Mar 5, 2011

Bertemu Negeri Lima Menara (Lagi)

Novel motivasi ini pertama kali saya temukan saat pulkam ramadhan tahun lalu. Tak begitu serius membacanya karena terkesan hanya kilas balik masa-masa 4 tahun seorang siswa pondok pesantren. Lagipula memang banyak hal lain yg lebih menarik dibanding membaca novel :-)

Namun saat mengunjungi perpus daerah Jurong pada Sabtu awal Februari lalu eh bertemu lagi. Sudah suratannya saya harus baca nih ... Membaca perlahan dan kadang amat perlahan atau dipercepat dengan semangat sesuai konteks cerita tiap bab yang kadang tak bertalian. Akhirnya ada beberapa hikmah yang akan menjadi catatan pribadi, dapat jadi renungan atau sinyum simpul mengenang kemiripan atau sesuatu yg pernah terjadi dalam perjalanan hidup saya:

  1. [Agen 007, hal 78] Aku sempat bimbang. Kenapa orang diajar untuk menjadi whistle blower, orang yang mencari kesalahan orang lain dan kemudian melaporkan kepada pihak yang berwajib? Ini kan bisa menjadi fitnah. Apakah ini akhlakul karimah yang diajarkan agama? Hal ini aku tanyakan kepada Ustad Salman.
    “Akhi, sekarang semakin banyak orang menjadi tak acuh terhadap kebobrokan yang terjadi di sekitar mereka. Metode jasus adalah membangkitkan semangat untuk aware dengan ketidakberesan di masyarakat. Penyimpangan harus diluruskan. Itulah inti dari kullil haqqa walau kaana murran. Katakanlah kebenaran walau itu pahit. Ini self correction, untuk membuat efek jera. Dan yang paling penting, memastikan semua warga PM sadar sesadar-sadarnya, bahwa jangan pernah meremehkan aturan yang sudah dibuat. Sekecil apa pun, itulah aturan dan aturan ada untuk ditaati,” jelas wali kelas kami panjang lebar kepada seisi kelas.

  2. [Sarung dan Korban, hal 89] Waktu itu, belum banyak bus yang punya tape untuk memutar kaset Elly Kasim. Pengganti hiburan di perjalanan adalah klakson yang bisa bernyanyi. Di sebelah supir ada tut-tut yang terhubung dengan slang ke badan mesin. Setiap tut membunyikan nada berbeda mirip campuran suara klakson dan akordeon. ... supir kami menghibur penumpang dengan memainkan instrumental lagu-lagu pop minang memakai klakson ini. ... Lagu klakson inilah yang membantuku melupakan mual yang mendesak-desak.

  3. [Sepuluh Pentung, hal 107] “..., ada dua hal yang paling penting dalam mempersiapkan diri untuk sukses, yaitu going the extra miles. Tidak menyerah dengan rata-rata. Kalau-orang belajar 1 jam, dia akan belajar 5 jam, kalau orang 2 kilo, dia akan berlari 3 kilo. Kalau orang 10, dia tidak akan menyerah sampai detik 20. Selalu berusaha meningkatkan diri lebih dari orang biasa. Karena itu mari kita budayakan going the extra miles, lebihkan usaha, upaya, tekad dan sebagainya dari orang lain. Maka kalian akan sukses” katanya sambil menjentikkan jari.

  4. [Sepuluh Pentung, hal 107] Resep lainnya adalah tidak pernah mengizinkan diri kalian dipengaruhi oleh unsur di luar diri kalian. Oleh siapa pun, apa pun, dan suasana bagaimana pun. Artinya, jangan mau sedih, marah, kecewa dan takut karena ada faktor luar. Kalianlah yang berkuasa terhadap diri kalian sendiri, jangan serahkan kekuasaan kepada orang lain. Orang boleh menodong senapan, tapi kalian punya pilihan, untuk takut atau tetap tegar. Kalian punya pilihan di lapisan diri kalian paling dalam, dan itu tidak ada hubungannya dengan pengaruh luar, ... jadi pilihlah suasana hati kalian, dalam situasi paling kacau sekalipun. Karena kalianlah master dan penguasa hati kalian. Dan hati yang selalu bisa dikuasai pemiliknya, adalah hati orang sukses.”

  5. [Bung Karno, hal 158] Wejangan Kiai Rais terasa dekat, “Jangan berharap dunia yang berubah, tapi diri kita lah yang harus berubah. Ingat anak-anakku, Allah berfirman, Dia tidak akan mengubah nasib sebuah kaum, sampai kaum itu sendirilah yang melakukan perubahan. Kalau kalian mau sesuatu dan ingin menjadi sesuatu, jangan hanya bermimpi dan berdoa, tapi berbuatlah, berubahlah, lakukan saat ini. Sekarang juga!”

  6. [Lima Negara Empat Benua, hal 210] Tanpa menunggu jawaban kami, dia melantunkan syair berbahasa Arab dari Imam Syafii:
    Orang pandai dan beradab tidak akan diam di kampung halaman.
    Tinggalkan negerimu dan merantaulah ke negeri orang.
    Merantaulah, kau akan dapatkan pengganti dari kerabat dan kawan.
    Berlelah lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang
    .

  7. [Kamp Konsentrasi, hal 383] "... kalau ingin sukses dan berprestasi dalam bidang apa pun, maka lakukanlah dengan prinsip “saajtahidu fauqa mustawa air akhar”. Bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain. ... “Lihatlah, berapa perbedaan antara juara satu lari 100 meter dunia? Cuma 0, 00 sekian detik dibanding saingannya. Berapa beda jarak juara renang dengan saingannya? Mungkin hanya satu ruas jari! Untuk juara hanya butuh sedikit lebih baik dari orang kebanyakan! ... “Maksudku, kalau kita berusaha sedikiiiiiiiiiiiit saja lebih baik dari orang kebanyakan, maka kita jadi juara. Ingat, filosofinya: sedikit saja lebih baik dari orang lain. Itu artinya perbedaan sepersekian detik, satu ruas jari tadi. Kita bisa dan kita mampu jadi juara kalau mau!” kata Said menggebu-gebu.

Alhamdulillah semoga jadi motivasi bagi siapa pun yg membacanya. Dengan internet dan kerajinan orang2 di alam virtual belahan bumi lain, tulisan ini dapat selesai dalam waktu yg ringkas. Bayangkan kalau saya harus mengetik tiap-tiap kata di atas :-)

Lewat blog ini saya berterima kasih kepada topmdi.net yg telah mendigitalisasi koleksi buku pribadinya. Buku kertas nya amat saya rekomendasikan untuk dimiliki dan bagi yg tinggal jauh dari Indonesia dan mahal ongkos kirim dapat menengok ke sini utk sementara waktu. Semoga buku ini (dan sekuelnya) tetap menjadi best seller dan tak lekang oleh zaman karena isinya adalah pengalaman yg berkualitas !

No comments:

Post a Comment