Sudah lama ingin menulis tema ini, sudah terpicu begitu sering, namun karena masih gagal dalam praktek nya jadi ragu untuk melanjutkan. Padahal isinya adalah keniscayaan, mungkin peta yang semestinya dijalani untuk meraih satu tujuan, khusus nya sebagai muslim.
Sering kali tuntutan pekerjaan membuat kita lena bahwa itulah satu-satunya tujuan terpenting dalam kehidupan. Sukses dalam pekerjaan, menang proyek, peningkatan karir, kenaikan gaji, dikenal penguasa sering membuat kita lupa bahwa itu hanya produk akhir yang tidak sepenting proses untuk mendapatkannya. Bagaimanapun juga ikhtiar, do'a dan tawakkal itu adalah tiga pilar nya.
Kadang saya merasa "ah tanggung, tugas yang tersisa ini hanya perlu sepuluh menit lagi untuk merampungkannya", padahal sepuluh menit lagi azan subuh akan terdengar, dan saya perlu minimal sepuluh menit untuk mengejar berjamaah subuh di masjid.
Kadang secara praktis saya berfikir, apa salahnya program komputer ini dijalankan terlebih dahulu dan hasilnya dapat dibaca sepuluh menit kemudian, namun tanpa sebab" yg dapat dikenal pasti program itu ngadat sehingga perlu lima belas menit untuk debugging (mencari kesalahan menagapa tak jalan). Padahal biasanya, membaca al-Quran sepuluh menit seusai shalat adalah kebiasaan di hari-hari lain. Nah sekarang, tilawah al-Quran gagal karena ada interupsi menyambi menjalankan program.
Di akhir pekan atau hari libur, anak" atau istri sudah mengajak untuk acara jjs/rehat di luar , namun karena deadline pekerjaan sehingga membawa pekerjaan pulang ke rumah membuat saya uring" an (kesal dan marah) jika diingatkan untuk bersiap-siap segera pergi bermain / memenuhi undangan karena pagi-pagi sudah membuka komputer atau karena begadang semalaman mengejar tugas. Padahal "sebaiknya" liburan di akhir pekan atau waktu seorang suami di rumah itu memang diprioritaskan untuk kepentingan keluarga dan urusan kantor menjadi urusan nomor 16.
Merasa badan sudah penat / letih, dan melupakan niat untuk menambah hafalan atau mengulang-ulang hafalan al-Quran, membaca buku" agama, dll.
Banyak hal" lain yang mungkin dipinggirkan atau dilupakan, semisal berjabatan tangan usai shalat, berdoa/zikir. membaca al-Quran, bersilaturahim, menuntut ilmu agama, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengurus jenazah ... dll yang sebenarnya merupakan hak" Allah swt, hak Rasulullah saw, hak keluarga, hak sesama muslim yang kita tinggalkan karena merasa sempit nya waktu.
Padahal urutannya sudah jelas, tunaikan lah hak" tsb dan hanya kepada Allah Swt terpulang semua urusan. Allah Swt, sang Penggenggam Waktu dan Pemberi Solusi atas segala masalah / problematika kehidupan, sang Pembolak Balik hati yang dapat mengubah situasi yang kusut gelap menjadi jernih terang benderang. Doa yang diajarkan Rasulullaah Saw begitu jelas:
Boleh jadi sepuluh menit yang kita sisipkan untuk membaca al-Quran adalah solusi dari problem yang dihadapi saat ini. Boleh jadi hidayah Allah turun di saat kita mengikuti kajian" ilmu agama di masjid, boleh jadi ketegangan hati dan fikiran luluh lantak saat bercengkerama menikmati momen bermain bersama dengan keluarga di taman dekat rumah, dll. Sangat mungkin, kebiasaan membaca surat al Kahfi di Jum'at pagi dan kebiasaan bersedekah adalah pembuka pintu" keberkahan dalam pekerjaan dan memiliki anak" yg shalih dan shalihah. Begitu banyak pintu" keberkahan yang dibukakan Allah swt bilamana urutan-urutan kebaikan ini dijalankan satu persatu. Mungkin solusi yang keluar bukan untuk satu masalah namun langsung sepuluh masalah sekaligus, bukan melulu urusan pekerjaan, namun juga keluarga, pendidikan anak, dan sosial. Mungkin solusi yang hadir bukan untuk jangka pendek melainkan jangka panjang karena terjadi pemikiran dan perencanaan yang lebih matang selepas menunaikan shalat malam. Mungkin tercurah ide-ide baru setelah bersilaturahim dengan teman atau membantu pekerjaan teman.
Bahkan tubuh pun memerlukan hak. Tidur di saat tubuh lelah bukan berarti bermalas-malasan. Bergembira atau berolahraga di saat fikiran terasa kalut adalah obat stres yang murah mujarab. Makan teratur adalah disiplin yang menyehatkan. Tidak tergesa-gesa adalah pengusir setan yang sengaja membuat kita lalai dan lupa. Jauhi marah yang bukan pada tempatnya. Berempati kepada kesulitan orang lain adalah belajar mengasihani diri sendiri dan bersyukur kepada illaahi atas segala nikmat yang ada. Membantu pekerjaan istri di rumah sebagaimana hadits shahih dari Rasulullaah saw dari Aisyah “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap ahli keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap ahli keluargaku".
Hasbunallaah wani'mal wakiil, ni'mal maula wani'man nashir. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
Sering kali tuntutan pekerjaan membuat kita lena bahwa itulah satu-satunya tujuan terpenting dalam kehidupan. Sukses dalam pekerjaan, menang proyek, peningkatan karir, kenaikan gaji, dikenal penguasa sering membuat kita lupa bahwa itu hanya produk akhir yang tidak sepenting proses untuk mendapatkannya. Bagaimanapun juga ikhtiar, do'a dan tawakkal itu adalah tiga pilar nya.
Kadang saya merasa "ah tanggung, tugas yang tersisa ini hanya perlu sepuluh menit lagi untuk merampungkannya", padahal sepuluh menit lagi azan subuh akan terdengar, dan saya perlu minimal sepuluh menit untuk mengejar berjamaah subuh di masjid.
Kadang secara praktis saya berfikir, apa salahnya program komputer ini dijalankan terlebih dahulu dan hasilnya dapat dibaca sepuluh menit kemudian, namun tanpa sebab" yg dapat dikenal pasti program itu ngadat sehingga perlu lima belas menit untuk debugging (mencari kesalahan menagapa tak jalan). Padahal biasanya, membaca al-Quran sepuluh menit seusai shalat adalah kebiasaan di hari-hari lain. Nah sekarang, tilawah al-Quran gagal karena ada interupsi menyambi menjalankan program.
Di akhir pekan atau hari libur, anak" atau istri sudah mengajak untuk acara jjs/rehat di luar , namun karena deadline pekerjaan sehingga membawa pekerjaan pulang ke rumah membuat saya uring" an (kesal dan marah) jika diingatkan untuk bersiap-siap segera pergi bermain / memenuhi undangan karena pagi-pagi sudah membuka komputer atau karena begadang semalaman mengejar tugas. Padahal "sebaiknya" liburan di akhir pekan atau waktu seorang suami di rumah itu memang diprioritaskan untuk kepentingan keluarga dan urusan kantor menjadi urusan nomor 16.
Merasa badan sudah penat / letih, dan melupakan niat untuk menambah hafalan atau mengulang-ulang hafalan al-Quran, membaca buku" agama, dll.
Banyak hal" lain yang mungkin dipinggirkan atau dilupakan, semisal berjabatan tangan usai shalat, berdoa/zikir. membaca al-Quran, bersilaturahim, menuntut ilmu agama, memenuhi undangan, menjenguk yang sakit, mengurus jenazah ... dll yang sebenarnya merupakan hak" Allah swt, hak Rasulullah saw, hak keluarga, hak sesama muslim yang kita tinggalkan karena merasa sempit nya waktu.
Padahal urutannya sudah jelas, tunaikan lah hak" tsb dan hanya kepada Allah Swt terpulang semua urusan. Allah Swt, sang Penggenggam Waktu dan Pemberi Solusi atas segala masalah / problematika kehidupan, sang Pembolak Balik hati yang dapat mengubah situasi yang kusut gelap menjadi jernih terang benderang. Doa yang diajarkan Rasulullaah Saw begitu jelas:
Boleh jadi sepuluh menit yang kita sisipkan untuk membaca al-Quran adalah solusi dari problem yang dihadapi saat ini. Boleh jadi hidayah Allah turun di saat kita mengikuti kajian" ilmu agama di masjid, boleh jadi ketegangan hati dan fikiran luluh lantak saat bercengkerama menikmati momen bermain bersama dengan keluarga di taman dekat rumah, dll. Sangat mungkin, kebiasaan membaca surat al Kahfi di Jum'at pagi dan kebiasaan bersedekah adalah pembuka pintu" keberkahan dalam pekerjaan dan memiliki anak" yg shalih dan shalihah. Begitu banyak pintu" keberkahan yang dibukakan Allah swt bilamana urutan-urutan kebaikan ini dijalankan satu persatu. Mungkin solusi yang keluar bukan untuk satu masalah namun langsung sepuluh masalah sekaligus, bukan melulu urusan pekerjaan, namun juga keluarga, pendidikan anak, dan sosial. Mungkin solusi yang hadir bukan untuk jangka pendek melainkan jangka panjang karena terjadi pemikiran dan perencanaan yang lebih matang selepas menunaikan shalat malam. Mungkin tercurah ide-ide baru setelah bersilaturahim dengan teman atau membantu pekerjaan teman.
Bahkan tubuh pun memerlukan hak. Tidur di saat tubuh lelah bukan berarti bermalas-malasan. Bergembira atau berolahraga di saat fikiran terasa kalut adalah obat stres yang murah mujarab. Makan teratur adalah disiplin yang menyehatkan. Tidak tergesa-gesa adalah pengusir setan yang sengaja membuat kita lalai dan lupa. Jauhi marah yang bukan pada tempatnya. Berempati kepada kesulitan orang lain adalah belajar mengasihani diri sendiri dan bersyukur kepada illaahi atas segala nikmat yang ada. Membantu pekerjaan istri di rumah sebagaimana hadits shahih dari Rasulullaah saw dari Aisyah “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap ahli keluarganya, dan aku adalah orang yang paling baik terhadap ahli keluargaku".
Hasbunallaah wani'mal wakiil, ni'mal maula wani'man nashir. Laa haula walaa quwwata illaa billaah.
https://bukanceritafiksi.blogspot.com |
No comments:
Post a Comment