Sejak kecil biasakan anak bersedekah. Salahsatunya dgn cara memberinya kesempatan untuk memasukkan sendiri uang ke dalam kotak amal atau pada pengemis. Jelaskan mengapa kita perlu bersedekah, kotak amal itu benda apa, siapa itu pengemis dll dengan bahasa yg mudah dipahami. Tak kalah pentingnya, sebagai orang tua bersiaplah untuk menjadi teladan. Kegiatan ini berbekas sampai hari ini. Alhamdulillah kami diberi kemudahan utk menyambut ajakan untuk bersedekah atau berzakat ini terutama di lingkungan sekitar keluarga/rumah.
Terkait dengan pemakaian uang utk kepentingan bersama yg juga saya rasakan manfaatnya adalah kebiasaan Papa mengajak kami patungan (berpartisipasi) dalam membeli atau merealisasikan sesuatu yg yg disepakati di dalam keluarga. Saya dan adik-adik punya celengan (wadah tabungan dari tanah liat) sendiri, mulai dari yg berbentuk kendi air, ayam betina, dan kemudian ayam jago dengan bertambahnya pemasukan … eh usia. Isinya *diusahakan* uang yg kertas, didapat dari hadiah angka di rapor, kado ultah dari keluarga, salam tempel dll. Ada jg kadang-kadang menabung uang sisi jajan.
Kapan celengan itu dipecahkan. Yang pasti jika sudah terasa berat (penuh), lalu uangnya ditukar dgn lembaran uang kertas nominasi lebih besar dan dimasukkan lagi ke celengan baru. Namun ada satu kegiatan yg juga menyebabkan celengan ini ikhlas dibanting yaitu saat kami terpanggil diajak patungan membeli sesuatu di rumah. Waktu itu saya masih kelas 2 SD dan kami pindah rumah ke Cipinang. Rumah tanah yg baru selesai dibangun itu tentu masih kosong. Perabotan lama dari rumah kontrakan di Matraman tak bakal cukup memenuhinya. Papa dan Mama pasti sudah habis-habisan berkuras tabungan utk merealisasikan rumah idaman milik sendiri ini, ya sejak beli tanah, membangunnya, dan mengisinya sekarang. Bertiga dengan adik2 yg masih kecil tentu kami tak faham kondisi itu :-) Rumah masih baru, masih menyisakan debu material, dan malah ada yg masih dikerjakan tukang. Di tengah kanan rumah, sebuah calon kolam ikan air tawar (land water fish pond) sedang digali tanahnya ! It must be interesting though.
Saya senang sekali mendengar rencana kolam ikan tsb. Maklumlah sebagai perantau dari Bukittinggi khususnya dari kecamatan Sei Puar- Banuhampu, kenangan memiliki rumah yg dikelilingi tabek (tebat-tebat) ikan seperti di sana amat kuat. Dgn air bening dan sejuk mengalir dari mata air yg banyak terdapat di sekitar kaki Gn Marapi dan Singgalang. Papa ingin menghadirkan secuil pemandangan di kampuang halaman di rumah. Namun sebuah kolam ikan tentu tak murah, perlu didekorasi menjadi taman dan ingin pula ada air mancurnya :-) Dibuatlah rapat kecil utk mengumumkan anggaran yg diperlukan, semua anggota keluarga dipanggil. Intinya perlu dana utk memplester kolam dan dinding taman plus pompa air utk menciptakan air mancur dan rembesan air yg keluar dari dinding taman masuk ke kolam. Papa pun *mengajak* saya utk jadi investor kecil ... alhasil saya setuju. Celengan yg sudah cukup lama belum pernah dibuka itu pun akhirnya dipecahkan. Saya lupa brp jumlahnya namun sudah cukup banyak utk membuat instalasi pipa air di dinding taman, air mancur, dan pompa airnya :-) Alhamdulillah jadilah kolam ikan pertama di rumah kami. Hingga hari ini kolam itu tetap awet di sana meski sudah bbrp kali berubah wajah dan isi :-)
Di lain waktu, rapat-rapat penggalangan dana itu terjadi lagi, dan kini adik-adik mula terlibat. Ada-ada saja yg dianggarkan, membeli lampu meja makan, mengganti TV baru, dan ada bbrp kali yg lain. Saya sudah lupa detailnya. Apa lagi sejak SMP sudah memakai tabungan, jadi kisah seru membanting celengannya tak ada lagi :-) Prinsipnya Papa ingin mengajak seluruh anggota keluarga bergotong royong tanpa melihat jumlah kontribusi. Bukannya ortu kekurangan uang, mgkn tidak sama sekali saya fikir (I need to cross check this, insya Allah kalau ingat, what is the real motivation).
Contoh hasil patungan (foto-foto dari internet) |
Pola semacam ini saya cobakan jg bersama si kembar. Yang masih ingat sekali adalah membeli jajanan yg tidak ada anggarannya sama sekali (krn kami jajan bila di sekolah saja, di rumah tak pernah). Nah ini curi-curi kesempatan: mulai beli kue wafer superman, coklat ayam, buku-buku cerita, majalah, sampai yg paling berkesan membeli bbrp model game watch (Nintendo, Casio). Berkesan sekali. Biarlah saya berkorban, jadi kasir dan pencari barang nya.
Hal-hal yg telah dilakukan tadi memberi dampak yg baik, minimal utk seusia kami saat itu. Secara tak disadari, praktek tolong menolong utk menggapai keinginan bersama, menjadi share holder yg dihormati, dan tak kalah penting yaitu membangun rasa saling memiliki. Kalau biasanya anak-anak itu rebutan antar saudara atau bersaing utk membanggakan apa yg ia punya, namun apa yg terjadi di sini adalah saling pengertian, berbagi senang (coklat, waktu main, waktu baca), krn tokh ini milik bersama.
Di lain waktu, Papa juga meluaskan lingkup berbagi ini keluar rumah, yaitu lewat bersedekah dan tentunya berzakat dan ikut qurban saat kami sudah memiliki penghasilan sendiri. Ada-ada saja *himbauan* yg datang untuk ikut menyumbang ini-itu baik di masjid dekat rumah atau kampung halaman. Mnrt saya himbauan ini adalah sarana bagi kita, sebuah kemudahan yg diberikan utk menyalurkan sebagian rezeki di tempat-tempat yang sudah diyakini kemanfaatannya (alias tidak khawatir sumbangan tidak sampai pd yg berhak). Semoga pengalaman berharga ini dapat kami tanamkan juga bagi anak-anak, keponakan, dan saudara-saudari kami yg lain.
No comments:
Post a Comment