Jul 14, 2010

Otak Cerdas dengan Membaca Al-Quran



“Sebaik-baik dari kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan yang mengajarkannya” (HR. Bukhari). Cara klasik mengawali belajar al-Quran dimulai dengan mengenal huruf Hijaiyah, lalu dilanjutkan dengan meletakkan tanda2 di atas/bawah/depan, tanwin, dan merangkainya. Kini dikenal dengan berbagai metode Iqra, al-Barqi, Qiraati, dll lengkap dengan lembar peraga berwarna, VCD, dan berbagai alat bantu mengajar/belajar lainnya. Selanjutnya didalami pula bagaimana perubahan bentuk huruf2 tadi di awal/tengah/akhir kata, mengenal sumber bunyi (makhraj), panjang pendek bacaan, cara berhenti, dll yang lebih lengkap dikenal sebagai ilmu tajwid.

Semasa di SD/SMP saya hanya belajar ilmu Tajwid dasar semacam pengenalan huruf Syamsiah/Qamariyah, tebal tipis lam atau ra, mengenal hukum idzhar/ikhfa/idhgam/ iqlab/qalqalah, mengatur panjang bacaan tanpa tahu istilahnya, cara berhenti di waqf dll. Ini semua dipelajari pelan-pelan baik di TPA dulu atau didikan Papa di rumah. Tidak bertambah ! Mencari buku-buku tajwid pun isinya sama saja. Itu 25 tahun yang lalu :-)

Pertengahan tahun 2009 di sebuah grosir buku Islam di Kramat, saya menemukan dua buku "formal"belajar tajwid diantaranya Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap dan Ilmu Tajwid Plus. Wah di dalam buku ini dibahas detail ilmu tajwid yang belum pernah saya kenal istilah2 nya malah dimulai lagi dengan tempat keluarnya huruf. Istri pun mengikuti program berijazah dari lembaga pengajaran al-Quran di sini, sehingga dirasa perlu untuk membekali diri dengan buku setebal 1000 halaman berjudul kurang lebih "Tajwid Quran Qiraát Aashim Riwayat Hafsh" yang berwarna biru laut itu. Makin takjub saja dengan keseriusan para pengumpul ilmu baca al-Quran ini.

Melihat perkembangan al-Quran cetak di tanah air akhir-akhir ini pun amat menyeronokkan. Ada al-Quran dengan terjemahan per kata, al-Quran Bayan, ada "The Miracle 15-in-1" dll. Isinya semakin lengkap (dan tentunya semakin tebal dan besar) karena dilengkapi terjemahan, asbabun nuzul, hadits yang relevan, dan bahkan beberapa versi ADA TAJWID "on line" nya. Maksudnya di bawah kata-kata yang memiliki hukum khas maka akan ditandai dengan titik-titik berwarna atau huruf nya diberi warna berbeda. Niatnya tentu untuk memudahkan seorang pemula fasih dengan berbagai hukum tajwid tsb.

Dari sini saya menyimpulkan seorang qari/qari'ah yang sudah mampu membaca al-Quran dengan baik dan benar adalah seorang yang jenius. Mata, lidah (bibir, rahang, gigi), telinga, dan otaknya berkordinasi dengan sangat baik untuk menghasilkan bacaan al-Quran yang benar ! Semakin baik kemampuan seorang membaca al-Quran artinya semakin baik ia memiliki kordinasi antara minda (otak kiri, kanan, dan bahkan bagian tengah) dan motorik penghasil suara tsb. Semacam refleks saja bacaan yg mengalir indah tanpa salah. Bila ada kesalahan di satu tempat saja, maka secara otomatis qari/qariah itu "dipaksa" berhenti karena kemungkinan akan terjadi kesalahan beruntun bila ia sengaja tak mengindahkannya :-) Tentunya Allah menjaga firman Nya dari kesalahan baca dari seorang yang telah mampu membaca dengan baik.

Seorang qari/qari'ah yang baik pada saat ia meningkat menjadi penghafal al-Quran (hafidz) akan amat baik dalam melantunkan surat-surat pendek atau panjang dalam shalatnya. Kesalahan baca di satu tempat atau hanya perbedaan pendek panjang bacaan saja dapat menyebabkan hafalan bacaan itu kacau dan perlu diulang. Ini tentunya keistimewaan yang Allah berikan kepada para tahfidz al-Quran, mereka memiliki daya ingat yang sangat kuat tanpa mengorbankan tajwid bacaan.

Sekali lagi saya tekankan bahwa membaca al-Quran yang baik dan BENAR itu memerlukan konsentrasi penuh. Oleh karena itu semakin tinggi pemahaman seorang muslim tentang tajwid yang mungkin disertai ilmu2 lain semacam tatabahasa dan bahasa Arab maka akan semakin cerdas otaknya. Konsentrasi dan kecerdasan adalah dua hal yang saling berkait. Di saat mata mengeja huruf demi huruf al-Quran, otaknya dengan aktif menentukan lantunan yang benar melalui organ wicara nya. Belum lagi otak kirinya yang terus mengalirkan informasi (background processing) akan aturan (istilah2 khusus) tajwid di setiap tempat dan di saat bersamaan (kalau mampu) arti akan tiap kata/ayat yang dibaca saat itu. Masya Allaah. Dengan berlatih atau membiasakan diri membaca al-Quran tentunya hal ini tidak berat lagi, otak sudah terbiasa bekerja multitasking antara membaca dan menampilkan informasi2 lain di saat pembacaan berlangsung (hukum tajwid, terjemahan, irama yang dipakai, dll).


No comments:

Post a Comment