Nama, brand, trademark itu amat penting. Nama tempat perlu meninggalkan kesan kuat bagi yang telah mendatanginya dan rasa keingintahuan yang menggebu bagi indera yang belum menjamahnya.
Selanjutnya terserah: mau mencak-mencak ... protes karena tidak sesuai yang dijanjikan dalam brosur, tidak seindah dengan bayangan iklan, atau tidak sesuai harapan karena tempatnya kecil, panas, tidak asri, hanya buatan manusia, tak ada nilai sejarah, perlu ekstra uang, lebih bagus di negeri sendiri, norak, misleading by the name dll. Tapi setidaknya Anda sudah sampai sana dan akan ada beribu orang lagi pengunjung potensial yang "pasti" akan mencicipi tempat tsb tiap bulannya, baik karena ingin tahu, ingin datang kedua kalinya karena belum puas, "terbawa saja" karena sudah inklusif dengan paket wisata yang dibayar, atau tertipu iklan yang heboh :-) Tak mengherankan kurva turis asing ke negeri kecil ini meningkat 5.5% per tahunnya.
Itulah salahsatu keunggulan tim pemasaran pariwisata Singapura ... berbaga institusi bekerja sama (ya ... agen turisnya, dewan taman kota, promosi via internet, penghargaan dari pemerintah, hotel, biro wisata di luar negeri, pengelola swasta semacam Sentosa dll) dan bekerja amat profesional mengelola dana yang telah disediakan. Dana tidak digunting seenaknya, dibelanjakan sesuai proposal yang dibuat, dan mereka yang terlibat di dalamnya pasti merasakan kepuasan.
Pemda provinsi2 di Indonesia perlu belajar banyak dari Singapura !
Salahsatu contoh di Sumatra Barat, saya pernah melihat ulasan di internet mengenai Waterboom Muara Kalaban di Sawah Lunto, sayang belum ada situs resminya. Pemda dapat saja mencoba meniru ide dari portal Wild Wild Wet untuk tujuan ini.
No comments:
Post a Comment