Di pulau kecil ini istilah dokter umum dikenal dengan nama GP atau general practitioner. Dokter ini paling populer bagi para pekerja karena kemurah-hatiannya mengeluarkan surat sakit (medical certificate atau MC letter).
Sama dengan dokter umum di Indonesia ada dua tempat kerja bagi seorang GP: ada GP yang mendirikan praktek di luar dan ada GP yang berafiliasi (atau dikontrak) sebuah perusahaan untuk berjaga di klinik tempat client nya tsb setiap hari kerja. Untuk GP yang standby di perusahaan klien ini jangan harap untuk memperoleh MC dengan mudah. Mungkin sudah dipesan agar sang GP tak mudah jatuh hati saat mendengar keluhan atau "rekayasa" keluhan pasien.
Khusus di Singapura, GP identik dengan dokter umum yang memberikan obat2 generik pada pasiennya. Sementara di Jakarta (yang saya tahu) hanya dokter umum yang bekerja di puskesmas atau klinik swasta murah meriah (macam klinik 24 jam) yang memberikan obat generik. Dokter umum yang sudah "top" biasanya meresepkan obat-obat non-generik yang lebih mahal (bahkan antibiotik atau obat puyer racikan), harus ditebus di apotek, dan katanya lebih mujarab.
Nah mau pilih yang mana ?
Obat-obat generik biasanya amat spesifik (atau sebaliknya, sehingga tumpang tindih khasiatnya). Jika pasien mengadukan lima keluhan semacam demam, pilek, batuk, badan pegal badan, dan sukar buang air besar (?) maka biasanya akan ada lima obat generik pula (paling umum yaitu Parasetamol). Makanya tak heran pulang dari GP biasanya saya membawa segepok plastik obat beragam berwarna warni. Perawat yang ada di klinik tsb sudah memiliki stok obat-obat tsb, mencetak dan menempelkan label di masing2 obat (indikasi, jadwal pemakaian, dll info), jadi pulang dari klinik langsung punya obatnya.
Saking beragam dan banyaknya obat tsb (minimum utk masing2 plastik isinya sepuluh butir/kapsul/tablet) biasanya akan bersisa banyak. Saya hanya minum untuk 1-2 hari dan sembuh, itu pun tak semuanya diminum krn tumpang tindih tadi fungsinya :-) Kulkas penuh obat, dan bila kena serangan penyakit dengan gejala yang sama, yach makan saja obat2 generik stok itu lagi, toh masih lama expired nya.
Mengingat masa-masa lalu, untuk sakit kepala, batuk, pilek, atau baru masuk angin ( cukup menenggak satu dua tablet Decolg*n saja, alhamdulillaah manjur. Tak perlu ke dokter dan memakan obat2 an yang tak jelas kandungannya itu.
Sama dengan dokter umum di Indonesia ada dua tempat kerja bagi seorang GP: ada GP yang mendirikan praktek di luar dan ada GP yang berafiliasi (atau dikontrak) sebuah perusahaan untuk berjaga di klinik tempat client nya tsb setiap hari kerja. Untuk GP yang standby di perusahaan klien ini jangan harap untuk memperoleh MC dengan mudah. Mungkin sudah dipesan agar sang GP tak mudah jatuh hati saat mendengar keluhan atau "rekayasa" keluhan pasien.
Khusus di Singapura, GP identik dengan dokter umum yang memberikan obat2 generik pada pasiennya. Sementara di Jakarta (yang saya tahu) hanya dokter umum yang bekerja di puskesmas atau klinik swasta murah meriah (macam klinik 24 jam) yang memberikan obat generik. Dokter umum yang sudah "top" biasanya meresepkan obat-obat non-generik yang lebih mahal (bahkan antibiotik atau obat puyer racikan), harus ditebus di apotek, dan katanya lebih mujarab.
Nah mau pilih yang mana ?
Obat-obat generik biasanya amat spesifik (atau sebaliknya, sehingga tumpang tindih khasiatnya). Jika pasien mengadukan lima keluhan semacam demam, pilek, batuk, badan pegal badan, dan sukar buang air besar (?) maka biasanya akan ada lima obat generik pula (paling umum yaitu Parasetamol). Makanya tak heran pulang dari GP biasanya saya membawa segepok plastik obat beragam berwarna warni. Perawat yang ada di klinik tsb sudah memiliki stok obat-obat tsb, mencetak dan menempelkan label di masing2 obat (indikasi, jadwal pemakaian, dll info), jadi pulang dari klinik langsung punya obatnya.
Saking beragam dan banyaknya obat tsb (minimum utk masing2 plastik isinya sepuluh butir/kapsul/tablet) biasanya akan bersisa banyak. Saya hanya minum untuk 1-2 hari dan sembuh, itu pun tak semuanya diminum krn tumpang tindih tadi fungsinya :-) Kulkas penuh obat, dan bila kena serangan penyakit dengan gejala yang sama, yach makan saja obat2 generik stok itu lagi, toh masih lama expired nya.
Mengingat masa-masa lalu, untuk sakit kepala, batuk, pilek, atau baru masuk angin ( cukup menenggak satu dua tablet Decolg*n saja, alhamdulillaah manjur. Tak perlu ke dokter dan memakan obat2 an yang tak jelas kandungannya itu.
No comments:
Post a Comment