sekali yg menjadi sasaran panah pertama kali itu bapak dan ibu dr anak". Ada panah yg dpt ditangkis, ada yg lolos meski telah memasang badan sebagai perisai, dan banyak yg justru tepar duluan, sehingga anak" nya yg terpapar menjadi sasaran berikutnya.
Bicara teori mudah, namun menjalankannya jauh lebih tricky. Saya berangkat kerja anak" masih tidur (krn mgkn tidur kemalaman), saya pulang kerja hny ada waktu 2-3 jam bersama anak sbl mrk tidur. Malam hari juga sudah dipotong waktu makan malam dan ritual tak terduga lain. Jadi interaksi itu memang kurang. Makanya televisi dan gadget terpaksa mengalah, agar tidak merampok 2 jam yg saya punya itu.
Mengapa mereka perlu lebih baik
Yg pasti setiap muslim yg terlahir ke dunia memiliki satu tujuan yaitu menghamba kepada Allah SWT dengan taat dan ikhlas. Dengan perjalanan waktu yg dipersingkat, seorang bayi yang dilahirkan akan menjadi dewasa, menikah, dan akhirnya menjadi orang tua bagi anak-anak mereka pula. Artinya mereka perlu menjadi seorang pemuda atau pemudi yg profesional di dalam kesehariannya dengan tetap menegakkan dengan aqidah/akhlaq/adab yg Islami, lalu menjadi suami atau istri yg baik, dan kemudian menjadi ayah atau ibu yg baik dan bertanggung jawab sebagai:
- Pendidik (untuk mendidik anak" termasuk mendidik istrinya bagi para suami)
- Penanggung jawab keluarga.
Bagi laki" dalam mencari nafkah dan memimpin keluarganya; bagi perempuan dalam mengatur rumah tangga dan mengurus suami dan anak". - Pengayom orang tua di masa tua.
Terutama untuk seorang lelaki. Ingat, bahwa seorang lelaki bertanggung jawab terhadap ibunya. Namun yang sering terjadi, begitu menikah seorang anak laki" biasanya pergi dari rumah dan cenderung lebih dekat istri beserta keluarganya… malah yang merawat orang tua di masa tuanya kebanyakan adalah anak perempuannya… padahal anak perempuan yang telah menikah mestinya lebih mengutamakan suaminya daripada orang tuanya. - Pendakwah
Sebagai muslim, berdakwah adalah kewajiban. Berdakwah tidak harus ceramah di pengajian namun dpt dimulai dengan menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari". Cara kita berpakaian, bergaul, bertetangga, menjaga diri dari perbuatan sia" seperti bergunjing (baik lewat mulut atau jari), menaati peraturan/hukum, disiplin waktu dsb, kita sudah menjadi agen muslim yang baik… yang juga merupakan bagian dari dakwah.
No comments:
Post a Comment