Sep 20, 2011

Mencegah Aib dengan Ikhlas

Pesan yang sering disampaikan ustadz Aa Gym bagi jamaah, salahsatunya agar manusia perlu senantiasa bersyukur kepada Allah SWT yg telah menutupi aib-aib nya. Tak bisa dipungkiri bahwa orang-orang masih menyapa saya dengan tersenyum, wajah masih dapat tegak dihadapan anak-anak, istri dan ortu, dan kata-kata kita masih didengar teman-teman, semata-mata karena Allah SWT masih menutupi aib-aib kita. 

Tanpa disadari begitu banyak aib yg telah menempel (tagged) pada seseorang sejak lahir. Baik aib besar yg dapat membuat malu jika itu terekspos ke luar seperti sifat, cacat fisik, kesehatan, perilaku maksiat/dosa di waktu silam, ataupun aib-aib kecil yg akan  membuat pelaku tak nyaman (bilamana ia sadar) misalnya ada nasi lengket di pipi sehabis makan, kotoran di *area* wajah yg begitu jelas, memakai celana robek, ritssluiting celana lupa dipasang, kancing baju yg lupa/copot, terlelap dlm rapat, HP yg lupa di silent saat shalat berjamaah, lupa menyiram toiet setelah dipakai (flush), tak sengaja berada pada lokasi yg salah pada waktu yg salah dll.

Khusus aib besar tentu secara sadar dan semampu mungkin akan diupayakan menutupinya. Namun bagaimana dengan aib kecil ? Aib kecil muncul tak sengaja, di tengah lelah, kala keruwetan pikiran/ perasaan melanda, tempat yg baru/ramai, saat terburu-buru, disibukkan oleh anak yg menangis, dll. Sebagaimana ditulis di awal, Allah Maha Pengasih pada hamba Nya, sehingga hamba tsb *diselamatkan* dari aib-aib tsb. Seberapa besar keselamatan yg diberikan itu tentunya ditentukan pula oleh faktor kedekatan seseorang pada Pencipta Nya.  Apalagi jika seseorang rajin berdoa mohon ampunan dan perlindungan dari Allah SWT atas segala khilaf, kata, dan lakunya, baik yg disengaja ataupun tidak. Namun ada jg orang yg secara sadar justru *menikmati* mengumbar aib besar ataupun kecil di hadapan orang ramai (naudzubillah min dzaliik). Bukannya ditutupi malahan di ekspose agar menjadi trademark baginya. Nah tipe yg ini bagaimana mau diselamatkan ? Banyak contoh di negeri kita dimana kisah kelam masa lampau yg tiba-tiba mencuat oleh wartawan, lawan politik, mantan kawan, yg mengganjal kesuksesan atau menghancurkan karir seseorang yg sedang terang benderang di masa hidupnya.

DarulAman_eunos_2010
Terlepas dari sifat rahman Allah yg mengayomi setiap manusia di bumi, bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim saat melihat/mengetahui seseorang di dekat kita yg sedang tak sadar bakal atau terlanjur *tertempel* aib ini ? Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda: " ...Barang siapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. ... " (HR Bukhari, Muslim). Itulah sikap yg disunnahkan. Sebagai tindakan preventif, mulai sekarang janganlah ragu utk mengingatkan mereka yg tanpa sadar bakal *memancing* aib bagi diri, keluarga, atau komunitas nya. Ingatkan ia yg lupa membersihkan giginya sesudah makan, lupa mengancing celananya, mematikan HP sebelum shalat berjama'ah, jaywalking, buang sampah sembarangan, berencana pergi ke tempat yg tak baik, tak perlu mengungkit kejelekannya di saat ia berjanji utk menjadi hamba Nya yg benar dll. Setelah kita peringatkan atau tutupi aib nya (mgkn sudah terjadi), jangan pula kita jadi aktor gunjing dengan menyebarkan cerita kepahlawanan kesana kemari, karena Allah SWT mengibaratkan ghibah (membicarakan kejelekan atau aib orang lain atau menyebut masalah orang lain yang tidak disukainya, sekalipun hal tersebut benar-benar terjadi) dengan “memakan daging mayat saudara sendiri” (Q.S. al-Hujurat:12). Jadilah pencegah aib yg ikhlas, semata-mata engkau cinta saudaramu karena Allah.

Semoga Allah memberi petunjuk dan kekuatan agar kita mampu saling menutupi aib (tentunya dengan memperingatkan/ menasehati pelakunya dengan baik/lemah lembut) dan agar Allah menjaga diri dan keluarga kita dari aib di masa kini dan masa datang. Amiin.

Bacaan lain yg cukup bagus, disini.

No comments:

Post a Comment